8. Pergi Tanpa Pamit

782 127 30
                                    

Happy Reading

Dengan semangat yang berkobar di dada Mapala Trisakti pun melanjutkan perjalanan yang sempat terhambat kemarin. Berjalan dengan langkah kuat berjalan seolah tidak akan ada ranjau yang menyergap mereka kapan saja. Dengan senyuman yang begitu berarti mereka yakin bahwa semuanya akan tetap baik-baik saja. Melihat awan yang begitu cerah dengan matahari yang begitu bersinar mereka yakin sekali bahwa hari ini sampai hari di mana mereka sudah jaya semuanya akan tetap seperti ini.

Anta yang mempimpin kini mempunyai ambisi kuat setelah semalaman hanya uring-uringan dan terus menyalahkan diri sendiri di setiap masalah yang ada.

"Ini rute nya kok gak jelas, gimana bang?" tanya Bian yang baru menyadari bahwa rute jalan yang mereka pijaki sekarang seperti ada kesalahan.

"Bener kok terus jalan aja. Rute di sini emang sedikit salah. Tapi karena gue udah biasa ke sini jadi tau rute mana yang bener." jelas Astrid dari belakang. Syukurlah, jika tidak ada Astrid bisa saja mereka tersesat. Bian yang menoleh lantas mangut-mangut saja.

Tidak salah jika medan rintangan menuju pos 4 ini sangatlah menanjak, seketika mereka bisa kelelahan dengan cepat. Namun jika di bandingkan dengan jalan menuju pos 3 mereka lebih memilih jalan pos 4, karena walaupun tidak begitu menanjak jalan menuju pos 3 lebih ekstrim karena di setiap tepi nya terdapat jurang.

Langkah demi langkah tidak terasa mereka pun semakin jauh dari pos 3.

"Bisa istirahat sebentar gak, kaki gue makin sakit." ucap Keylara kemudian berjongkok membuat orang-orang yang berada di belakangnya pun ikut terhenti.

Kebetulan sekali mereka berada di jalan yang di khiasi dengan pemandangan yang begitu indah, namun tidak bisa bohong walaupun indah tidak ada 1 pohon mun yang bisa memayungi mereka di sini, kebetulan cuacanya juga semakin panas.

"Kalau begitu sambil rilekisin badan kita istirahat dulu di sini." Anta berintruksi dari depan. Memaksakan perjalanan juga bukan opsi yang tepat, semakin di paksa akan semakin parah juga cidera kaki yang Keylara alami. Demi kebaikan semuanya, Anta se berusaha mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi para membernya.

Setelah mendengar instruksi itu sebagian dari mereka duduk dan meluruskan kaki-kaki yang terasa patah. Sebagiannya lagi berlarian kecil menabrak rerumputan hijau yang berada di sana. Biarpun panas angin masih menyertainya.

"Pake topi gue Key." Dean melepaskan topinya lalu memberikannya pada Keylara.

Keylara yang melihat itu langsung terkekeh. "Lo kenapa sih mendadak baik gini. Gak mau ah topinya udah bau keringet!"

Dean yang mendengar jawaban itu langsung menundukkan kepalanya. "Ya ud–"

"Bercanda kali." Secara paksa Keylara pun merebut topi itu dan langsung memakainya. Wah sangat pas sekali di kepala Keylara, sepertinya kepala Dean dan Keylara tidak begitu jauh besarnya. Dean yang melihat itu hanya tersenyum simpul.

Di lain sisi ternyata ada Dinda yang sedang tertawa bahagia berlarian kecil kesana kemari menikmati segarnya angin di siang hari. "Rumputnya lucu." gumam dirinya.

"Mana ada rumput lucu." di buat kaget setengah mati Dinda terlonjak saat Bian tiba-tiba datang menghampirinya.

"Ada kok, kalau mau cari ribut mending pergi deh lo bang!" ucap Dinda mengusir.

"Baru aja nyamperin udah di usir aja." kesal Bian dengan matanya yang sibuk menatap rumput-rumput yang bergerak. "Biasanya juga lo suka usil sama gue, kenapa sekarang beda."

MAHASURA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang