21. Telatnya Menyadari

666 104 23
                                    

Happy Reading

Perlahan waktu pun berlalu namun Mapala Trisakti belum juga melanjutkan perjalanan, di karenakan Anta, Arkha, dan Bian yang tak kunjung datang. Mereka mencari Dipta dan Kanaya di sekitaran sini atau benar-benar putar balik menjauh?

Anei yang merasa sudah tidak sabar rasanya ingin segera menyusul mereka bertiga, bagaimana bisa perjalanan yang di awali dengan niat besar ini lagi-lagi terhambat.

"Gue nyusul mereka bertiga ya." pinta Anei yang hampir saja melangkah namun Dinda tidak kalah cepat untuk menyergap tangan itu.

"Jangan kak, kita tunggu mereka di sini." ucap Dinda penuh pemohonan.

Dinda yang paling pertama menyebabkan munculnya masalah, tidak ingin sesuatu terjadi kembali pada rekan-rekannya. Walaupun jimat yang sebelumnya ia bawa adalah simpanan dari sang-ayah tetap saja Dinda ingin merutuki dirinya sendiri, karena tetap saja di sini ia yang salah. Niat sang-ayah benar tapi salah.

"Tap–" baru saja Anei ingin berucap, namun terpotong oleh objek yang baru saja muncul.

"Dipta mana bang?" tanya Inka penuh dengan kecemasan.

Anta yang mendengar itu terpaksa menggeleng, bagaimanapun juga ia harus jujur. "Kita gak bisa temuin Dipta ka, kita udah jalan jauh tapi dia sama Kanaya gak muncul-muncul, takutnya kalau kita bertiga jalan makin jauh kalian semua yang malah kena tinggal."

"Lo gak peduli sama rekan bang?" tanya Inka penuh penekanan. Mengeluarkan aura sensitif.

"Bukan gak pedulinya, rekan kita banyak ka, kalau kita cuma mentingin 1 rekan kita yang bakal mati di sini." bukan Anta yang menjawab melainkan Arkha yang merasa naik pitam juga.

"Itu namanya gak peduli, kalau kalian bener-bener peduli sama rekan mungkin detik ini juga kalian nyari!"

"Oh gitu, terus sekarang Arlan sama Astrid ada di sini? Gak ada ka, jangankan Dipta mereka berdua aja gak tau ada di mana." jawab Arkha tak kalah tegasnya.

"Kalau kalian cape, biar gue sendiri yang nyari." ucap Inka kembali penuh dengan penekanan, walaupun sebenarnya ia tidak bisa bohong ia juga sama lelahnya. Dengan tak berpikir panjang Inka berjalan cepat namun Hanin meraih tangan itu dan menggelengkan kepala di saat Inka menoleh.

"Tapi Dipta nin, gue takut dia kenapa-napa." ucap Inka yang kali ini suaranya mulai bergetar.

"Kita pasti ketemu dia di depan nanti. Yakin sama jalan hutan yang banyak arahnya Ka, kita lanjut ya." pintu Hanin yang perlahan menarik Inka pada pelukannya. Detik itu juga Inka menumpahkan sesak di hatinya, bagaimana bisa ia lanjut berjalan ketika Dipta saja sudah tidak ada di sampingnya.

"Kalau Dipta kenapa-napa gimana Nin, gue takut." ucap Inka kembali dengan isakan yang menyertai.

"Dia pasti baik-baik aja, yakin sama gue." penenang kali ini tetap kata baik-baik saja pemenangnya. Walaupun sebenarnya tidak tahu apa kata-kata itu akan tetap menjadi do'a yang akan di kabulkan ataupun tidak.

🌬🌬🌬

Hari ini juga keluarga dari masing-masing anak mapala trisakti ikut pergi ke Jawa Timur hanya untuk menemui anaknya penuh harap, berharap masih bisa bertemu mereka semua dengan raga dan jiwa yang masih utuh.

MAHASURA [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن