22. Ego Manusia

639 96 33
                                    

Happy Reading

Nyatanya semesta saja ikut menangis. Tepat saat pesawat mendarat di bandara Adi Soemarmo hujan turun dengan derasnya membanjiri kota Solo dalam seperkian detik datangnya. Tentu saja karena itu, pintu pesawat terpaksa tidak di buka terlebih dahulu supaya penumpang pun bisa istirahat sejenak sembari menunggu hujan yang baru saja datang itu reda.

Di balik salah satu kaca penumpang ada Laskar yang menatap keluar sana untuk melihat orang-orang yang berlalu lalang pergi dan datang. Tidak sengaja Laskar melihat ada dua sejoli yang tengah bercanda di jarak yang begitu jauh, sehingga penglihatannya tidak begitu jelas. Melihat itu Laskar jadi rindu pada saudaranya, Anei. Laskar kira Anei akan pulang lebih cepat, ternyata bukan pulang bahagia yang mereka terima, tetapi berita kehilangan yang sebenarnya tidak pernah mereka harapkan dan mau.

"Nenek makan dulu ya, Laskar bukain rotinya." beberapa menit terlarut dalam pikirannya, Laskar menoleh dan mengingat bahwa neneknya itu belum makan sedari tadi.

"Nenek mau Anei dek, nenek gak mau makan." ucap Ranti, nenek dari Anei.

Laskar lantas menghela nafas panjang, sedari tadi memang yang Ranti inginkan hanya Anei, Anei, dan Anei cucu tercinta.

"Aneisha gak bakal suka liat nenek gak makan kaya gini. Nenek juga tau kan segalak apa Aneisha kalau udah tau nenek lewatin jam makan? Nenek mau bikin Aneisha kesel lagi?" tanya Laskar dengan meyakinkan, siapa tahu dengan cara ini Ranti berhasil di bujuk dan ingin makan.

"Nenek pengen makan kalau nenek udah liat Anei dulu dek." jawab Ranti lirih membuat Laskar benar-benar khawatir.

"Nenek Laskar ingetin satu hal sama nenek. Kakek dulu pernah bilang sama adek. Gak bakal ada orang hilang kalau gak di cari bisa langsung muncul nek, tentu mau apa aja pasti harus selalu di cari dulu. Kakek bilang kalau mencari sesuatu harus di ikuti dengan do'a, semangat, dan kuat kalau nenek gak makan kaya gini 3 persyaratan itu belum kepenuhin semua nek. Kakek juga pernah bilang kenapa kita harus kuat, karena kenyataannya mau gak mau kita harus menerima apa yang udah di garis takdirkan sama Tuhan. Nenek makan dulu ya. Tuhan pasti akan bantu anaknya." ucap Laskar panjang lebar.

Sekian lama di bujuk, akhirnya Ranti mau makan juga.

"Nah gitu dong nek." dengan senyuman lebarnya Laskar segera membuka bungkus roti dan menyuapi nya pada Ranti. Kenapa di suapi, ketika Ranti sudah merasakan kepanikan semua anggota tubuh yang akan di angkat pasti bergetar lemah dan berujung tidak bisa apa-apa. Memang sebelumnya anak-anaknya sempat melarang nenek untuk pergi jauh ke Solo ini. Namun, karena Laskar berniat mengantarkan semuanya mempercayai dan memperbolehkan nenek untuk pergi ke sini. Pada akhirnya tidak ada yang peduli pada Aneisha, terkecuali nenek. Bahkan sekalipun ayahnya, saat di beritahu pun yang merespon mengatakan bahwa dirinya sibuk bekerja dan minta di perwakilkan saja oleh nenek.

Sementara di lain sisi ada keluarga Dean, yaitu umi, abi dan adek yang juga ikut untuk mencari Dean juga. Sedari tadi tidak berhentinya Umi menangisi Dean karena khawatir pada anak pertamanya itu, sama halnya dengan Dayn kecil yang demam mendadak. Devan selaku nahkoda yang terpaksa lebih menerima di pecat di bandingkan tidak mencari anaknya jauh-jauh ke sini. Mau bagaimanapun juga Dean lebih penting di bandingkan segalanya, jika Devan susah payah untuk mencapai pekerjaan itu maka kali ini Devan lebih memilih melepaskan jabatan terhormatnya demi nyawa anaknya sendiri.

"Abi, Dayn dari tadi demam." ucap Umi yang tengah memberikan susu pada Dayn.

"Biar abi yang gendong mi, Umi istirahat dulu, Kyushu ya umi berdoa nya. Doa seorang ibu insyaallah selalu mujarab." ucap Abi kemudian mengecup kening istrinya itu setelah itu Devan mengambil alih Dayn dan menggendongnya supaya berhenti rewel.

MAHASURA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang