MW|36 + Bonus Cast✔️

157 93 108
                                    

Happy Reading!

Suasana malam yang begitu menenangkan bagai dunia fantasi. Bulan berwarna biru safir tampak sangat dekat dengan planet ini. Terangnya bulan ini hampir mengalahkan sang mentari. Pepohonan dan sekutunya memancarkan sinar estetik masing-masing, yang dapat membuat siapapun yang melihatnya akan terpikat.

Sosok gadis berambut coklat tampak terbiasa dengan hal ini, namun tetap saja ia merasa heran. Ia bingung, kali ini apa yang menjadi alasan ia dibawa kemari?

Melihat ada sebuah batu berbentuk daun ivy yang juga memancarkan garis bercahaya membuat gadis ini tertarik untuk mendekatinya. Lalu ia mendaratkan bokongnya ke batu itu, tak ada rasa apapun dan itu membuatnya sedikit menurunkan rasa kewaspadaannya.

Ia mendongakkan kepalanya ke arah langit malam yang begitu indah itu. Menyerap rasa nikmat akan suasana ini dan menghirup udara malam yang sangat segar. Kini baru tersadar bahwa udara malam disini memiliki aroma. Aromanya seperti wangi bunga daphne yang manis.

Mulai memejamkan matanya karena terlalu menikmati suasana kali ini. Tiba-tiba kegiatannya terjeda oleh kedatangan dua gadis yang menurutnya familiar.

"Zale," ah, suara itu lagi. Gadis yang sama dengan suara yang lebih berat dan anggun.

Gadis berambut coklat itu membuka matanya dan menoleh seraya menaikkan salah satu alisnya. Tapi tunggu! Gadis lain di samping sosok itu nampak sangat familiar.

"Bukannya waktu itu udah pamitan?" Tanya Zale dengan cueknya.

"Ya, tapi kami diperintahkan untuk bertemu sekali lagi dengan salah satu dari kalian. Temanku tak akan kuat jika bertemu dia, jadi kami memutuskan untuk bertemu denganmu," jawab Xióni dengan penjelasan yang dapat dimengerti oleh Zale.

"Dia? Eysie?" Tanya Zale kembali dengan singkat. Dan hanya dibalas anggukan kecil dari Xióni.

"Lo Achlys?" Kini ia bertanya kepada sosok disebelah Xióni. Achlys tampak mengangguk dan hanya menjawab singkat. "Ya."

"So, mau ngapain?" Tanya Zale, lagi dan lagi.

Xióni menghela napas panjang dan ikut duduk di batu yang ada di sebelah Zale, lalu diikuti oleh Achlys. "Gimana? Udah ketemu jawabannya kan?" Tanyanya balik dengan memutar topik.

Namun Zale tak menjawab, ia kembali menaikkan salah satu alisnya tanda bahwa ia tak mengerti. "Tentang kamu yang ikut berkelana," lanjut Xióni yang langsung dipahami oleh gadis berambut coklat.

"Gak tau, semuanya sama kaya hari-hari biasa. Tapi jujur gue masih kaget sama perkataan lo waktu itu wkwk, ternyata anak itu gak beneran mati? Haha, lucu," balas Zale diiringi tawa hambar.

"Kamu benar-benar tak membuka mata, sepertinya memang sudah mendapatkan jawaban," ujar Xióni dengan datar.

Achlys termenung sedari tadi, namun sekarang ia akan berani membuka suaranya. "Si bocah sekarang gimana?"

"Aman, kenapa? Kangen lo?" Ucap Zale meledek Achlys.

"Gak! Ngapain kangen sama dia, hih," balas Achlys tak sepenuhnya jujur. Zale tertawa hambar lalu memejamkan matanya sejenak.

"Sejak kapan lo bareng sama Eysie?" Tanya Zale kepada Achlys. Sosok dengan fisik yang mirip Azura itu kembali membayangkan kenangannya bersama gadis itu.

"Sejak awal dia trauma," jawabnya singkat.
Zale manggut-manggut mendengarnya, "Berarti kalian deket dong ya?"

"Bisa di bilang gitu..." Jawabnya yang tak sadar bahwa air matanya berhasil lolos dari pengawasannya.

Zale menoleh lalu bersikap acuh tak acuh, ia menghela napas pendek. "Gue lagi bosen sama tangisan, jadi kalo lo mau nangis mending pergi. Gue capek,"

"Kenapa? Saya lihat, jika ada yang menangis akan ditangani dengan lembut oleh mu," tanya Xióni ketus.

Mesin Waktu [TAMAT]Where stories live. Discover now