27. Pertanda Baik

638 100 15
                                    

Happy Reading

Seketika situasi di buat hening setelah mendengar kata demi kata yang Astrid ucapkan. Semua ucapannya sudah benar-benar jelas. Bahwa, detik ini mau tidak mau mereka harus menerima lagi yang namanya kehilangan. Ini Arlan, penghibur mereka semua.

Dean benar-benar tertegun mendengar hal itu. Dengan keras ia memukul pipinya, mencoba berpikir sehat bahwa semua ini hanyalah mimpi. Namun kenyataannya dia merasakan perih di pipinya, yang berarti bahwa semua ini memang nyata adanya.

"Gak, gue harus cari bang Arlan." Dean melangkahkan kaki dengan gontai, namun di cegat oleh Keylara.

"Dean..." lirih dirinya, sembari memperlihatkan wajah nya yang sudah memerah dan berkaca-kaca. "Udah, lo gak liat semuanya udah cape banget?" tanya Keylara yang kemudian menarik Dean untuk kembali.

"Tapi Key, bang Arlan." Dean tau dirinya adalah seorang lelaki, namun air mata tidak bisa ia bendung lagi, di tahan juga terlalu sesak.

"Sebanyak apa kita buat salah di sini sampai semuanya di ambil tanpa ampun? ANJING! KESALAHAN ITU DI MAAFKAN DENGAN CARA BAIK-BAIK SIALAN!" kali ini kesabaran seorang Arkha sudah benar-benar setipis tisu. Rahangnya mengeras, dan tidak tahu harus marah kepada siapa.

Semuanya memilih diam tanpa mau merespon ucapan Arkha, mereka juga sama terpuruknya.

"Gue cape." ucap Hanin sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menangis dengan getaran hebat. Melihat itu Inka berusaha untuk menguatkan Hanin, walaupun dirinya juga sama, sama-sama sesak.

Selaku Leader Anta hanya bisa terdiam dengan pikiran kosongnya. Menatap ke depan tanpa rasa. Semuanya nampak kosong, semuanya nampak acak-acakkan. Anta gagal dalam menemukan jalan keluar.

Astrid sendiri belum juga bangun. Masih berada dalam masa pingsannya, dengan mata yang sudah penuh dengan bekas air mata. Tidak lupa bibirnya yang sudah sangat pucat pasi, karena kedinginan.

Anta menunduk dan menoleh pada temannya itu. Saat melihat bibir yang pucat pasi itu dengan segera dirinya membuka jaketnya sendiri dan di selimutkan nya pada tubuh itu. Setelah itu Anta tetap tertunduk, membutuhkan rangkulan, membutuhkan kekuatan yang ingin ia dapatkan dari perempuan yang selama ini setia ia gendong. Namun nyatanya, semua itu hanya angan-angan yang tidak akan pernah Anta rasakan lagi.

Anta tidak menangis, saking banyaknya masalah, sampai-sampai ia tidak tahu cara menangis itu bagaimana.

🌬🌬🌬

Astrid berlari dengan cepat sembari menggendong tas nya yang terlihat ringkih, tidak lupa dengan buku-buku yang ia dekap di depan. Sembari berlarian di trotoar Astrid beberapa kali menghubungi temannya yang tidak juga mengangkat teleponnya. Tidak tahu saja, bahwa sekarang Astrid benar-benar membutuhkannya.

"Ishh Kinara, mau nanya kelas udah mulai engga nya juga, kenapa gak di angkat sih ini anak." Astrid menggerutu. Sebentar lagi ia akan segera sampai di depan kampus.

Sembari melihat kendaraan yang berseliweran beberapa detik, Astrid tidak tahu itu akan menyebabkan dirinya harus bertubrukan dengan seseorang.

Saat itu juga beberapa buku yang berada di tangannya terjatuh berserakan dengan tubuh dirinya juga yang sama-sama terjatuh. "Aishh! kalau jalan hati-hati dong lo." ucap Astrid lalu mendongakkan kepalanya melihat siapa yang baru saja tidak sengaja menabraknya.

"Ya ampun maaf, gue juga lagi buru-buru." ucap seseorang itu yang langsung membantu Astrid membereskan buku nya sambil berjongkok.

MAHASURA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang