MW|28✔️

158 132 59
                                    

Sudah direvisi ✔️

Happy Reading!

8 September 2164

Pagi yang cukup sejuk untuk dinikmati hari ini. Keadaan rumah sewa kali ini belum benar-benar pulih.

Satu gadis masih menunjukkan sifat kekanak-kanakannya dengan cara merajuk kepada salah satu anggota tim. Sedangkan lelaki lainnya masih tak menerima kenyataan bahwa dirinya dan ibunya terpisah, juga masih khawatir dengan perkataan sosok setengah elf kemarin.

Walaupun kini mereka sedang makan bersama di ruang makan, tetapi tak ada yang berbicara maupun bergurau. Mereka bertiga sangat merasakan suasana canggung akibat dua manusia yang membuat kecanggungan ini.

"Ekhem, nanti setelah makan kita siap-siap terus berangkat ya," ucap Fannan yang sudah selesai makan.

"Kemana?" Tanya Azura. "Bukannya semalem udah gue kasih tau ya?" Sahut Zale dengan tenang.

"MAKANNYA KALO DIKASIH TAU TUH DI DENGERIN ABU-ABU!" Teriak Fannan frustasi tapi tak bermaksud membentak.

Azura sedikit menegang akibat hal itu "Berisik, mulut lo bau udang," balasnya dan kembali melahap makanannya.

"Hih gemes deh!" Geram Fannan seraya mengepalkan kedua tangannya di udara.

"Lo gak lupa kan, Gal?" Fannan menoleh kearah sahabat lelakinya yang diam sedari awal.

"Hm." Jawabnya sangat amat singkat.

Fannan pun memutar bola matanya dan segera beranjak dari sana untuk bersiap diri. "Dah lah, gue mau prepare duluan,"

"Kalo gitu gue juga mau ikut prepare sekarang," sahut Zale dengan santai lalu berdiri dari duduknya.

Azura segera menoleh dan mengundang sahabatnya. "Ih, Zel? Aku gak di ajak?"

"Kan lo lagi makan, gue kira mau nyusul nanti-an,"

Gadis bermata abu-abu itu segera menyuap sendok terakhir dan beranjak. "Eung-eung, aku ikut Zezel!" Ujarnya seraya menggelengkan kepalanya gemas di awal ucapan.

"Ya udah ayo."

Kini ruang makan telah menjadi sunyi karena hanya tersisa Ivy dan Galaxy yang kebetulan saat kemarin sedang bermusuhan.

"Galaxy, saya benar-benar minta maaf jika ada kelakuanku yang membuatmu tak nyaman," ucap Ivy dengan tenang tetapi terdengar nada yang sedikit berbeda.

Pemuda berkulit pucat itu menatap lawan bicaranya dengan sangat dalam. "Cuma ke gue?"

"Maksudnya?"

Galaxy menghela napasnya dan meletakkan alat makannya dengan sedikit kasar. "Ya lo mikir dong, lo kira yang kehilangan cuma gue? Lo ga ada niatan buat minta maaf sama yang lain juga?"

"Kakaknya Azura di culik karena orang itu, Fannan di pisahin dari orang tua kandungnya juga karena orang itu. Dan lo cuma minta maaf sama gue?" Ujarnya dengan nada yang cukup tegas.

"Eh... Aku pikir mereka tak terlalu terlarut dalam kesedihan seperti dirimu. Lagipula dari awal bertemu, mereka terlihat bersenang-senang terus 'kan?" Balas gadis setengah elf itu dengan raut wajah yang terlihat polos.

"Dewasa emang benar-benar bukan tentang usia ya. Udah tua aja masih gak bisa mikir lo! Lo kira orang yang keliatannya happy-happy terus gak punya kesedihan tersendiri? Mikir!" Tegas Galaxy dengan menunjuk tajam ke arah Ivy.

Gadis setengah elf tersebut cukup terkejut dengan kelakuan pemuda tampan ini. Ia tak berpikir akan di bentak untuk yang kesekian kalinya dari orang yang sama. Ia pikir semuanya akan dimaafkan karena dirinya. Karena selama ini jika ia meminta apapun ke orang lain pasti akan dituruti.

Mesin Waktu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang