31. Rindu Seorang Jovan

1.5K 236 48
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

Sudah Tiga Bulan, Giana pergi untuk student exchange, sebenarnya Jovan kaget kenapa Giana ikut program seperti itu, mengingat sahabatnya itu tidak bisa tanpa dirinya, pikir Jovan. Mungkin kalian akan mengelak tapi menurut Jovan, Giana benar-benar tidak bisa jauh darinya, karena Giana pasti akan mendapatkan masalah-masalah— salah satunya nyasar, dan Jovan selalu menjadi penolong saat Giana butuh bantuan, ia sudah menjalani peran itu hampir 10 tahun lamanya.

Sebenarnya sih mereka saling membutuhkan, tapi menurut Jovan, Giana lebih membutuhkan Jovan, makanya Jovan kaget melihat Giana ikut program itu tanpa mengajaknya. Tapi di satu sisi ia bangga, Giana berani keluar dari zona nyamannya.

Tiga bulan Jovan menjalani hari-harinya seperti biasa, kuliah di pagi hari, kalau ada panggilan rapat dari juniornya ia akan datang— kalau sedang tidak malas, saat malas, ia lebih suka nongkrong dengan Harlan dan Rendy juga Jendral.

Sudah tiga bulan ia menjalani hari seperti ini,
Kuliah—Rapat—Nongkrong—Futsal—Pulang.

Tidak ada orang yang menyuruhnya untuk di temankan ke Toko Buku, menghabiskan waktunya dengan bosan di sana, menunggu seseorang mencari novel. Tidak ada yang menyuruhnya untuk menjemput atau mengantar ke kampus saat ia sedang ada rapat atau kelas membuatnya kadang meminta izin jikalau dosennya tidak galak, jika dosennya galak maka ia akan menyuruh sesiapun yang tidak sibuk yang ada di basecamp. Tidak ada yang menelfonnya saat ia sedang istirahat di sekre hanya untuk di suruh menjemputnya yang sedang nyasar. Tidak ada yang merepotinya saat akan pulang dengan nitip makanan ini-itu. Tidak ada yang membangunnya saat ia ada kelas pagi, oleh sebab itu ia beberapa kali telat. Tidak ada yang menanyakan pertanyaan random saat ia menonton bola. Dan yang paling terasa adalah.., tidak ada yang mengganggunya saat ia bermain game.

Tidak adanya Giana membuat hidupnya menjadi tidak berisik. Tidak adanya Giana membuat perubahan besar dalam hidupnya selama 3 bulan terakhir ini. Harusnya ia senang, harusnya ia bersyukur, ia punya lebih banyak waktu untuk sendiri dan bermain bersama teman lelaki lainnya, tidak ada yang menganggunya.

Tapi kenapa? Kenapa ia merasa kalau rasanya ada yang kosong. Ia merasa kalau ia hanya menjalani harinya tanpa ada rasa semangat sedikit pun. Memaksa tubuhnya untuk bangun dari kasur jika ia memiliki kelas pagi. Dan mengulang aktivitas yang sama setiap hari selama 3 bulan terakhir. Rasanya membosankan. Rasanya ada yang kosong.

Ia sudah terbiasa akan kehadiran Giana, ia terbiasa melihat Giana setidaknya sekali dalam sehari. Ia terbiasa bergaul dengan Giana selama ini. Tidak hadirnya Giana membuatnya merasa ada yang hilang. Ada yang kosong. Ia merasa ada yang hampa. Walaupun ia menikmati bermain dengan yang lainnya, tapi ia merasakan kalau hari-harinya ada yang kurang tanpa Giana.

Ia benar-benar merindukan Giana. Ia merindukan Giana dengan segala kerempongannya.

"VAN. NONGKRONG???" Teriak Harlan dari kejauhan.

Glimpse of usWhere stories live. Discover now