15. Terpaksa Gugur

812 120 45
                                    

Happy Reading


Malam yang kelabu sudah tergantikan oleh pagi yang di penuhi dengan kabut tebal, memenuhi penjuru hutan membuat pandangan siapa saja terlihat sedikit kabur.

Pagi ini tepatnya pada tanggal 31 Desember mereka memutuskan untuk pulang tanpa ada kata istirahat lagi. Karena hambatan-hambatan yang datang perjalanan pun akhirnya selalu terhentikan. 

"Gila, besok 2023 ya." ucap Anei membuat teman-temannya menoleh pada dirinya yang masih sama-sama berada dalam tenda.

Hanin hanya bisa tersenyum simpul saat melihat antusias palsu yang terlihat dari wajah Anei. Anak itu memang tengah berpura-pura bahagia, walaupun sebenarnya wajah benar-benar tidak bisa terlihat sepenuhnya memalsukan semua itu.

"Kamu bisa jalan?" tanya Inka mengawali pembicaraan pada Kanaya yang sedari malam tidak berbicara-bicara. Mungkin saja pertemuan ini masih membuatnya canggung.

"Bisa kok." jawab Kanaya lalu tersenyum.

"Semuanya udah siap?" suara yang terdengar familiar itu bertanya dari luar tenda.

"Udah bang, kami tinggal siap-siap aja." ucap Keylara yang keluar lebih awal dari dalam tenda. Semenjak Dinda tidak ada Keylara jadi sering melamun bahkan jarang berbicara.Dampaknya memang sebesar itu.

Setelah di berikan intruksi mereka segera berkumpul kembali dengan barang-barang yang sudah di bereskan.

Sekujur tubuh yang tidak sadarkan diri masih setia berada dalam gendongan Anta. Seorang lelaki yang ikhlas akan bebannya, seorang lelaki yang berharap akan jiwanya yang terbangun kembali, seorang lelaki yang berharap segera mengatakan perasaan yang selama ini terpendam. Pada akhirnya Anta adalah seorang lelaki yang terlalu banyak berharap.

"Kalau lo gak kuat bangun aja Sar, jangan di paksain ya." ucap Anta kecil tepat pada telinga kanan Sara, yang entah akan di dengarkan oleh anak itu atau tidak.

"Tongkatnya kemanain Key?" tanya Dean yang menyadari bahwa tongkat pemberian dirinya untuk membantu perjalanan Keylara sebelumnya tidak ada berada di genggaman sang penerima.

"Kemarin itu lupa gak di bawa di tempat sebelumnya Yan." jawab Keylara sembari menolehkan kepalanya.

"Lo ada-ada aja deh." ucap Dean kembali, setelah itu Dean memisahkan diri entah akan pergi ke mana. Namun sebelumnya Keylara mencegat tangan itu untuk pergi.

"Jangan pergi, mau kemana?" tanya Keylara sembari menatap kedua mata itu.

"Mau nyariin tongkat baru dulu."

"Gak usah Dean, lo kenapa repot-repot terus sih?" tanya Keylara penasaran.

"Keylara biar gue bantu jalan, gak papa." timpal Anei yang sedari tadi menyaksikan perdebatan kecil itu.

🌬🌬🌬

Perjalanan yang sebelumnya akan di lanjutkan pun akhirnya terhambat karena Astrid yang melarangnya. Di saat keadaan Arlan sedang demam tinggi seperti ini, bagaimana bisa Astrid membiarkan perjalanan tetap di lanjutkan.

"Kita lanjutin aja Ast, nanti kalau kita ketinggalan sama yang lain gimana." ucap Arlan yang tengah terduduk lemas dengan bibirnya yang sudah pucat pasi.

"Pikirin dulu kesehatan lo Arlan."

"Gue baik- baik aja Ast, udah berapa kali gue bilang kalau gue ini baik-baik aja."

"Gak ada orang yang baik-baik aja kalau wajahnya pucat kaya lo ini." sarkas Astrid.

Mau seberapa kali Arlan berbohong Astrid tidak akan pernah percaya. Mau bagaimanapun juga Astrid tidak mudah terbohongi begitu saja.

MAHASURA [END]Where stories live. Discover now