part 28

29.6K 1.6K 13
                                    

"Permisi Chef, saya mau bicara sebentar." Dira menghampiri chef yang terlihat sedang sibuk dengan handphone ditangannya, mungkin dia sedang berbalas pesan dengan seseorang yang entah siapa.

Kelas hari ini sudah berakhir dan satu persatu orang mulai meninggalkan ruangan.

Mendengar ada yang memanggilnya, chef Eric langsung mengalihkan fokus. Dan melihat Dira di depan.

"Iya, kita bicara di ruangan saya saja bagaimana? Agar lebih nyaman."

"Boleh Chef. Sebentar saya ambil tas dulu."

Eric memperhatikan Dira yang berjalan pada sudut ruangan, dimana tersedia tempat yang biasa digunakan untuk menyimpan tas untuk peserta kelasnya.

Entah Dira memiliki magnet apa dalam dirinya yang dapat membuat Eric tertarik untuk mendekat padanya. Dira bukanlah yang tercantik di kelas, tapi kharismanya tidak mampu Eric tolak begitu saja. Eric akui bahwa dia amat sangat tertarik dengan Dira, dan berniat untuk lebih dekat lagi.

Eric dan Dira berjalan menuju ruangan yang masih berada di lantai yang sama. Eric berjalan di depan, sedangkan Dira mengikuti dari belakang. Hanya membutuhkan beberapa langkah dan pintu yang bertuliskan nama chefnya itu sudah terlihat dan dibuka oleh pemiliknya.

Eric mempersilahkan Dira untuk masuk, sesampainya didalam, Eric langsung menuju pada mesin pembuat kopi yang dimilikinya dan menyuguhkannya pada Dira.

"Kopi special untuk kamu." Eric memecah konsentrasi Dira yang tengah mengamati ruangan yang terlihat rapi dan juga nyaman untuk ditempati berlama-lama. Mungkin laki-laki itu memang sengaja mendesain ruangannya agar terlihat seperti rumah sendiri hingga siapapun betah berlama-lama disana.

"Terimakasih chef." Ucap Dira tersenyum lalu dia mencoba kopi yang Eric berikan untuknya.

"Bagaimana?" Eric meminta pendapat pada Dira.

"Enak, kopinya tidak terlalu strong saya suka." Tidak bohong, rasa dari kopi itu memang seperti yang Dira deskripsikan tadi. Dira memang tidak terlalu suka dengan kopi yang rasanya terlalu kuat, menurutnya itu akan terasa pahit di lidah.

"Bagus jika kamu suka, dari wajah kamu memang sudah terlihat bahwa kamu tidak terlalu suka kopi. Jadi saya sengaja memasukkan lebih banyak susu disana." Jelas Eric.

"Oh iya Chef, saya mau ngomong sesuatu." Selepas mengatakan itu, Eric langsung duduk di hadapan Dira.

"Ya, katakan."

"Begini Chef, Mama saya ingin ikut kelas juga. Apa pendaftarannya masih berlaku?"

Eric tampak berpikir sejenak. Sepertinya hal itu akan menguntungkan untuknya. Usahanya untuk mendekati Dira akan lebih mudah jika Eric mengenal Mama Dira lebih dulu kan. Tapi sayangnya Eric tidak tau yang dimaksud Mama oleh Dira itu adalah mertuanya.

"Begini Dira, untuk kelas sendiri saya tidak bisa menambah peserta begitu saja. Itu akan berpengaruh pada segala hal, jika memang Mama kamu berminat saya bisa mengajar secara privat."

Dira tampak mengangguk memahami penjelasan yang Eric berikan.

"Baik, saya akan menanyakan dulu pada Mama, Chef. Nanti akan saya hubungi Chef lagi untuk keputusannya."

"Kalau begitu saya permisi Chef." Saat Dira akan membuka pintu, suara Eric yang memanggilnya menghentikan. Dira menoleh kembali ke arah Eric.

"Kamu sibuk? Kalau tidak bisa bantu saya?"

"Bantu apa Chef?"

"Besok keponakan saya berulang tahun, kamu bisa menemani saya membelikan dia kado?" Besar harapan Eric agar Dira menjawab iya, dia ingin setidaknya sekali saja bisa jalan dengan Dira.

Married with Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang