-17-

686 103 15
                                    

Jane membawa Rose memasuki rumah peninggalan Mama nya yang berada tidak jauh dari kota. Rumah itu masih kelihatan rapi dan Rose juga menyukainya.

"Rumah ini dibeli sama Mama pas dia tahu Papa selingkuh. Waktu itu umur aku masih 17 tahun dan aku tinggal disini sama Mama. Tapi pas Mama meninggal, aku memilih untuk tinggal dia apartment" jelas Jane "Dan ini pertama kalinya aku kembali memasuki rumah ini setelah kematian Mama" lanjutnya

"Tapi kok rumah ini masih kelihatan rapi?" Bingung Rose.

"Sebelum kita nikah, aku sudah membayar beberapa orang untuk membersihkan rumah ini" sahut Jane.

"Maaf kalau bikin Oppa risih, tapi apa bisa aku tahu soal keluarga Oppa?" Tanya Rose.

Jane tersenyum "Kita kekamar duluan" dengan lembutnya dia menarik tangan Rose menuju kekamar mereka yang berada dilantai atas.

Mereka mendudukkan diri mereka diatas kasur dengan Jane yang menggenggam tangan Rose "Mama sakit kanker. Dia sibuk menjalani rawatan dirumah sakit dan diwaktu yang sama, Papa malah selingkuh. Papa membawa selingkuhan dia pulang kerumah pas Papa mabuk. Mama sudah terlanjur kecewa sama Papa jadi Mama memutuskan untuk membawa aku keluar dari mansion Papa. Mereka akhirnya cerai dan sejak itu juga Papa sudah tidak peduli soal aku. Pas Mama meninggal, Papa tidak datang untuk menatap Mama untuk yang terakhir kalinya. Dia malah sibuk menguruskan acara pernikahan dia sama selingkuhan dia itu. Tanpa Papa tahu, Mama punya sebuah perusahan peninggalan Opa. Pas Mama meninggal, aku yang menguruskan perusahan itu sehingga sekarang"

Rose menatap Jane dengan sendu "Kamu hebat" ujarnya.

Jane terkekeh kecil "Aku dipaksa oleh keadaan" sahutnya. Secara tiba tiba dia berjongkok didepan Rose "Bisa aku menyentuh perut kamu?" Tanya nya meminta izin.

Rose kelihatan malu namun dia tidak bisa menghalang Jane soalnya Jane memang berhak keatas dirinya "Kamu bebas menyentuh aku karena aku sudah menjadi istri kamu" sahutnya.

Jane sontak tersenyum. Perlahan lahan dia mengelus perut Rose dan meletakkan telinganya disana "Hai anak Papa. Baik baik saja ya didalam sana. Papa sama Mama menunggu kamu"

Sang istri tersenyum hangat ketika mendengarkan penuturan tulus dari sang suami. Ah, andai Jane mencintai dirinya, pasti semuanya akan lebih terasa indah.































"Selamat pagi istriku" Rose yang sibuk menyiapkan sarapan dikagetkan dengan sosok Jane yang tiba tiba memeluknya dari belakang.

"Pagi juga" sahut Rose kembali fokus memasak.

"Masak apa hurm?" Tanya Jane yang masih setia memeluk Rose dari belakang. Ingin meletakkan dagunya dipundak Rose namun dia tidak bisa karena Rose lebih tinggi darinya.

"Aku masak sup kimchi sama telur gulung. Makannya sama nasi hangat" sahut Rose.

"Woahh enak banget. Aku sudah tidak sabar untuk memakannya" ujar Jane.

"Oppa sudah mandi?" Tanya Rose

"Sudah dong" sahut Jane

"Tapi kenapa Oppa memakai baju rumahan saja? Oppa harus kuliah bukan?"

"Hari ini aku memilih untuk libur" sahut Jane "Aku ingin menghabiskan waktu aku bersama istri dan calon anak aku ini" jelasnya.

Rose tersenyum tipis "Memangnya Oppa tidak bakalan bosan?"

"Tidak!" Sahut Jane tanpa ragu.

Rose terkekeh kecil "Ya sudah. Ayo kita sarapan sekarang"

Jane bergegas membantu Rose menghidangkan makanan diatas meja makan.

"Silakan dimakan. Maaf kalau tidak enak" ujar Rose

Jane mula memakan makanan itu "Daebak! Ini enak banget!" Dengan antuasisnya dia kembali memakan makanannya.

"Benaran enak? Tidak bohong bukan?" Tanya Rose.

"Untuk apa aku berbohong? Masakan kamu rasanya hampir sama seperti masakan Mama" jujur Jane.

"Gimana kalau nanti sore kita ke makam Mama? Aku juga ingin kenalan sama Mama kamu"

"Boleh si" sahut Jane mengelus punggung tangan Rose.








Selesai menikmati sarapan, Jane dan Rose memilih untuk menonton tv bersama diruang tamu.

Posisi mereka cukup intim dengan Rose yang menyandarkan punggungnya didada Jane dan Jane yang terus mengelus kepala Rose.

"Gimana kondisi anak kita ini?" Tanya Jane

"Aku belum periksa ke Dokter si. Apa kamu ingin menemani aku ketemu Dokter?"

"Nanti sebelum ke makam Mama, kita perisak ke Dokter duluan. Aku juga sudah tidak sabar untuk melihat kondisi anak kita ini"

Rose mengangguk namun sedetik kemudian dia bergegas bangkit dan berlari menuju kekamar mandi.

"Loh Rosie?" Jane bergegas bangkit dan menyusul sang istri.

Hoekk

Dia sontak merasa panik ketika melihat sang istri terus memuntahkan cairan bening dikamar mandi "Rosie, kamu kenapa?" Khawatirnya.

"Mual Oppa" rengek Rose.

Jane membantu membersihkan mulut Rose dan dia menggendong Rose ala bridal style. Dibawanya Rose menuju kekasur dan dibaringkan Rose diatas kasur "Sebentar ya" Jane bergegas keluar dari kamar.

Tidak butuh waktu yang lama, Jane menghampiri Rose dengan membawa secangkir teh hangat "Ini, diminum ya"

Rose menerimanya dan mula meminumnya "Terima kasih Oppa"

"Sudah mendingan?" Tanya Jane khawatir.

Rose mengangguk dan meletakkan cangkirnya dinakas. Dia beralih merentangkan kedua tangannya "Cuddle" rengeknya manja.

Jane tersenyum senang. Dia langsung memeluk Rose dan membaringkan diri mereka diatas kasur. Dipeluknya sang istri dengan erat dan diciumnya pipi Rose berkali kali membuatkan Rose terus tertawa geli.

"Ahahahah sudah Oppa ahahaha"

Akhirnya rumah itu dipenuhi dengan suara tawa Rose yang cukup indah untuk Jane.

"Mama. Jane bahagia" batin sang cowok.












  Tekan
    👇

Sincérité de l'amour ✅Where stories live. Discover now