-21-

575 86 4
                                    

Jane memilih untuk membawa Rose menikmati makan siang mereka disebuah restaurant yang berada di pinggiran pantai.

Dia tahu Rose ingin menikmati suasana pantai makanya dia membawa sang istri untuk duduk di balkon restaurant.

"Wine?" Tanya sang pelayan setelah Jane memesan makanan.

"No, it's okay" tolak Jane.

Pelayan itu mengangguk dan berganjak pergi dari sana.

"Kenapa tidak memesan wine? Biasanya orang orang suka memesan wine di restaurant yang mahal seperti ini" ujar Rose bingung.

"Kamu lagi hamil, tidak boleh meminum wine dan aku juga akan ikutan untuk tidak meminum wine" jelas Jane.

Rose tersenyum hangat. Suaminya memang sosok yang pengertian "Nanti pas makan siang kita mau kemana?"

"Kita jalan jalan saja gimana? Atau ada tempat yang ingin kamu pergi?"

"Kita kembali ke hotel saja ya. Aku sedikit merasa pusing"

Jane bergegas berganjak duduk disamping Rose "Kamu sakit?" Tanya nya khawatir.

"Pusing sedikit" sahut Rose.

Jane menggigit bibir bawahnya. Apa yang harus dia lakukan saat ini? "Maaf, seharusnya aku biarin saja kamu istirahat di hotel. Kamu pasti capek menemani aku" ujarnya merasa bersalah.

"No, ini bukan salah kamu. Aku juga memang ingin menemani kamu kok. Hari ini cuaca lagi panas, mungkin saja gara gara ini aku pusing" ujar Rose berusaha menenangkan sang suami.

Beberapa menit berlalu, makanan yang dipesan akhirnya tiba. Jane memilih untuk menyuapi sang istri walaupun Rose sudah menolaknya.





















Perlahan lahan Jane membaringkan Rose yang sudah tertidur itu diatas kasur. Ditatapnya wajah pucat sang istri dengan tatapan sendu "Cepat sembuh Sayang" bisiknya sebelum mendaratkan kecupan singkat di dahi Rose.

Ding dong~

Dahi Jane mengernyit. Siapa yang menekan bel kamarnya itu?

Dengan penasarannya dia berganjak kearah pintu. Dibukanya pintu itu dengan perlahan agar tidak mengganggu tidur sang istri.

Raut wajahnya sontak berubah menjadi datar ketika melihat sosok Jeykey didepannya "Ada apa!?" Dinginnya.

"Tadi gue melihat lo menggendong Rose kekamar. Apa dia baik baik saja?" Tanya Jeykey.

"Dia baik baik saja!" sahut Jane datar

"Ah, syukurlah" Jeykey bernafas lega "Tapi, kenapa lo menggendong dia?"

Dahi Jane mengernyit "Dia istri sah gue jadi tidak ada salahnya gue menggendong dia bukan? Lagian tadi dia pusing makanya gue menggendong dia"

"Pusing!?"

"Tidak perlu berlebihan Jeykey-ssi. Gue bisa menjaga istri dan calon anak gue itu dengan baik. Urusin saja urusan elo!" Tegas Jane.

"M-maksud lo?"

Jane menghela nafasnya dengan kasar "Rose lagi hamil dan tolong menjauh dari istri gue itu. Gue tidak suka ada cowok yang dekatin dia termasuklah elo"

"Tapi gue sahabat Rose"

"Sahabat? Ck, kalian itu hanya mantan dan lo harus ingat kalau elo sendiri yang tidak ingin melanjutkan hubungan lo sama Rose. Dan sekarang Rose sudah bahagia bersama gue jadi jangan pernah lo muncul dihidup dia lagi!" Jane menghela nafasnya dengan kasar dan beralih menutup pintu kamar tanpa mempedulikan Jeykey.

Sebagai cowok, dia menyadari arti tatapan Jeykey yang tertuju kepada Rose. Dia tahu kalau Jeykey masih mencintai Rose dan sekarang dia hanya takut Rose kembali kepada Jeykey. Dia tidak ragu kepada Rose namun dia ragu kepada dirinya sendiri. Gimana kalau dia tidak bisa membahagiakan Rose? Apa Rose akan kembali bersama Jeykey dan meninggalkan dia?

Huekkk

Secara tiba tiba dia dikagetkan dengan sosok Rose yang berlari kekamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

"Sayang!" Dengan khawatirnya dia menghampiri Rose dan memijit tengkuk belakang sang istri "Keluarkan saja semuanya" bisik Jane menyisir rambut Rose kebelakang agar tidak terkena muntahan.

Beberapa menit berlalu, Rose sudah selesai memuntahkan isi perutnya dan dia juga sudah mencuci mulutnya itu.

Dengan sigapnya Jane menggendong Rose ala bridal style dan membaringkan istri diatas kasur. Dia ikut duduk disamping Rose "Pusing?" Tanya Jane pengertian.

Rose mengangguk dengan wajahnya yang pucat. Hati Jane mencelos ketika melihat tatapan sendu dari sang istri. Perlahan lahan Jane beralih memijit kepala Rose membuatkan Rose memejamkan matanya dan menikmati pijitan yang membuatkan dirinya nyaman itu.

Tidak butuh waktu yang lama, dengkuran halusnya mula kedengaran membuatkan Jane akhirnya bisa bernafas lega.

Setelah memastikan Rose sudah sepenuhnya tertidur, Jane memilih untuk keluar dari kamar dan berlalu ke apotek yang berada tidak jauh dari hotel yang ditinggali oleh mereka.

Dia harus membeli beberapa vitamin untuk Rose agar kandungan istrinya itu sehat.

Brukk

"Jane?" Jane mengernyit dengan menatap cewek yang tidak sengaja ditabraknya itu.

"Siapa?" Bingung Jane.

"Aku Sana, teman masa kecil kamu. Kamu sudah lupa?"

Mata Jane melotot. Astaga, kenapa bisa dia kembali dipertemukan sama sosok teman masa kecilnya itu? Teman masa kecilnya itu memang sedari dulu menyukai dirinya makanya Jane risih dengan kehadiran sosok itu.















  Tekan
   👇

Sincérité de l'amour ✅Where stories live. Discover now