30. The Reason

1.4K 235 33
                                    

____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

____

"Kenapa tuh anak?" Tanya Jendral kepada Harlan dengan matanya melirik Jovan.

"Biasa. Giana gak bales chat dia." Jawab Harlan.

Mereka sedang berkumpul di kost Rendy, semenjak melepas jabatan sebagai pengurus himpunan— Jovan dan Harlan, mereka berempat jadi sering berkumpul di kost Rendy yang memang jaraknya lebih dekat dari kampus. Jendral yang lintas jurusan pun suka bergabung dengan ketiganya.

"Good luck adik kecil Hahaha." ujar Jendral menyindir caption instastory Jovan saat mengantar Giana di bandara minggu lalu.

Rendy yang sedang buat kopi tertawa, "Adik kecil hahaha."

"Bacot njing, jangan bikin gue nonjok elu semua." Umpat Jovan sambil menatap room chat Giana yang masih offline.

Harlan tertawa ngakak dengan tangan fokus bermain game online bersama Jendral.

"Kenapa dah lo bisa nganggep Giana sebagai adik?" Tanya Jendral.

"Tau. Mana kalau ketemu kaga ada keliatan adek kakak-annya." Jawab Harlan.

Jendral mengangguk, "Malah kayak orang pacaran njir."

"Biasalah, denial-denial." Tawa Harlan.

Jovan menendang kaki Harlan membuat lelaki sawo matang itu semakin tertawa ngakak.

Ingatan Jovan mundur saat ia dan Giana masih kelas 1 SMA.

Flashback on.

"Lo harus baca Winter in Tokyo, Pan! Buku itu bagusssss banget. Kek— ah pokoknya bagus! Gak bakal nyesel baca itu." Oceh Giana.

Jovan hanya bergumam sambil menarik Giana untuk jalan di koridor bagian dalam. Mereka sedang menuju kelas teman Giana, untuk meminjam novel.

"Bentar.." Kata Giana saat mereka sudah sampai di kelas teman Giana, ia lalu bergegas masuk ke dalam kelas temannya.

Jovan hanya menunggu di luar kelas, di temani lelaki yang memakai kacamata di pintu.

"Giana pacar lo ya?"

Jovan menoleh, merasa kalau lelaki kacamata itu sedang berbicara dengannya. Walau sedikit heran kenapa lelaki kacamata itu bisa mengenal dirinya dan Giana, Jovan menggelengkan kepalanya, "Ga."

Ini pertanyaan bukan pertama kali ia dapatkan, hampir semua orang di sekolah ini menanyakan hal yang sama, mengingat ia dan Giana memang sudah kelihatan akrab sejak masuk SMA, ia dan Giana kan sudah bersahabat sejak kelas Tujuh SMP.

"Terus apa lo?" Tanya lelaki kacamata itu lagi.

Kepo banget dah.

"Adik." Balas Jovan singkat padat dan jelas.

Ia sangat malas menjelaskan sesuatu panjang lebar, makanya setiap ada yang menanyakan hubungannya dengan Giana, ia selalu menjawab kalau Giana adiknya agar orang lain berhenti bertanya.

Glimpse of usWhere stories live. Discover now