-22-

604 94 2
                                    

Jane menghela nafasnya dengan kasar ketika Sana terus saja mengikutinya.  Dia sudah menghalang yeoja itu mengikutinya namun yeoja itu tidak peduli. 

"Ini aku sudah mau masuk kamar loh.  Ngapain si kamu ngikutin aku terus? " tanya Jane kesal. 

"Aku masih kangen sama kamu Jane.  Kenapa si kamu cuek banget sama aku huh? " dumel Sana ikutan kesal.

"Aku tidak mau ada yang salah paham"

"Siapa yang salah paham? "

Bersamaan dengan itu,  pintu kamar dibuka dan keluarlah sosok Rose yang menatap mereka "Oppa? Oppa darimana saja hurm? "

"Loh Rosie,  kok kamu sudah bangun?  Tadi aku ke apotek si. Beliin vitamin buat kamu" jelas Jane. 

"Ouh,  jadi gara gara elo ya Jane harus repot repot ke apotek!? Lo masih punya kaki,  pergi sendiri saja bisa bukan!?" timpal Sana menatap Rose dengan marah. 

Rose pula menatap sosok itu dengan bingung.  Hey,  siapa sosok yang tiba tiba memarahinya itu?

"Sana,  jaga omongan kamu! " tegur Jane. 

"Kenapa?  Aku benar bukan?  Dia bukan siapa siapa tapi kenapa dia malah merepotkan kamu huh? " sahut Sana menatap Rose dengan sinis.

Rose beralih menatap Jane dengan tatapan bersalahnya "Maaf karena sudah merepotkan" lirihnya.

"No!  Kamu tidak merepotkan aku.  Jangan dengarin omongan cewek tidak jelas ini" sahut Jane menggenggam tangan Rose. 

"Jane,  apa apaan si!? Siapa cewek ini?  Kenapa kamu belain dia?! " Marah Sana. 

"Stop Sana!! Ini Rose,  istri aku dan sekarang dia lagi hamil jadi sudah seharusnya aku yang mengurus dia disaat dia membutuhkan aku!" ujar Jane penuh penekanan. 

Sana melotot "T-tidak mungkin"

"Apa yang tidak mungkin huh?  Aku sudah menikah jadi tolong jangan gangguin aku lagi" ujar Jane menggandeng Rose memasuki kamar dan dia menutup pintu kamar tanpa mempedulikan sosok Sana. 

"Hiks hiks" isakan Rose mula kedengaran.  Dia melepaskan genggaman tangan Jane dan beralih duduk diatas kasur. 

"Rosie,  kenapa? " tanya Jane khawatir.

"Hiks maaf,  aku sudah merepotkan kamu" isak Rose. 

Astaga,  ternyata istrinya itu masih kepikiran sama omongan Sana "Sayang,  jangan dengarin omongan dia.  Aku sama sekali tidak merasa direpotkan kok. Aku bahkan merasa senang karena bisa mengurus kamu yang lagi hamil anak aku ini" ujar Jane dengan lembut.  Dia membawa Rose kedalam dakapannya dengan tangannya yang mengelus kepala Rose. 

"Hiks benaran? " tanya Rose

Jane terkekeh kecil dan mencubit hidung Rose dengan pelan.  Istrinya menggemaskan sekali "Iya Sayang.  Jadi,  kalau kamu butuh apa apa,  kabarin aku saja ya"

Rose mengangguk senang dan kembali memeluk Jane dengan erat. Dia meletakkan kepalanya di dada Jane "Siapa cewek tadi?  Sepertinya kamu akrab banget sama dia" tanya Rose yang terdengar cemburu itu. 

"Dia teman waktu kecil aku.  Sudah dari kecil dia suka sama aku tapi aku hanya menganggap dia sebagai teman.  Waktu itu aku tinggal di New Zealand si. Terus akhirnya keluarga aku pindah ke Korea jadi aku bisa bebas dari dia" jelas Jane. 

"Kamu tidak ada rasa sama dia bukan? "

"Ya tidak ada lah.  Yang ada aku risih sama dia"

Rose tersenyum gemes.  Dia beralih mengecup pipi mandu Jane berkali kali "Hehe,  Hubby gemesin"

"Sekarang kamu minum vitamin ini ya.  Katanya,  vitamin ini cocok untuk ibu hamil" Jane mengeluarkan vitamin yang dibeli olehnya itu dan menyerahkannya kepada Rose. 

"Thanks Hubby" dengan segera Rose meminum vitamin itu.

























*

Dengan buru buru Lisa keluar dari area taman.  Dia ingin menjauh dari Jisoo yang terus mengejarnya itu. 

"Lisa tunggu!" teriak Jisoo tanpa mempedulikan tatapan orang orang yang sudah tertuju kearahnya. 

Jisoo beralih memegang tangan Lisa membuatkan langkah Lisa terhenti "Apaan si Oppa?!" kesal Lisa

"Aku sama Mina hanya temanan kok.  Tidak lebih" jelas Jisoo. 

"Aku tidak peduli.  Lagian itu bukan urusan aku si.  Kita bukan ada hubungan juga" ujar Lisa melepaskan pegangan tangan Jisoo dan dia berlalu pergi dari sana. 

Jisoo mengusap wajahnya dengan kasar.  Sebenarnya,  tadi Lisa melihat Jisoo bersama Mina ditaman. Tanpa sengaja Mina hampir terjatuh dan Jisoo dengan sigapnya memegang pinggang Mina.  Lisa yang kebetulan ingin bersantai ditaman itu malah melihat Mina yang berada di pelukan Jisoo.  Gara gara itu jugalah Lisa kesal dan memilih untuk pergi karena dia sadar kalau dia dan Jisoo juga memang tidak ada apa apa hubungan walaupun kedua duanya sudah tahu soal perasaan masing masing. 

"TOLONG!"

Jisoo melotot ketika mendengar teriakan itu.  Dia benar benar yakin itu adalah teriakan Lisa.  Dengan segera dia berlari untuk mencari keberadaan Lisa. 











"Lepasin gue brengsek! " Lisa terus meronta ronta ketika dua orang pria menariknya ke gang sempit. 

"Jangan marah marah cantik" salah satu pria itu mencolek dagu Lisa membuatkan yeoja berponi itu bergidik ngeri. 

"Woi! Lepasin cewek gue! " Jisoo menghampiri mereka dengan nafas yang memburu.  Dia marah ketika melihat kedua pria itu memegang tangan Lisa. 

"Jadi ini cewek lo?  Buat gue saja ya"

Jisoo menggeram marah. Tanpa aba aba dia menghampiri kedua pria itu dan melayangkan pukulannya. 

Brughhh

Salah satu pria itu tersungkur jatuh setelah menerima pukulan dari Jisoo.  Pria yang lain bergegas memegang kedua tangan Jisoo dibelakang membuatkan cowok itu tidak mampu memukul mereka lagi. 

"Sok jagoan!" cibir pria yang dipukul oleh Jisoo.  Dia bangkit dengan memegang pisau di tangannya. 

Jlebb

"Jisoo!!" Lisa berteriak histeris ketika melihat pisau yang tajam itu menusuk perut Jisoo. 

Kedua pria itu pula bergegas melepaskan Jisoo dan berlari pergi dari sana. 

"Hiks andwae Oppa" isak Lisa memangku kepala Jisoo. 

Dengan nafas yang memburu Jisoo menggenggam tangan Lisa "L-Lisa-ya,  a-aku suka sama kamu.  A-apa kamu mau menjadi pacar aku hurm?"

Lisa terisak "Hiks aku mau"

"Syukurlah" Jisoo tersenyum lega "A-akhirnya aku bisa tenang" gumamnya yang perlahan lahan menutup matanya membuatkan Lisa berteriak semakin keras. 









  Tekan
   👇

Sincérité de l'amour ✅Where stories live. Discover now