part 17

31.8K 1.7K 16
                                    

Ramein yuk votenya.

Happy reading

Suara tangisan Nara membuat Dira langsung terbangun dari tidurnya, dengan santai Dira berdiri dan berjalan menuju box tempat Nara tidur.

Dira segera meraih Nara dalam gendongannya agar anak itu berhenti menangis, lalu Dira melirik pada jam yang bertengger di dinding kamar. Sontak saja matanya langsung membulat, jam tujuh pagi dan Dira baru saja bangun. Itu berarti Dira bangun kesiangan dong.

Dira merapikan penampilannya sejenak sebelum keluar dari kamar, dia harus menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dan beruntungnya hari ini adalah weekend sehingga tidak terlalu terburu-buru untuk membangunkan Agam.

Saat melewati meja makan, Dira sudah melihat keberadaan adik iparnya dengan semangkuk bubur yang Dira sendiri tidak tau dapat dari mana, beli mungkin ya tidak mungkin Vini memasak pikirnya. Bukan seuzon tapi adik iparnya itu memang paling malas tentang urusan masak-memasak.

"Kak Dira baru bangun ya." Ucap Vini dengan terselip arti di dalam kalimatnya. Bukan Vini menyindir ya, malahan dia merasa senang.

"Iya. Maaf ya gak sempat bikin sarapan kamu." Meskipun yang dihadapannya adalah Vini bukan ibu mertua, Dira tetap merasa salah. Bagaimanapun Vini adalah adik dari suaminya dan sekarang tengah menginap di kediaman mereka, bukankah sebagai tuan rumah yang baik Dira harus memastikan kenyamanan Vini.

"Gak masalah kak. Tadi ada tukang bubur lewat, aku beli sekalian deh buat kakak sama kak Agam juga." Vini memberikan senyum pada Dira agar tidak merasa bersalah lagi.

"Makasih ya." Ucap Dira meskipun dia masih merasa sungkan.

"Kak Agam belum bangun?"

"Belum, kecapean kayaknya." Mendengar jawaban dari Dira, Vini berusaha keras untuk menahan senyumnya.

"Sini kak. Nara main sama aku aja, kak Dira makan dulu." Tanpa menunggu persetujuan dari Dira, Vini segera meraih Nara dan meninggalkan Dira sendiri di ruang makan.

Sebelum memakan sarapannya, Dira lebih dulu membangunkan suaminya.

"Mas." Dira menggoncang pelan tubuh Agam yang masih bergelung dalam selimut.

Tidak memerlukan waktu lama, laki-laki itu sudah mengeliat dan menyipitkan mata, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

"Bangun Mas, sudah siang." Ucap Dira lagi saat Agam akan membalikkan badannya, kembali tidur.

"Jam berapa?" Tanya laki-laki itu dengan suara seraknya.

"Jam 7 lebih. Ayo bangun, sarapan."

Setelah berhasil mengumpulkan kesadarannya, Agam beranjak dari ranjang. Kakinya berjalan menuju pintu tapi sebelum dia berhasil membukanya, Dira segera mencekal lengan suaminya itu. Agam mengernyit karena tidak mengerti maksud Dira.

"Pakai baju dulu Mas, ada Vini dibawah." Beritahu Dira tanpa melihat pada suaminya itu. Jujur saja dia sebenarnya juga malu jika harus berkata seperti itu. Tapi mau gimana lagi kan, dari pada malu nanti diledek Vini.

Mendengar perkataan istrinya itu, Agam langsung melihat kebawah dan ternyata benar dia tidak memakai baju hanya mengenakan boxer saja.

"Ini." Dira menyerahkannya kaos juga celana pendek pada Agam agar dipakai oleh laki-laki itu.

Agam mengambilnya dari tangan Dira dan langsung memakai didepan istrinya itu. Lagi-lagi Dira mengalihkan pandangannya agar tidak menatap pada suaminya itu. Meskipun sudah menjadi suami-istri tetap saja Dira masih merasa malu jika melihat hal-hal seperti itu.

Setelah Agam selesai dengan bajunya, barulah kedua orang itu keluar dari kamar dan memakan sarapan yang dibelikan Vini untuk mereka.

"Nara mana?" Tanya Agam setelah sarapan mereka selesai.

"Main sama Vini di taman." Agam mengangguk lalu dia melangkahkan kakinya menuju taman untuk menemui anaknya.

Dan benar saja, disana sudah terlihat Nara yang berada di dalam kolam buatan yang dikhususkan untuk bayi itu. Disampingnya juga tampak Vini yang ikut bergabung dengan Nara. Agam menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan tingkah adiknya itu. Meskipun sudah dewasa, Vini kerap kali bersikap seperti anak. Mungkin karena dia anak bungsu juga, hingga membuat sifat manjanya keluar sewaktu-waktu. Tapi hal itu tidak manjadi masalah.

"Good morning, anak papa." Agam menyapa Nara yang asik bermainnya air. Saking asiknya bahkan Nara tidak menghiraukan sapaan dari papanya.

"Kak sini deh." Vini melambaikan tangan, menyuruh Agam untuk menghampiri dirinya.

"Jangan usil." Agam memperingati terlebih dulu pada adiknya. Bukan apa dia mengatakan seperti itu, takut adiknya dalam mode jahil. Bisa disiram pakai air Agam nanti, sedangkan dia sedang malas bermain dengan air pagi ini.

"Ih mikirnya negatif terus sama aku." Ujar Vini bersungut-sungut. Padahal kan dia tidak ada niat jahat pada kakaknya itu.

"Kenapa?" Tanya Agam dengan malas setelah dia berada di samping adiknya.

"Bangun kesiangan ya, pasti tadi malam begadang." Vini menggoda kakaknya. Yang digoda menampilkan ekspresi biasa saja.

"Kamu masih kecil, jangan mikir macam-macam."

"Ih masih kecil apaan aku seumuran ya sama kak Dira." Ujar Vini dengan kesal, tidak terima dibilang masih kecil oleh kakaknya.

"Lagian kalau seumuran aku masih kecil, berarti kakak ngapa-ngapain anak kecil dong. Pedofil berarti." Gawat senjata makan tuan ini namanya. Vini membalas perkataan Agam dengan sombongnya.

Agam berdecak mendengar perkataan adiknya itu. Dia lalu berjalan menjauhi Vini dan duduk di kursi yang berada di taman.

Tidak lama Dira memasuki taman, dan menghampiri Nara juga Vini.

"Adek mandi dulu yuk." Dira hendak meraih Nara agar berhenti berendam di kolam buatan itu tapi bayi itu malah memukul-mukul air hingga terciprat ke arah Dira.

"Ayo dek, mandi sama bebek ya."

"Ebek." Mendengar kata bebek membuat Nara tertarik. Bayi itu mengulurkan tangannya meminta gendong pada Dira. Dira segera meraih bayi itu hendak dibawa menuju kamar mandi.

"Paaa." Jerit Nara saat melihat keberadaan papanya. Bayi itu menunjuk-nunjuk ke arah papanya yang tengah duduk disana. Tadi saja papanya dicuekin sekarang malah meronta ingin dengan papanya.

Dira membawa Nara untuk mendekati Papanya. Saat sudah berada di depan Agam, Nara langsung berhambur ke gendong Papanya.

Agam menerima Nara dengan senang hati. Tapi saat melihat ke arah Dira, Agam menjadi salah fokus. Akibat dari menggendong tubuh Nara yang basah membuat pakaian istrinya itu juga ikut basah dan samar-samar menampilkan bagian dalamnya.

"Pandangannya di jaga ya kak." Teriak Vini dari belakang, dia sadar kemana arah mata kakaknya memandang. Agam berdeham, dia tidak menghiraukan ucapan Vini barusan.

"Sana mandi lalu ganti baju." Bisik Agam pelan pada Dira.

Dira mengangguk menyetujui, lagi pula niat dia memang ingin mandi sekalian dengan Nara juga. Agar tidak repot dua kali gitu.

"Ayo adek mandi dulu ya sama Mama sama bebek juga. Main sama papanya nanti lagi ya." Bujuk Dira, dia agak sedikit membungkukkan badannya untuk mengambil Nara.

Dan gerakan itu semakin memperjelas didalam sana, Agam mengalihkan pandangannya kesamping. Menghindar agar tidak melihat. Sepertinya Dira masih tidak sadar juga.

TBC

Married with Doctor Where stories live. Discover now