Ch 16 : All Truth

395 24 22
                                    

Carina sudah selesai membereskan seluruh perlengkapannya dan memasukkannya ke koper, termasuk kamera kecil yang ia jadikan alat pengintai. Lalu ia mengunci resleting disusul menurunkannya ke lantai. Setelahnya ia menarik pegangan ke atas agar roda koper bisa bergerak mengikuti dirinya-dan membuat ia lebih mudah menyeretnya ketika berjalan.

Ponsel sudah ada dalam clutch yang dipegangnya di tangan lain.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Carina memang sadar tidak menguncinya semalam. Bagaimana bisa ia melakukan jika ia saja tidak sadarkan diri?

"Kau sudah bersiap-siap?" kata Bryan yang berdiri di ambang pintu. Senyum miring tersungging di bibir pria itu. "Kau sadar bahwa kau bukan tunanganku lagi."

Bryan tidak pulang semalam padahal ia punya akses masuk kamar-tanpa harus membangunkan Carina. Namun Carina enggan mengajukan pertanyaan yang biasa dilakukan sepasang kekasih jika salah satu tidak kembali. Baginya itu membuang waktu karena ia sungguh tidak tertarik dengan kehidupan pria itu.

"Aku tidak ingin lama-lama di sini."

Bryan masuk ke dalam mendekati Carina. "Sayang sekali. Jika kau berusaha membujukku mungkin aku akan mempertimbangkan hubungan kita, dan pertunangan ini tidak akan batal." Saat saling berhadapan, pria itu menjejalkan kedua tangan di saku sementara Carina menatap tajam Bryan. "Aku bisa mengatakan bahwa kita sudah berbaikan pada Papamu, jika kau tahu cara menyenangkanku." Nada bicara Bryan terdengar seperti melecehkan membuat Carina semakin muak padanya.

"Aku tidak tertarik dengan semua yang kaukatakan." Lalu ia melewati Bryan begitu saja sembari menyeret koper juga memegang clutch di tangan lainnya.

"Kau tidak bisa lari pada Christoper karena dia sudah tidak ada lagi di dunia ini."

Langkah Carina terhenti tepat di ambang pintu ketika kata-kata itu meluncur dari mulut Bryan.

"Aku membunuhnya semalam. Dia benar-benar bodoh karena mati terlalu mudah di tanganku."

Carina menoleh dan memicing tidak suka pada Bryan sementara pria itu sudah membalikkan badan untuk balas menatapnya dengan senyum ringan. "Dia terjatuh dari rooftop gedung ini karena aku mendorongnya saat dia sedang menyalakan rokok."

"Dan dilihat dari ekspresimu saat ini, kurasa kau sudah tahu kabar ini. Turut berduka cita untuknya," lanjut Bryan enteng. Carina tidak menyanggah, melainkan pergi begitu saja meninggalkan pria itu.

Sementara Bryan tampak puas karena kekesalannya sudah terbalas dengan tuntas. Ia kini merasa berada di atas angin-seolah ia sudah memenangkan sebuah undian permainan.

*

Di sebuah kamar berbau obat-obatan, Carina berdiri mematung menatap satu titik. Pada sosok yang terbujur kaku di ranjang dengan tubuh yang ditutupi oleh kain sepenuhnya, sementara ujung kaki yang tidak lagi mengalirkan darah itu sengaja dibiarkan tampak.

Entah kenapa Carina merasa seperti kehilangan arah. Seolah separuh jiwanya lepas dari tubuhnya. "Apa kau yakin tidak melihat kejadiannya?"

Ellard-pria itu sebelumnya sudah berkenalan dengan Carina. Ia yang membawa Christoper sekaligus orang Christoper yang tersembunyi selama ini. Tapi Carina tidak sedikit pun curiga.

Pria itu menjawab. "Aku tidak mengetahui apa pun. Dia sudah tewas di tempat kejadian ketika aku tiba." Padahal sosok yang berada di kain itu adalah temannya-Robbin. Semua terjadi sesuai dengan rencana yang diinginkan Christoper.

Malam itu, Christoper berganti peran dengan Robbin tanpa disadari oleh Bryan. Christoper masuk ke salah satu kamar di mana Robbin berada-setelah sebelumnya mengirim pesan. Seluruh pakaian Christoper dipakai oleh Robbin-dan itu mereka lakukan dengan cepat.

Burned By YouWhere stories live. Discover now