28. H-7 SAD OR HAPPY?

691 114 11
                                    

Happy Reading

Astrid menjadi alasan mereka untuk beristirahat sampai besok pagi. Mereka juga tidak tega jika harus membiarkan Astrid berjalan di saat dirinya saja sedang berada dalam fase pikiran yang membelit.

"Makan Strid, lo butuh asupan buat pulang." sedari tadi Anta tidak bosannya untuk merujuk anak yang berada di depannya sekarang, hanya sekedar untuk makan saja, tidak lebih. Tapi, yang namanya bersedih tetap bersedih, terlarut memang tidak baik. Namun, coba bayangkan sebaru apa luka ini.

Boro-boro untuk makan hanya sekedar minum saja Astrid menolak.

"Gue gak mau pulang." ucap nya sembari menunduk, mencoba menahan air mata itu untuk keluar lagi. Tentu tiap detik lelaki itu selalu terlintas dalam benaknya dan pikirannya, bagaimana Astrid tidak sesak jika mengingat itu, kisah-kisah sederhana.

"Gue tau ini berat Strid, tapi tetap aja udah banyak yang nunggu kita pulang, apalagi lo." ucap Anta berjongkok di depan Astrid yang sedari tadi melamun.

"Gue mau Arlan bang."

"Strid..." lirih Anta dengan helaan lelahnya.

"Kalau gue bilang mau arlan tetap arlan bang tet-" ucapan itu terhenti saat Anta sigap memeluknya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Astrid yang berada di pelukan itu memberontak, mulai menangis kembali dengan sesak yang amat menyiksa, sampai rasanya Astrid tidak akan bisa menyembuhkan rasa sakit itu, terkecuali Arlan yang datang menemuinya.

"Pukul aja gak papa, keluarin semua sesak yang lo tahan Strid, lo berhak rapuh hari ini, kita gak akan maksa buat lo tetap tegar kalau nyatanya lo berbohong." dengan suara tangisan yang tertahan Astrid memukul dada bidang Anta. Saking sakitnya isi hatinya, saking tidak taunya harus menyalurkan semua ini kepada siapa.

Tidak bisa di pungkiri, nyatanya kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup itu benar-benar menyakitkan. "Makan ya Strid, nanti lo sakit." pinta Inka yang membawa roti dan menyodorkan nya. Jangan lupa dengan perempuan yang satu ini. Tidak beda jauh dengan Astrid, Inka juga sama-sama merasakan kehilangan, kebencian, kekecewaan, nyaris ia benci dirinya sendiri.

"Biarin aja gue sakit. Kalau itu salah satu cara buat bisa bikin Arlan datang lagi, gue khawatir..." ucap Astrid di sela-sela tangisannya.

"Astrid." panggil Anta sembari mengusap surai lembut itu. "Biarin Arlan tenang di sana."

"Ck lo sendiri yang bilang gue bakal mati duluan, tapi nyatanya semua omongan lo bohong." gumam Bian terkekeh dengan luka di hatinya.

🌬🌬🌬

Malam tadi...

Sudah di paksakan beberapa kali, mata itu tidak juga bisa terpejam dan tidur nyenyak. Selain pikirannya yang tidak bisa istirahat, hawa dingin juga menjadi salah satu alasan Dinda tidak bisa tidur. Yang semula terbaring kini Dinda beranjak duduk dan menoleh ke kiri dan kanan hanya untuk melihat teman-temannya tertidur lelap.

Beberapa menit kemudian ia mendengar langkah yang asalnya dari luar, entah apa itu. Namun, Dinda penasaran.

Ia segera keluar dari dalam tenda dan melihat siapa yang baru saja melewati tendanya.

"Bang Bian?" tanya Dinda saat mengenali postur tubuh itu.

Sang empu kemudian menoleh. "Mau kemana din? Kok keluar?" tanya Bian yang memilih untuk kembali lagi dan menghampiri Dinda yang kini berada tepat di depannya.

MAHASURA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang