part 8

38K 2.1K 11
                                    

Sore harinya setelah beribadah ashar, Dira sudah sibuk berkecimpung didapur guna membuat makanan untuk nanti malam. Ini adalah masakan pertama Dira ya akan langsung dicicipi oleh mertua dan Dira tidak ingin masakannya gagal. Dengan cara ini juga Dira berniat untuk memikat mertuanya. Siapa tau kan ibu mertua langsung bucin padanya. Semoga saja rencana Dira berhasil dan menuai hasil yang bagus pula.

"Wah Mama lagi buat apa?" Vini datang dengan Nara yang berada di gendongannya.

"Loh Nara sudah bangun?" Dira mencuci tangan terlebih dahulu sebelum dia mengambil alih Nara dari dalam gendongan Vini.

Baru saja Dira menggendong Nara sebentar, ibu mertuanya memasuki dapur dan langsung mengamati apa ya terjadi.

"Kalau lagi masak jangan pegang anak. Nanti banyak bakteri yang nempel." Ucapnya membuat Dira mematung sejenak. Dira tidak sakit hati, Dira tau bahwa itu adalah sebuah bentuk sayang seorang nenek pada cucunya. Lagi pun yang dikatakan tidak salah.

"Aku tadi udah cuci tangan kok Ma." Dira memberitahu. Tapi mertuanya tidak menggubris setelah mengambil sebotok air dari kulkas, mertuanya langsung keluar meninggalkan Dira yang hanya bisa terdiam.

"Maafin Mama ya kak. Mama emang gitu tapi aslinya Mama penyayang kok." Ucap Vini yang merasa tidak enak karena perlakuan mamanya pada Dira.

Untuk sekarang tidak apa jika memang Mama masih belum bisa menerima Dira sepenuh hati. Vini yakin dengan kebaikan Dira pasti Mamanya lama-kelamaan akan luluh juga, dan pastinya akan senang karena memiliki menantu seperti Dira.

"Iya gak apa, lagian benar kok apa yang Mama bilang." Dira menyerahkan Nara agar kembali ke gendongan Vini. Dia masih harus berkutat dengan bahan-bahan didepannya agar bisa selesai tepat waktu nanti.

"Tolong jaga Nara sebentar ya." Ucap Dira meminta tolong.

"Gak perlu sungkan gitu lah kak." Dira tertawa kecil mendapat jawaban seperti itu. Vini anaknya baik dan humble sekali membuat Dira lebih luwes dalam bersikap padanya.

Setelah itu Vini dan Nara pergi dari dapur karena Nara rupanya sudah mengeliat tanda tidak nyaman terlalu lama berada disana. Mungkin karena hawa didapur lebih panas kali ya membuat bayi itu tidak nyaman.

Sembari memasak makanan, Dira juga menyempatkan untuk membuat kue agar nanti dibawa pulang oleh mertuanya. Saat Dira tengah melihat kue yang berada di dalam oven, dia dikejutkan dengan kehadiran laki-laki yang beru beberapa jam resmi menjadi suaminya.

"Lagi apa?" Tanya nya dengan santai. Untung saja Dira tadi tidak terjerembab hingga mengebrak oven didepannya.

"Kaget tau Mas." Dira mengelus dadanya tanda bahwa dia kaget.

"Maaf. Tolong buatkan saya kopi." Agam meminta maaf sekaligus memberikan perintah kepada Dira untuk membuatkan dia kopi.

Sebagai istri yang berbakti pada suami, Dira segera mengambil gelas dan menyeduhkan kopi instan yang selalu tersedia disana.

"Aku buat brownis. Mama suka gak ya Mas?" Dira meminta pendapat suaminya. Dia belum tau apa yang disukai dan tidak disukai oleh ibu mertuanya. Mungkin sedikit informasi dari Agam bisa membuat Dira lebih mudah melancarkan rencananya.

"Suka. Mama suka kue kue seperti itu." Agam menjawab sesuai apa yang diketahuinya. Dira mengangguk dan memberikan kopi yang dipinta Agam tadi.

"Semoga nanti Mama suka ya Mas sama kue buatan aku." Ucapan Dira mengandung keinginan besar disana.

"Pasti Mama suka, apalah kalau dibuatin menantunya." Agam berusaha menghibur Dira dengan jawabannya. Mendengar itu Dira menyunggingkan senyum diwajahnya.

"Mas mau sesuatu untuk nanti malam?" Tany Dira menanyakan apakah Agam punya makanan yang diinginkan atau tidak. Tapi rupanya hal kalimat Dira terlalu ambigu dan di salah artikan oleh Agam.

"Hah? Sesuatu?" Jawab Agam dengan cengo. Dira dengan polosnya malah mengangguk dengan semangat.

"Mau." Jawab Agam pelan, dia juga berdeham untuk menghilangkan gugup yang tiba-tiba melanda.

"Mau apa?" Agam menatap Dira dalam. Bukankah tadi Dira yang menawarkan tapi kenapa sekarang malah menanyakan mau apa? Apa Dira ingin dirinya mengatakan dengan gamblang.

"Mau makan apa Mas?" Tanya Dira lagi karena Agam tidak segera menjawab dan malah menatap dirinya intens.

Seketika Agam cengo. Jadi ini maksudnya? Sepertinya Agam harus segera menyucikan otaknya agar berpikir yang aneh-aneh. Mungkinkah ini efek samping kelamaan menduda?

"Ah itu." Agam gelagapan menjawabnya. Otaknya tidak bisa berpikir dengan benar.

"Apa Mas?" Dira juga kebingungan mendapati jawaban Agam yang seperti itu.

"Terserah saja. Saya makan apa aja mau." Jawab Agam akhirnya.

"Saya kedepan dulu." Pamit Agam lalu meninggalkan Dira hendak bergabung dengan Papa dan juga adiknya yang kini tengah asik bermain catur.

***

Setelah menyesuaikan ibadah terakhir malam ini, seluruh keluarga berkumpul di meja makan untuk melaksanakan makan malam.

Meja makan kini telah terisi dengan beberapa menu makanan yang tadi dibuat oleh Dira sendiri. Vini juga sempat membantunya tadi dan itu sudah sangat membuat Dira merasa lebih santai.

Dira dengan telaten melayani suaminya dan dan lainnya. Bukan maksud keluarga Agam menjadikan Dira seperti pembantu, Dira hanya menyiapkan sekadarnya saja seperti mengambilkan piring dan menata makanan saja. Selebihnya dilakukan sendiri-sendiri oleh mereka.

Setelah semua siap untuk menyantap makanan, Dira mengambil Nara dari pangkuan suaminya.

"Sini Mas Nara sama aku aja."

"Kamu gak makan?" Agam merasa heran karena istrinya itu sama sekali tidak mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Nanti aja Mas. Biar gantian jaga Nara nya. Ayo silahkan dimakan." Dira mempersilakan orang yang ada dimeja untuk segera menyantap makanannya.

"Kamu duduk, makan juga." Suara dari Mama terdengar. Dira mantap Mama mertuanya.

"Nara biar sama Agam aja. Kamu kan sudah capek-capek masak masa mau makan belakangan." Lanjutnya. Hati Dira bergetar, ternyata Mama mertuanya tidak sebenci itu padanya. Bahkan perhatian kecil seperti ini saja sudah dapat membuat Dira merasa bahagia, bukankah itu tandanya Mama mertuanya ini sudah mulai menerima kehadirannya sebagai menantu.

"Sini Nara nya." Agam mengambil kembali Nara yang sempat diambil oleh Dira.

"Mas."

"Tidak apa saya sudah biasa makan sambil pangku Nara." Jawab Agam menenangkan.

"Ambil makannya." Ucap Mama lagi. Akhirnya Dira mengambil makanannya sendiri.

Setelah itu semua orang disana mulai menyuapkan makannya. Senyum kebahagiaan tidak bisa lagi Dira tutupi. Benar apa yang dikatakan Vini, bahwa Mama memang orang yang penyayang. Covernya saja yang terlihat galak tapi dalamnya lembut. Sepertinya usaha Dira sudah membuahkan hasil meskipun masih sedikit.

Dira menoleh kearah Agam yang sama sekali tidak terlihat kesusahan makan sambil memangku Nara. Sepertinya Agam ini tipe ayah yang meskipun sibuk dia akan selalu ada untuk anak-anaknya. Betapa beruntungnya Nara tumbuh di keluarga yang sehat seperti ini. Kakek dan nenek yang sayang padanya, juga jangan lupakan Tante dan Om nya yang juga tidak kalah dalam memanjakan dirinya. Dan pastinya papa yang selalu ada untungnya, semoga Dira dapat menggantikan sosok Mama yang selama ini telah hilang dari hidup Nara.

TBC

Jadwal update berubah jadi Senin sama Jum'at malam ya.

Married with Doctor Where stories live. Discover now