Ch 5 : Her Proposition

535 26 8
                                    

Sial. Sial.

Carina tidak berhenti mengutuk kecerobohannya. Ia kini harus mengenakan topeng bak pencuri dan menggenakan pakaian serba hitam untuk menyelinap ke ruangan khusus tempat Gerardo mengamankam pistol itu. Berjalan mengendap-ngendap di nuansa gelap tanpa ketahuan.

Ia perlu perlu mengambil barang bukti itu sebelum ayahnya menemukan setengah kebenaran—yang akan menyudutkan dirinya. Lagi pula, seharusnya label pengkhianat itu melekat pada Christoper tapi pria licik itu berhasil melemparkan tuduhan padanya.

Jika Christoper pikir dia telah terperangkap sepenuhnya, pria itu salah besar.

Carina kemudian menyalakan saklar lampu dan ia tampak terkejut.

Ruangan itu benar-benar berantakan seakan-akan ada seseorang yang lebih dulu masuk sebelum dirinya. Entah bagaimana semua ini terjadi tapi Carina memiliki firasat buruk tentang ini. Segera Carina menoleh ke atas, memerhatikan CCTV di setiap sudut ruangan dan semua tidak berfungsi.

Seseorang telah mematikan seluruh CCTV itu.

*

Sementara itu di halaman Christoper menginjak rokok ke tanah, memadamkannya dan menoleh pada Adam yang kini berlari ke arahnya.

"Lihat aku berhasil mengambilnya, Uncle," seru Adam pada Christoper malam itu dan dibalas Christoper dengan telunjuk yang menempel di bibir—isyarat agar Adam mengecilkan suara.

Ketika anak itu sampai, Christoper lekas setengah berjongkok. "Saat kau berhasil menyelesaikan sebuah misi kau harus tetap tenang dan jangan cepat merasa bangga. Terkadang itu bisa menjadi kelemahan yang mematikanmu."

"Kenapa begitu?" tanya Adam lugas.

"Karena saat kau merasa telah mengalahkan seseorang, kau akan merasa puas. Dan di saat yang sama kau akan lengah tanpa kau sadari. Karena kau berpikir kau adalah pemenangnya. Sementara tidak ada orang yang menginginkan kekalahan di dunia ini, Adam. Mereka bisa saja membalasmu dan untuk itu kau harus tetap waspada."

"Aku mengerti."

Seulas senyum tipis terbit di bibir Christoper. Ia menerima pistol yang diambil Adam—benda yang memuat sidik jari Carina. Baik Adam mau pun Christoper sama-sama mengenakan sarung tangan agar tidak meninggalkan jejak untuk ditemukan.

"Kau belajar dengan cepat," puji Christoper dan mengacak rambut Adam.

"Jadi apa aku sudah bisa mendapatkan sekotak pizza, Uncle?" Adam nyengir, dan itu membuat Christoper terkekeh di sela ia menyimpan pistol itu ke balik jas ulang.

"Kau berhak mendapatkannya karena kau lolos latihan kali ini."

Adam bersorak kecil saat Christoper menggendongnya. Anak itu tidak lupa dengan aba-aba Christoper untuk tidak mengeraskan suara. Semenjak Michael tiada, Christoper sering melatih Adam untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ia berikan dan harus Christoper akui Adam termasuk cekatan untuk ukuran anak seusianya.

Sekilas Christoper menengadah pada tempat yang lampunya kini menyala. Seringai terbit di bibirnya. Kisah ini akan terasa membosankan dan tidak lagi menarik jika ia berhasil memerangkap Carina semudah ini. Sedikit mengulur waktu juga tidak ada salahnya bukan?

*

"Bagaimana bisa semua ini terjadi, Carina?" tanya Gerardo.

Carina kini bersandar di ranjang. Lehernya dibalut perban putih. Matanya terarah lurus ke depan. Sebut saja ia gila sampai ia harus melukai diri sendiri untuk mencapai tujuannya. Menyayat leher sendiri dan membiarkan darahnya mengucur. Beruntung malam itu, Lucca mengangkat panggilannya. Jika tidak, mungkin pagi ini ia sudah terbaring di pemakaman dan Christoper akan menertawakan kebodohannya.

Burned By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang