11. Kudapan Malam

1.5K 265 21
                                    

____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

____

Rapat yang kata Jovan hanya sebentar, baru selesai jam setengah dua dini hari. Giana benar-benar kapok, ia berjanji kepada dirinya sendiri tidak akan ikut dan menunggu Jovan rapat, karena selain ia kadang di ledek oleh demisioner FTI, juga karena ia capek menunggu.

Jovan kini mendorong tubuh Giana dari belakang, karena perempuan itu benar-benar sudah sangat mengantuk. Giana berjalan dengan bantuan dorongan Jovan dari belakang dengan mata sedikit tertutup.

"Tangga. Buka mata lo dulu."

Giana refleks membuka matanya, akan tetapi kaki kirinya sudah terpijak ke anak kaki tangga kedua dari atas.

"KAN UDAH GUE BILANG ADA TANGGA! KALAU GAK ADA GUE LO BAKAL KEGULING SAMPE DIBAWAH!"

Giana terkejut, dirinya hampir jatuh karena salah injakan anak kaki tangga, untung saja ia langsung di tahan dan di tarik oleh Jovan yang sejak tadi mendorongnya, menuntunnya untuk berjalan sejak keluar dari sekre FTI.

Giana mengedipkan matanya berkali-kali, memaksakan matanya agar tetap terjaga sambil mendengar omelan Jovan.

"Ya maap. Gak liat." Giana menegakkan tubuhnya menjauhkan dirinya dari Jovan di kaki tangga kedua dari atas dan menuruni tangga sendirian tanpa bantuan dorongan lagi dari Jovan dengan mata masih setengah sadar.

Keduanya masuk ke dalam mobil tanpa bersuara lagi, karena tenaga mereka yang sudah terkuras habis. Giana langsung memperbaiki tubuhnya setelah memasang seat belt. Lalu bersandar di pintu mobil dan terlelap.

Jovan diam-diam menurunkan sandaran kursi Giana agar perempuan itu bisa tidur dengan nyaman, mengambil selimut kecil di kursi belakang lalu menyelimuti Giana.

Jovan menyalakan mobilnya menuju Apartemennya. Untuk pertama kalinya ia pulang setelah hampir dua minggu menginap di sekretnya, karena proker.

____

Mobil Jovan sudah terparkir di basement, tapi ia bingung bagaimana membangunkan Giana. Apalagi perempuan itu benar-benar tidur nyenyak akibat kelelahan menunggunya.

"Na..." Jovan menepuk pipi Giana pelan.

"Bangun..."

Giana menggeliat ke samping, "Ma..." Gumam Giana masih tidak sadar.

Jovan terdiam, jika Jovan lanjut membangunkan Giana, perempuan itu pasti akan menangis karena merindukan Mamanya, yang sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Saat umur Giana baru 9 tahun.

Tidak ada pilihan lain.

Jovan keluar dari mobilnya, membuka pintu penumpang, melepaskan seat belt Giana, Jovan baru akan mengangkat tubuh Giana tapi perempuan itu bergerak.

Giana melenguh sejenak sebelum membuka matanya, "AAaaaaaAAAA LO MAU NGAPAINNN!?!" Giana bangun dari tidurnya dengan tangan sibuk meraba tubuhnya seolah memeriksa dirinya masih utuh atau belum.

Glimpse of usWhere stories live. Discover now