Ch 4 : Michael Killer's

529 28 12
                                    

Di dalam kamar mandi, Carina memegang kuat pinggiran bathub. Di belakangnya Christoper mendesak tubuhnya dengan brutal—bahkan rambutnya ditarik kasar oleh pria itu. Desahan nikmat Carina bergaung di ruangan lembab itu, membuat gairah Christoper melonjak.

Posisi Carina membungkuk dan bokong bulatnya bergoyang dengan erotis. Bunyi penyatuan panas nan keras itu terdengar jelas. Carina kemudian mengigit bibirnya kuat-kuat ketika merasakan hujaman Christoper menjadi menggila—menghajar bertubi-tubi bak hukuman manis.

Detik berikutnya punggung Carina sudah terbentur kuat di dinding karena Christoper mengganti posisi dan kembali menyerangnya membabi buta—tidak membiarkan ia bernapas normal sedetik saja. Carina spontan melingkarkan kedua kakinya di pinggang Christoper. Ia mencakar punggung pria itu dengan kuat dan melenguh erotis dengan kepala terdongak.

Entah kenapa terdengar seksi di telinga Christoper hingga ia menggeram. Muka Carina tampak berantakan dan merona akibat gairah.

"Kau pria brengsek karena telah bercinta dengan wanita yang sebentar lagi akan bertunangan."

"Selama ini kau suka menjadi jalang bukan? Aku akan memenuhi keinginanmu," balas Christoper dengan mata yang diselimuti gairah pekat—namun juga amarah. Lalu, tempo hujaman pria itu makin meningkat, cepat dan keras, membuat tubuh Carina berguncang hebat dan bergetar. "Saat ini aku sedang menyewa jalang dan aku akan membayarnya."

Ada setitik kepuasan di hati Christoper ketika mendengar desahan Carina jauh lebih nyaring dari sebelumnya. "Tidak heran kau tidak pernah berhasil menjadi model busana," desis Christoper menyindir impian Carina. "Kau ternyata jauh lebih cocok menjadi model telanjang dengan pose kedua kaki yang selalu terbuka untuk para pria."

*

SEMINGGU KEMUDIAN ...

Milan, Italia – 7.30 PM

Di balkon kamar, Carina memandang langit malam sambil menggesek biola dengan cepat dan kasar—seperti meluapkan kekesalannya. Lagu yang dimainkan Carina pun terdengar mengerikan dan mencekam seolah-olah ia ingin membunuh seseorang detik itu juga.

Namun suara Michelle—ibunya membuat ia berhenti.

"Carina, ada apa denganmu?"

Saking serius menghayati permainannya, Carina tidak sadar bahwa sang ibu sudah ada di kamarnya.

"Apa kau bertengkar dengan Bryan?"

Bryan adalah kekasihnya. Pria itu berdarah rusia dan cukup dekat dengan keluarganya. Atau lebih tepatnya Bryan pandai mengambil hati sang ayah—Gerardo. Lagi pula, selama hidup Carina selalu ingin membahagiakan kedua orangtuanya. Itulah sebabnya ia berusaha keras mempertahankan hubungannya dengan Bryan sampai detik ini.

"Semua baik baik saja, Mama. Aku hanya sedikit kesal pada sesuatu." Carina menoleh pada Michelle yang kini menghampiri dan berdiri di sebelahnya."Seseorang meremehkanku karena aku gagal mencapai impian masa kecilku."

"Sayang, kau masih berpikir kau gagal hanya karena kau tidak bisa menjadi model?" Michelle mengelus kepala Carina dengan sayang, sementara Carina bergeming. "Siapa dia?"

"Bukan orang penting, Mama."

"Baiklah." Michelle lalu menangkup wajah Carina dengan kedua tangan. "Tapi kau harus tahu satu hal." Ia menatap Carina dengan serius, juga sarat ketulusan. "Saat kau tidak berhasil mencapai satu mimpimu, bukan berarti kau gagal. Lagi pula, kau sudah menjadi versi terbaik dirimu. Lihatlah dirimu hari ini. Tidak ada yang tidak menunggumu. Kau menjadi pemain biola yang handal dan semua orang menyukaimu."

Seulas senyum lebar terbit di bibir Carina.

"Tidak semua yang dikatakan seseorang perlu kau pikirkan. Terkadang seseorang melakukan itu hanya untuk menyerangmu dan kau tidak seharusnya membiarkannya memengaruhimu."

Burned By YouWhere stories live. Discover now