14. Arti Giana bagi Jovan

1.6K 256 63
                                    

____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

____

"Nyadar gak kalau Lo lebih mentingin Giana daripada gue yang notabene nya pacar Lo."

Jovan terdiam, ia tau ia salah karena mencueki semua pesan Sheila kemarin karena terlalu sibuk mengurusi Giana, ia tahu itu. "Giana sahabat gue." Ucapnya barangkali Sheila lupa.

"Iya, gue tau. Giana sahabat Lo. Semua orang tau. Tapi Lo terlalu mentingin Giana bahkan lebih mentingin dia daripada diri Lo sendiri!"

"Oke gue minta maaf, tapi kemarin Giana sakit."

"Ya kenapa harus elo? Dia kan bisa sendiri! Kemarin kita party tanpa Kahim, ngerti gak sih!? " Pekik Sheila.

Jovan agak tersulut oleh kalimat kedua Sheila, Sheila tidak tahu kalau Giana menjaga dirinya sendiri selama sepuluh jam sebelum ia datang. Giana itu tanggung jawabnya selama mereka berada di sini. Dan lagian acara bodoh itu gak ada apa-apanya di banding kondisi Giana! Ingin rasanya ia melontarkan kalimat itu.

"Giana sakit. Dan Lo nyuruh gue buat ninggalin dia hanya karna party? Lo gila?" Jovan sudah berusaha sekuat mungkin untuk tidak melontarkan perkataan kotor, karena biar bagaimanapun yang di depannya itu adalah pacarnya.

"Ini bukan pertama kalinya Van, Lo mentingin Giana daripada gue. Seminggu kita pacaran lo telat jemput gue gara-gara cewek itu!"

"Giana nyasar saat itu, La.."

"YA KAN ADA MAPS! ADA OJOL! KENAPA MESTI LO YANG JEMPUT!?"

Jovan ingin menjelaskan betapa buruknya Giana menggunakan aplikasi bantuan itu. Tapi tau akan sia-sia karena Sheila terlalu emosi.

"Lo selalu prioritasin dia daripada gue."

Jovan akhirnya jengah sendiri, "Lo terlalu cepat bandingin diri Lo sama Giana, La.. Lo itu gak ada apa-apanya dibanding Giana. Kalau bukan karena Giana, lo gak akan nemuin gue di sini. Lo emang pacar gue, tapi hanya itu. Lo gak tau apa-apa tentang gue dan gak akan pernah tahu, karena apa? Karena lo nembak gue dan pengen jadi pacar gue karena hanya ketenaran gue, karena gue ketua himpunan, iya kan?"

"Gue udah capek. Berhenti pura-pura. Gue tau bukan gue yang lo suka."

Sheila sempat membeku, ia pikir Jovan tidak tahu, "Oke gue akui udah salah karena manfaatin lo selama ini."

Jovan diam, ia tahu semuanya tapi terlalu malas untuk memikirkannya, jadi ia hanya menerima dan let it flow. Membiarkan itu mengalir.

Lagian, Jovan tidak berharap banyak. Ia sadar punya banyak kekurangan yang bisa membuatnya undeserved to be loved. Ia sudah tahu itu, tapi saat ada orang yang mengaku menyukainya, ia selalu penasaran makanya ia selalu menerima ajakan untuk berpacaran. Tapi, lagi-lagi ia selalu berakhir di manfaatkan, baik karena visualnya, jabatannya dan yang lain. Jovan belum dapat orang yang tulus sayang kepadanya selain Giana dan Bundanya.

Glimpse of usWhere stories live. Discover now