38. KKN

1.5K 189 72
                                    


____

Giana hanya diam di sudut bus, ia duduk paling pojok, ia mendumel dalam hati, memaki-maki Jovan, karena Jovan ikut sebagai perwakilan dalam penerimaan mahasiswa KKN di kantor bupati Tiro (kabupaten tempat mereka KKN) sehingga Jovan tak ikut bus bersamanya.

Giana sendirian di antara banyaknya mahasiswa di dalam bus ini, di tambah ia tidak sekelompok dengan Nini, ia kemarin memaki-maki Jovan karena tidak menepati janjinya, tapi kata Jovan dia tidak bisa mengatur lebih dari dua orang— Jovan jelas akan memilih dia dengan Giana saja yang satu posko, di banding Giana dengan Nini— Giana sempat mengamuk saat mengetahui ia beda kelompok dengan Nini.

Bahkan sekarang pun ia masih kesal, Nini beda bus dengannya, walaupun dalam setiap kelompok ada 8 orang, bus yang bisa menempati 24 orang akan di tempatkan sesuai dengan kecematan tempat mereka akan mengabdi, untuk posko Giana, Jovan dan Jendral —Jovan tidak mengatur Jendral untuk masuk kelompoknya— mereka di tempatkan di posko 131 Kecematan Laere. Ia bersama dengan anak posko 130 dan 132 berbagai bus.

"YOOO TANGAN DI ATASS!!"

Giana mendengus, melihat Jendral beserta beberapa orang yang ia tidak ketahui namanya menikmati alunan musik di dalam bus itu.

Semua perasaan excited Giana akan KKN berkurang, semua benar-benar tidak berjalan sesuai keinginannya.

Giana memutuskan menulis di banding tidur, ia tidur terlalu banyak kemarin, Giana mengedarkan pandangannya, menulis gerak-gerik orang-orang yang ada di dalam bus ini, jujur saja ia tidak tahu siapa yang menjadi teman poskonya di sini selain Jovan dan Jendral.

"Lo suka nulis, ya?"

Giana hampir memekik, ia kaget, perempuan itu lalu menoleh ke samping, "Hehe, iya."

"Posko berapa?" tanya lelaki yang baru Giana sadari kehadirannya.

"131."

Giana melihat lelaki itu tersenyum, "Sama dong, gue juga." jawabnya.

"Oh ya?" Giana mulai tertarik dengan lelaki yang sejak tadi tidur di sampingnya dan baru bangun langsung menyapanya.

"Iya. Nama gue Fajri, Teknik Mesin 20. Lo?"

"Oh, gue Giana. Matematika 20."

"Woww. Matematika, ya?"

"Iya, kenapa?"

Fajri menggeleng, "Gak, keren aja. Biasanya orang-orang nyari jurusan yang gak ada matkul matematika nya, tapi lo malah milih pusatnya langsung, haha."

Giana ikut tertawa, ia sudah sering mendengar itu, menurutnya tidak ada yang salah dengan jurusan matematika, ia bahkan lebih suka menghitung daripada menghafal, walaupun sekarang ia menekuni kesukaan menulisnya.

"Bukannya di Mesin juga banyak matematikanya?"

"Haha iya, matematika sama fisika.."

Giana menatap Fajri dengan wajah yang mengerikan, "Jurusan lo lebih kompleks."

Keduanya tertawa. Fajri melirik buku kecil Giana, "Lo unik juga, jurusan matematika tapi suka nulis. Kenapa gak ambil Sastra? atau Jurnalis?"

Giana tersenyum, "Nulis cuman hobi. Gue lebih suka ngitung, kok. Maksud gue, dulu pas milih jurusan.. hahaha.."

"Kita udah terlalu jauh buat bilang salah jurusan, kan?" tanya Fajri.

Giana mengangguk, "Iya.. dikit lagi udah hampir lulus, kalau mau ngulang, sia-sia 3 tahun kita."

Fajri mengangguk sambil tertawa kecil.

____

Jovan sudah berdiri di depan rumah kontrakan yang akan menjadi posko mereka selama sebulan ke depan, ia tau karena ia yang cek lokasi beberapa hari lalu bersama Jendral, saat ini ia menunggu bus teman poskonya, ia ke sini memakai motor agar nanti bisa di pakai sebagai transportasi, tadinya ia singgah di kantor bupati sebagai perwakilan dari poskonya karena di sana mereka di sambut oleh Bupati dan Wakil Rektor II sebagai penyambutan.

Glimpse of usWhere stories live. Discover now