12. Hujan Penuh Makna

690 110 34
                                    

Happy Reading

Hujan masih menemani mereka yang tengah termenung dengan nasib Sara sekarang. Di mana sekarang anak itu, apa anak itu baik-baik saja setelah sangat yakin dengan keputusannya yang memberatkan. Raga yang tengah tertidur sudah Anta pindahkan pada tenda yang sudah di siapkan untuk perempuan, biarkan raga Sara ini tertidur bersama teman-temannya.

Bukan berhenti hujan semakin deras ditambah dengan petir yang bersambaran. Membuat siapa saja pasti ingin berlindung di tempat yang lebih layak dan nyaman. Tenda hanya bisa membantu mereka aman bukan nyaman, walaupun malam ini mereka tidak kehujanan tapi rasa takut mereka rasakan. Rindu pada keluarga juga pasti ada.

Sembari melihat kilapan petir yang seolah menusuk kelopak mata Anei hanya bisa termenung berharap semuanya cepat terselesaikan dan pulang. Beberapa hari lagi tahun berganti, tidak lucu jika mereka tidak pulang.

Sementara di tenda sebelah ada Anta yang duduk tenang namun tidak dengan hatinya. Malam ini ia sangat khawatir kepada keberadaan kedua temannya yaitu keberadaan Astrid dan Arlan. Apakah mereka berdua baik-baik saja, apakah Arlan membawa tenda, jika tidak bagaimana mereka malam ini berlindung. Ingin sekali Anta segera mencari keberadaan dua temannya itu, namun keadaan benar-benar tidak mendukung dirinya untuk bangkit. Sara, Anta tengah memikirkan nasib anak itu sekarang, tidak bosan Anta merapalkan do'a dalam hatinya. Meminta pada Tuhan agar Sara tetap berada dalam lindungannya.

"Sar tepati janji lo untuk pulang ya, karena kalau boleh jujur gue lebih-lebih suka sama lo. Lo pengen denger jawaban gue kan." Anta tersenyum getir setelah membatin.

"Bang Arlan gimana." ucap Kafka yang tengah menunduk. Jujur saja Kafka benar-benar rindu juga dengan candaan anak itu. Tidak bohong jika keadaan malah selalu sering hening karena Arlan tidak ada di bagian mereka sekarang.

"Mereka bakal baik-baik aja, percaya deh sama bang Arlan." timpal Dean mencoba untuk meyakinkan satu temannya itu untuk tidak terlalu khawatir.

"Keadaan di luar gak mendukung kita buat cari mereka berdua." ucap Arkha membuat yang lainnya samar-samar mengangguk. Malam ini Arkha benar-benar ingin meratapi dirinya. Arkha benar-benar merasa lelah, egois juga bukan pilihan terbaik.

Dipta yang merasa bahwa ini semua salah dirinya ia sangat merasa bersalah. Jika saja tadi ia tidak ngotot untuk tetap jalan, pasti kehilangan untuk yang kedua kalinya tidak akan terjadi lagi. Jika Arkha marah, tidak salah juga Dipta memang harus menerima itu. Namun kelihatannya Arkha tidak ada tenaga untuk marah-marah di malam yang menyeramkan ini.

🌬🌬🌬

Tenda yang sudah di dirikan ini di biarkan terbuka jalan keluarnya karena berduaan di dalam tenda juga tidak baik bagi mereka berdua. Iya mereka, Arlan dan juga Astrid. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan mereka hanya saling diam dan fokus pada penglihatan masing-masing. Arlan rasa juga, jika ia berbicara pasti Astrid akan kesal-kesal gak jelas.

Namun tidak berbicara juga benar-benar membuat Arlan sangat gatal, kalau bisa ingin sekali ia nyerocos sekarang juga. Namun ia selain Astrid akan kesal keadaan juga bisa menjadi jawaban yang tepat.

"Kok lo gak ngomong?" tanya Astrid kemudian melirik Arlan seperkian detik.

Arlan yang mendengar itu lantas terkekeh. "Gue ngomong lo marah, gak ngomong malah nanyain."

"Y-ya ngomong aja! Gue gak ngelarang lo buat ngomong kok, kapan coba." sinis Astrid membuat Arlan tertawa, Arlan hanya merasa dirinya mengingat masa lalu. Sedari dahulu Astrid memang hobi sekali marah-marah, tapi Arlan suka. Sekarang? Ya lumayan masih suka.

MAHASURA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang