part 26

31.8K 1.9K 18
                                    

Di kamar yang terasa hening kini telah terisi oleh dua orang yang mana mereka adalah pasangan suami-istri, jadi tidak perlu lah ada acara ciduk menciduk seperti yang sering terjadi di hotel-hotel.

Seperti yang telah Agam janjikan sebelumnya, saat ini dia ingin menceritakan tentang kehidupan masa lalunya. Sebelum mulai membuka suara, terlebih dulu Agam menghembuskan nafas berat. Mengingat yang lalu memang bukanlah perkara mudah, Agam harus membuka luka lamanya dimana harga diri sebagai suami rasanya di injak-injak oleh sang mantan istri.

"Saya dan Maya bercerai karena wanita itu selingkuh." Agam membuka suara sebagai permulaan dari awal ceritanya.

Dira yang mendengar itu tentu merasa sangat terkejut, dia tidak menyangka bahwa Maya yang pembawaannya terlihat kalem dan berwibawa berani melakukan hal semacam itu.

"Maya selingkuh dengan mantannya waktu jaman kuliah, saya tidak tau perselingkuhan itu dimulai dari kapan karena saya juga tidak ingin mengetahuinya. Beberapa bulan sebelum Nara lahir, saya memang sudah mulai curiga. Dan setelah diselidiki kecurigaan itu benar terbukti. Saya saat itu marah dan kecewa tapi disisi lain saya tidak bisa melampiaskannya mengingat Maya ya sedang hamil besar." Agam menghentikan sejenak ceritanya untuk mengetahui reaksi yang Dira berikan.

Perempuan itu terlihat diam, mencerna penjelasan yang di katakan nya barusan. Dira memberi isyarat lewat tatapannya agar Agam melanjutkan cerita tadi.

"Awalnya saya berpikir untuk tetap mempertahankan Maya. Tapi melihat sikap wanita itu yang masih tetap melanjutkan perselingkuhannya, saya semakin geram dan akhirnya setelah beberapa bulan Nara lahir kami memutuskan untuk bercerai saja."

Sampai disana penjelasan yang Agam berikan tentang masa lalunya. Singkatnya Agam hanya menjelaskan bagian-bagian penting saja.

"Tanyakan apapun yang mau kamu tau." Ucap Agam saat melihat tatapan Dira yang masih tidak menyiratkan kepuasan akan penjelasan yang diberikan. Mungkin masih ada yang mengganjal di hati istrinya.

"Mas masih cinta sama Mbak Maya?" Tanya Dira mencicit, segala hal yang berhubungan dengan cinta masih sangat malu untuk Dira bicarakan mengingat selama ini Dira tidak terlalu fokus dengan hal yang berkaitan dengan asmara itu. Selama ini dia selalu disibukkan dengan bekerja serabutan guna mengumpulkan biaya pengobatan untuk ayahnya.

"Tidak, sekarang sudah ada kamu." Jawab Agam lugas dengan penuh keyakinan yang tersirat dari nadanya. Hati Dira sudah berdetak dua kali lebih cepat mendengarnya. Tapi dia tetap berusaha agar terlihat biasa saja di depan suaminya.

"Kalau aku gak ada, berarti Mas masih cinta?" Dengan tegas Agam menggeleng. Cinta untuk Maya sudah pupus sejak dulu, hilang terbawa dengan pengkhianatan yang di terimanya.

"Kamu istri saya, dan satu-satunya perempuan yang berhak saya cinta sebagai pendamping hidup." Jangan tanya kenapa Agam menjawab bertele-tele seperti itu, karena jujur saja dia lelaki yang susah untuk mengungkapkan perasaannya dengan blak-blakan.

Jantung Dira di dalam sana mungkin sudah jumpalitan mendengar jawaban tersirat dari Agam. Dia aslinya selemah itu tentang cinta, tolong jangan katakan bahwa Dira lemah. Sebagian perempuan dia tentu membutuhkan laki-laki sebagai sandaran hidupnya dan Agam datang dengan gentle nya langsung menawarkan pernikahan, yang tidak semua laki-laki bisa lakukan. Apalagi mengingat kondisi keluarganya saat itu, pastilah Agam sudah mempertimbangkan baik dan buruknya. Jadi, tidak salah bukan jika akhirnya Dira jatuh cinta pada laki-laki yang kini sudah ber status sebagai suaminya?

Mengesampingkan perasaan bahagianya, Dira kembali menanyakan hal yang penting untuk kelangsungan rumah tangga mereka nantinya.

"Mas Agam sendiri masih sering berhubungan dengan Mbak Maya? Meskipun tentang Nara sekalipun?"

"Tidak, bukannya saya ingin memutus hubungan Nara dan ibu kandungnya. Jika memang wanita itu peduli dengan Nara, maka dia bisa menghubungi Mbok yang selama ini membantu mengurus Nara. Atau paling tidak minta bantuan pada Kiya. Tapi nyatanya tidak, wanita itu tidak ada usaha sama sekali."

"Kiya itu siapanya Mbak Maya Mas?"

"Adik tirinya, kamu ingatkan? Yang waktu itu datang sama teman saya." Dira mengangguk, tentu saja Dira mengingatnya. Haruskah Dira meminta maaf pada wanita itu karena sudah berburuk sangka padanya?

"Terus kemarin ada urusan apa Mbak Maya datang?" Jika kemarin Dira tidak ingin mengetahui karena amarah yang menyelubungi, maka lain dengan sekarang.

"Saya juga tidak mengerti maksud wanita itu sesungguhnya, tapi kemarin dia mengatakan hanya ingin bertemu Nara saja. Jujur saya masih tidak percaya, melihat sikap wanita itu selama ini."

Dira mengangguk setelahnya tidak ada pertanyaan yang dilontarkannya lagi, dia sudah cukup puas dengan yang di dengarnya barusan. Jika memang masih ada pertanyaan lain nanti akan Dira tanyakan lagi.

Keheningan terjadi, Agam juga sudah bingung akan menjelaskan apa lagi karena hal-hal yang dirasa penting sudah laki-laki itu ceritakan semuanya.

Entah muncul ide dari mana, Agam meraih tangan Dira dan menuntun tubuh itu agar berpindah duduk menjadi di pangkuannya. Mata Dira membola terkejut, bisa-bisanya dia menuruti dengan penuh kerelaan tuntunan suaminya.

Buru-buru Dira akan beranjak, tapi pinggangnya segera di tahan oleh Agam.

Agam mendekatkan wajahnya pada istrinya itu lalu mengecup satu persatu seluruh bagian wajah Dira yang sangat sedap di pandang Agam.

Saat keduanya tengah menikmati suasana tiba-tiba saja suara pintu diketuk menghentikan. Agam melepaskan wajah istrinya dan keduanya lantas menoleh ke arah datangnya suara.

Menghela nafas berat sebelum Agam beranjak untuk melihat siapa gerangan yang berani mengganggu dan ada urusan apa.

Saat pintu terbuka tampaklah wajah menggemaskan anaknya yang digendong oleh Mbok. Nara mengulurkan tangannya tanda meminta di gendong oleh ayahnya. Tidak ketinggalan gumaman anak itu yang agak sedikit kencang.

"Tadi cari-cari Mas Agam sama Mbak Dira juga. Saya bujuk jalan-jalan juga tidak mau." Mbok menjelaskan alasan dibalik dia membawa Nara.

"Terimakasih Mbok." Ucap Agam setelah berhasil mengambil alih Nara.

Setelah Mbok pamit pergi, Agam menutup kembali pintu dan berjalan menghampiri istrinya yang masih dalam posisi duduk di atas ranjang.

"Ma." Pekik Nara melihat keberadaan Dira. Dira membalas dengan senyuman sembari membalas uluran tangan yang Nara tujukan padanya.

Sampai didepan Dira, Nara segera beralih pada mamanya itu.

"Kenapa sekarang sih dek, padahal kan Papa sama Mama mau buatin adik dulu." Gumam Agam pelan yang masih dapat di tangkap oleh telinga Dira.

Pipi Dira sontak memerah karena di ingatkan dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Mas ngomongnya." Dira memperingati, meskipun Nara tidak akan mengerti tapi tetap saja tidak etis berbicara demikian di depan anak kecil.

Agam yang mendapat teguran dari istrinya hanya menyengir tak berdosa.

TBC

Udah baikan nih ceritanya.

Semangat votenya ya. Biar aku juga tambah semangat updatenya buat kalian.

Married with Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang