25. Curahan Hati

1.3K 232 73
                                    

Jovan menatap Giana dan Kevin yang sedang berjalan ke arahnya dengan pandangan sedikit tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jovan menatap Giana dan Kevin yang sedang berjalan ke arahnya dengan pandangan sedikit tajam. Kenapa mereka bisa bareng?

"Pan.. heheheheh.. makan sendirian dulu yak, gue mau ke launching bukunya Tere Liye." Kata Giana saat perempuan itu sudah sampai di hadapannya, Giana lalu beranjak pergi tanpa menunggu jawaban Jovan.

Giana sudah akan melewati Jovan tapi tangannya segera di tahan oleh Jovan, "Gue gak ada temen makan." Ucap Jovan.

Giana berhenti dan berpikir sejenak, "Nanti gue suruh Harlan atau siapa kek, Rendy atau Yaya— eh tapi gue gak akrab. Ntar gue suruh Harlan deh!"

"Gue mau elo."

Kevin memegang tangan Giana yang lain, "Na.. udah mau mulai."

Giana kini di perebutkan, membuat perempuan berponi itu pusing.

Kevin mengeluarkan tiket launching yang ia dapatkan setelah searching sana-sini. Di satu sisi Jovan menguatkan cekalan tangannya, berharap Giana masih akan tetap bersamanya untuk makan siang.

"Pan.. nanti gue suruh Harlan nemenin elo serius deh. Gue bener-bener mau liat Tere Liye. Daah. Nanti gue chat." Giana melepaskan tangan Jovan lalu menarik Kevin, meninggalkan Jovan yang terdiam.

Jovan tidak suka perasaan ini.

Perasaan seperti ia akan ditinggalkan.

"Shit." Jovan melangkahkan kakinya ke sekret alih-alih ke kantin untuk makan siang yang seharusnya, seperti biasa jika hari Senin begini, ia dan Giana akan makan di kantin Industri karena Giana juga memiliki jadwal kuliah yang sedikit sama dengannya.

Tapi kali ini...

____

Jovan menatap Harlan yang sedang sibuk mengerjakan tugas dari Sheila untuk divisinya.

"Lan.."

"What."

"Kalau ada cewek cowok temenan, mereka sering bareng, makan bareng, main bareng, terus suatu hari si cewek itu jalan bareng sama cowok lain, pantas gak si cowok yang tadi marah?"

"Siapa? Giana?" Tanya Harlan tepat sasaran, tapi Jovan gengsi membenarkannya.

"Bukan, temen gue."

Harlan tersenyum mengejek membalikkan badannya ke hadapan Jovan, "Gak pantaslah."

"Kenapa?" Tanya Jovan sedikit nyolot.

"Kan, cuman temen."

Jovan menghela nafas sedikit panjang. Lalu membalikkan badannya menghadap Rendy yang sedang baring.

"Ren..."

"Gue lagi pusing, jangan ajak cerita." Tolak Rendy yang sejak tadi ada di antara mereka, sedang tiduran di ruangan Jovan.

Glimpse of usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang