35. Makasih

1.7K 220 44
                                    

Mohon maaf ya guys, hampir sebulan ngilang. Lagi di tahap stress ngerjain skripsi :)

Butuh banyak waktu buat bisa kembali ke sini lagi, jadi aku mohon komentar positif dan dukungannya!!

Last, doain ya semoga bulan ini aku bisa Seminar Hasil Aamiin Ya Allah..

Selamat membaca!

(lebih baik ke twt dulu, baca one shoot au Jovan giana di akun ebikatsugorengs soalnya lumayan nyambung)
____

Giana terbangun pagi harinya, di sebelahnya kosong. Padahal seingatnya Jovan tidur di sampingnya kemarin.

Jovan keluar kah?

Jujur saja badannya benar-benar baru kerasa sakitnya sekarang, akibat buru-buru pulang, membuat tenaganya terkuras habis setelah mengurus sana-sini.

Yang ia ingat saat sampai di mobil Jovan,  ia langsung ketiduran, bangun-bangun ia sudah melihat Jovan di sampingnya yang belum tidur, dan berakhir menepuk-nepuk punggung Jovan lalu tidur kembali. Giana tidak mau memikirkan bagaimana Jovan bisa membawanya sampai di apartemen. Karena jawabannya sudah jelas! Jovan menggendongnya.

Kalau mau di bilang Giana dan Jovan aneh, karena sering tidur bareng,' tidur' dalam artian tidur yang sebenarnya, itu tidak juga sih, Jovan dan Giana memang sejak dulu udah sering tidur bareng di depan televisi rumah Jovan, karena sejak kelas 8 SMP Giana sering nginap di rumah Jovan kalau Papanya lembur dan tidak pulang, awalnya Giana canggung untuk menginap di rumah Jovan, tapi Jovan maksa menyuruhnya nginap, saat Jovan tau kalau Giana sering sendirian dirumahnya jika Papanya lembur.

Oleh karena itu, Jovan inisiatif sendiri, meminta izin di kedua orang tuanya lalu ke Papa Giana untuk menyuruh Giana menginap di rumahnya supaya Giana tidak sendirian. Dan setelah kejadian itu, mereka selalu ketiduran bareng di depan televisi jikalau sudah menonton pertandingan bola.

Jadi, tidur bareng pun bukan hal yang canggung lagi bagi mereka berdua.

Tapi, sejak mereka beranjak dewasa, terkadang Giana merasa aneh kalau bangun-bangun mendapati Jovan topless di pagi hari— yang memang sudah menjadi kebiasaan Jovan.

Giana mencuci wajahnya dan gosok gigi lalu keluar dari kamarnya.

Giana berjalan menuju dapur ingin mengambil air minum, baru beberapa meter langkahnya terhenti, matanya melihat Jovan yang sedang membuat kopi di dapur.

Giana tersenyum melangkahkan kakinya menuju Jovan, lalu memeluk Jovan dari belakang. "Gue suka fakta, kalau gue bisa meluk lo kapanpun dan dimanapun gue mau." Ucap Giana.

Jovan menoleh sejenak sambil tersenyum, "Bangun juga, bisa-bisanya ada orang tidur 12 jam." Jovan kemudian membalikkan badannya memeluk Giana, "Padahal dari dulu lo bisa meluk gue kapanpun lo mau. Gue gak bakal marah. Orang gue juga suka meluk lo, Na." Balas Jovan.

Giana mendengus, "Gimana mau meluk, orang lo punya pacar mulu!"

Jovan terkekeh, "Ayo makan, gue udah buat roti."

Giana menggeleng, mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang Jovan, "Pan.."

"Hm?" Jovan mengusap lembut punggung Giana.

"Lo kok makin tinggi, sih?!"

Jovan tertawa kecil, "Lo yang makin pendek. Gak ada perubahan banget. Pendek."

Giana mendengus sinis, menguyel wajahnya di dada bidang Jovan, mendengarkan secara langsung degup jantung Jovan yang dua kali lebih keras. Giana baru melepaskan Jovan setelah ia merasa puas lalu duduk di kursi mendapati roti yang sudah di panggang dan segelas susu.

Glimpse of usWhere stories live. Discover now