part 7

39.4K 2K 12
                                    

Jam kini menunjukkan pukul 3 lewat beberapa menit, Dira mulai membuka matanya. Yang dilihatnya pertama kali adalah laki-laki yang sudah menjadi suaminya kini masih terlelap dengan nyamannya. Tidak ingin mengganggunya, Dira segera mencuci muka lalu keluar dari kamar.

Terlihat diruang tengah kini hanya terdapat satu orang yang tengah asik melihat film, Akmal. Yang lain mungkin masih istirahat? Entahlah Dira tidak tau.

"Yang lain mana?" Tanya Dira memilih menyapa Akmal lebih dulu. Dari hasil pengamatan Dira setelah beberapa kali bertemu, Akmal ini merupakan laki-laki cuek yang jika tidak ada urusan maka tidak akan bertanya lebih dulu. Lihat saja bahkan tadi Akmal hanya melirik Dira sekilas lalu kembali fokus pada layar televisi itu. Karena sekarang Akmal adalah adik iparnya Dira akan perlahan-lahan mencoba dekat dengan anggota keluarga Agam yang lain.

"Tidak tau." Hanya dua kata yang keluar, Dira hanya balas mengangguk.

"Mau dibuatin minum?" Dira menawarkan karena tidak melihat minuman atau pun cemilan didepan Akmal.

"Boleh." Akmal tetap cuek, bahkan saat menjawab dia tidak melihat kearah Dira sekalipun.

"Mau minum apa?" Takutnya Akmal memiliki ketidaksukaan terhadap suatu minuman jadinya Dira memilih untuk bertanya saja.

"Yang ada saja." Dira mengangguk lalu segera berlalu menuju dapur yang berada di sebelah, dengan cekatan dia membuat minuman bukan hanya segelas tapi Dira membuat satu teko siapa tau saja nanti yang lain juga ikut bergabung dengan Akmal. Untunglah bahan yang dibutuhkan Dira mudah dicari hingga tidak membutuhkan waktu lama minuman itu sudah jadi. Dira menaruh minuman yang dibawanya di meja depan Akmal.

"Makasih." Dira mengangguk. Lalu dia kembali menuju dapur, hendak mengambil minum. Sebenarnya Dira sekarang sedang kebingungan, nanti malam mertuanya akan kembali kerumah mereka dan Dira bingung memikirkan kira-kira dia akan memberi buah tangan apa. Bisa saja sebenarnya Dira tidak memberikan apapun, tapi kan nanti malah terlihat tidak etis. Kue-kue tadi sudah habis untuk menjamu para tamu dan ada beberapa diberikan untuk dibawa pulang.

Ditengah kemelut pikiran Dira, datanglah Vini yang kini sedang mencari-cari beberapa cemilan dalam kulkas.

"Ngapain kak?" Sapa Vini basa-basi. Muncullah satu ide yang bersarang didalam pikiran Dira.

"Vini, aku minta tolong boleh?"

"Boleh kok, mau minta tolong apa emang?"

"Gini, aku mau buat kue tapi bahan-bahannya ada beberapa yang kurang. Kamu mau temenin aku belanja?"

"Mau, berangkat kapan?"

"Sekarang aja ya, kalau nanti takutnya malah mepet waktunya." Dira harus gerak cepat, membuat kue itu lumayan membutuhkan waktu.

"Ya udah, kebetulan didepan sana ada minimarket. Bisalah kalau jalan kaki."

"Bagus itu, kita kesana aja ya."

"Ya udah, aku siap-siap dulu ya."

"Aku tunggu di depan aja ya kak." Dira mengangguk, lalu segera menuju kamarnya. Agam masih sama seperti terakhir kali Dira lihat, mumpung suami dan anaknya sedang tidur ini kesempatan baik. Untung saja Dira masih mempunyai uang, jadinya tidak perlu meminta dulu pada Agam.

"Ayo Vin." Ajak Dira setelah dia selesai. Dira dan Vina memilih untuk jalan kaki saja , karena jarak yang dekat jadi tidak membutuhkan waktu lama.

"Permisi." Sebagai penghuni baru dari kompleks ini tentu Dira harus bersikap seramah mungkin pada para tetangga. Meskipun kompleks Agam ini termasuk tempat orang-orang sibuk, tapi tak jarang juga ada yang masih bersilaturahmi antar sama tetangga dan itu menjadi point plus tersendiri.

"Oh, ini istrinya dokter Agam yang tadi lagi nikah itu ya?" Dira mengangguk sopan. Meskipun hanya dihadiri keluarga dekat tapi tentu saja lara tetangga pasti sudah mendengar tentang berita itu.

Setelah sedikit basa-basi tadi, Dira dan Vina kini melanjutkan perjalanan mereka diselingi dengan basa-basi ringan.

"Komplek ini lumayan nyaman sih kak menurut aku. Antar tetangga masih sering kumpul-kumpul gitu dari yang aku liat selama ini. Biasa kan ada tuh kompleks yang sama tetangga sebelah aja gak saling kenal."

"Justru bagus itu, baik untuk tumbuh kembang anak-anak. Enak juga kalau antar tetangga saling akrab gitu."

"Iya kak, eh iya Nara kok gak diajak aja kak. Biasa dia seneng banget kalau diajak jalan-jalan."

"Masih tidur sama kakak kamu. Kayaknya kecapean gara-gara acara tadi."

"Tadi aku liat bang Akmal minum es gitu. Itu kakak yang buatin?"

"Iya, kasian tadi takutnya dia kehausan."

"Enak esnya seger banget. Tadi aku coba juga."

"Kamu sebenarnya umur berapa sih Vin?" Dira penasaran. Sempat Dira berpikir bahwa Akmal dan Vini itu terlahir kembar tak seiras tapi jika ditelisik lebih jauh kayaknya bukan.

"Aku masih 19 kak. Baru masuk kuliah taun ini aku."

"Iya kah? Aku kira kita seumuran, bahkan aku sempat ngira kalau kamu sama Akmal itu kembar." Dira terkejut, tidak disangka ternyata Vini lebih muda darinya.

"Hahaha emang sih banyak yang ngira aku kembar sama bang Akmal. Tapi enggak kok kita gak kembar, bang Akmal itu sekarang umurnya 23 tahun masih kuliah semester akhir." Vini terkekeh, sudah biasa dia jika dianggap kembar dengan Akmal. Dira orang kesekian yang beranggapan sama.

"Berarti kalau sama Mas Agam, beda 14 tahun dong kamu. Lumayan jauh ya."

"Bukan lumayan lagi kak, emang jauh. Eh ngomong-ngomong kakak umur berapa sih? Kelihatan masih muda banget."

"Aku umur 21."

"Hah? Serius?" Saking terkejutnya Vini sampai dia menghentikan langkahnya sejenak. Diamatinya lagi Dira dengan matanya yang melotot.

"Berarti kak Dira nikah sama om-om dong." Gumam Vini pelan tapi masih bisa ditangkap oleh indra Dira. Bukannya tersinggung, Dira malah terkekeh mendengarnya. Memang kenyataannya seperti itu kan.

"Hebat banget ya berarti kakak aku itu, bisa memikat daun muda seperti kak Dira. Kok mau sih kak sama kakak aku yang udah berumur itu?" Tanya Vini dengan polosnya.

"Kalau udah jodoh ya mau gimana lagi? Yang penting kan sama-sama bahagia kedepannya. Aminnn." Jawab Dira mengandung dia didalamnya.

"Berarti kak Dira masih kuliah dong sekarang." Vin terlihat antusias saat mengatakan.

"Udah enggak. Aku memilih buat berhenti aja karena ayah punya penyakit keras."

"Maaf kak. Aku gak tau tentang itu." Vini terlihat menyesal karena telah menanyakan hal yang membuat Dira teringat dengan kesedihannya.

"Gak papa. Bantu doain ya semoga ayah cepat sembuh. Udah ayo jalan lagi, nanti malah kelamaan lagi." Mereka melanjutkan jalan kaki menuju minimarket. Bukannya apa jika terlalu lama takutnya nanti orang rumah malah mencari mereka. Dira juga belum sempat izin pada Agam karena suaminya itu masih tertidur.

***

Married with Doctor Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt