Ch 20 : We Meet Again

341 23 13
                                    

Samuel yang memegang setir kemudi tersentak ke depan-namun kepalanya tidak mengenai dashboard mobil. Begitu pula Christoper yang duduk di sampingnya. "Itu mobil Lucca," kata Samuel saat mengangkat kepala dan menatap sebuah mobil yang menghalau mereka. "Ini tidak baik untukmu, Chris."

"Aku tahu dia akan mengikuti kita."

"Apa maksudmu?"

Jalanan tampak lenggang di hadapan mereka. Sebab Samuel memang sengaja mengambil jalur ini untuk menghindari kendaraan lain.

"Aku memancingnya untuk mengejar kita."

"Bedebah sialan," umpat Samuel, tapi Christoper sudah keluar dari mobil lebih dulu.

Sebelum kabar kematian Christoper tersebar, Samuel sudah lebih dulu diberitahu oleh Christoper, bahkan Christoper memintanya untuk merahasiakan segalanya. Tapi sekarang, lihatlah pria itu sendiri yang menguaknya.

"Apa yang dia pikirkan?" desis Samuel kesal sambil mengawasi pergerakan Christoper dari dalam mobil.

Sementara Christoper mendekati Lucca dengan tenang. Lucca juga telah keluar dari mobil dan berderap-setengah berlari ke arah Christoper. Ia langsung melayangkan tonjokan ke wajah Christoper, dan membuat kepala Christoper tertolak ke samping. Darah mengucur di sudut bibir dan Christoper menyekanya sekilas. Ia menggeram tertahan untuk beberapa detik sebelum kemudian balas memukul wajah Lucca.

Rambut Lucca jatuh menutupi dahi. Ia akui, pukulan Christoper cukup lumayan hingga membuat darah juga menetes di bibirnya. Rasa asin terasa di lidah Lucca, dan ia membuang ludahnya yang bercampur darah sebelum kembali menyerang, memegang pundak Christoper dengan gesit dan menggunakan lututnya untuk menghantam perut Christoper. Sontak Christoper mengerang kesakitan.

Keduanya saling melempar tatapan sengit sebelum kembali bertarung. Detik berikutnya, Christoper sudah tersungkur. Ia menatap tajam Lucca dengan muka babak belur. Wajah Lucca juga penuh memar-dan bonyok. Titik-titik darah menghiasi kemeja keduanya. Pun dengan napas keduanya yang tersengal-sengal. Menghampiri Christoper, Lucca hendak meneruskan pukulannya, tapi kaki Christoper lebih dulu menendang perutnya. Alhasil Lucca terjerempab disertai erangan.

Kini giliran Christoper yang bangkit dan berjalan ke Lucca. Dan tanpa diduga, kaki Lucca dengan cepat menjengal kaki Christoper, membuat tubuh Christoper terbentur aspal. Dalam sekejap Lucca sudah beranjak dan ada di hadapan Christoper sembari mengacungkan pistol padanya, sarat ancaman. Bidikan itu tepat di dahi Christoper. "Jika Carina tidak bisa melenyapkanmu, maka aku yang akan membereskannya," desisnya geram.

Dan Samuel sedari tadi mengamati aksi perkelahian keduanya. "Benar-benar menyusahkan," gerutu Samuel dan segera keluar, lalu berseru, "Lucca!"

Lucca lantas menoleh ke sumber suara. "Sam."

Begitu Samuel berada di dekatnya, Lucca melanjutkan, "Kau berada di pihaknya selama ini?" Sebab Samuel memegang ujung pistol Lucca, seolah menghalau akses peluru itu untuk melesat.

"Aku tidak berada di pihak mana pun." Alih-alih memandang Christoper yang terbaring lemah di aspal, Samuel justru memandang lurus Lucca. Tidak merasa gentar sedikit pun.

Lucca makin mengeratkan genggamannya pada pistol. Ada tumpukan amarah begitu besar dalam dadanya. "Tapi kau tampak sedang melindunginya saat ini."

"Biarkan semua seperti ini. Christoper tidak akan muncul di hadapan Carina."

Lucca diam. Namun emosinya masih meletup, dan itu terlihat dari jarinya yang bersiap menarik pelatuk. Samuel terus berbicara dengan kepala dingin.

"Kita tidak perlu melihat ke belakang lagi, dan cukup menjalani apa yang ada di depan."

Burned By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang