Ch 18 : Broken Glass

346 27 19
                                    

TIGA HARI KEMUDIAN...

Milan, Italia - 9.00 PM

Begitu tiba di kota ini, Carina tidak membiarkan tubuhnya istirahat barang sejenak untuk melepas penat setelah penerbangan. Seluruh barangnya dibawa oleh pengawal sementara ia melangkah menuju ruang kerja Gerardo. Di balik mantel panjang, ia menyimpan pistol yang selama ini diperebutkannya dengan Christoper.

Langkah Carina terhenti. Sejenak ia menatap pintu yang tertutup di depannya dengan sendu. Menarik napas panjang, ia lalu lalu mendorongnya.

"Carina..." Gerardo segera berdiri dari kursi di balik meja ketika Carina datang. "Bagaimana hubunganmu dengan Marrie? Kau sudah menyelesaikan masalah kalian?"

Rasa bersalah seketika menyeruak di hati Carina. Entah bagaimana reaksi ayahnya ketika tahu apa yang sudah ia lakukan. "Ya, hubungan kami sudah membaik," dusta Carina. Ia kemudian mendekati Gerardo, meletakkan pistol ke atas meja. Gerardo melihat benda itu sebelum menatap Carina kembali. "Kau berhasil menemukannya."

Carina tahu arti di balik kata-kata Gerardo. "Ya," lirih Carina. "Karena aku pelakunya, Papa."

Tidak ada raut terkejut yang tampil di wajah Gerardo. "Kenapa kau melakukan semua ini Carina?" Ia memandang lekat-lekat Carina. "Apa kau sedang diancam oleh seseorang?"

Jujur Carina merasa pedih harus mengakui kebenaran ini pada Gerardo, dan itu terpancar dari air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Setelah semua kebohongan dan kekacauan yang ia perbuat, ayahnya masih percaya padanya-bahwa ia tidak mungkin melakukan ini semua.

"Maafkan aku Papa," bisik Carina selirih angin. Ada nada sesal yang terselip di sana. "Tapi itulah kebenarannya. Sidik jariku ada di sana."

Gerardo menggertakkan giginya disertai rahang yang bergerak-gerak. Otot lehernya tampak menegang hingga menampakkan urat-urat halus.

"Aku tahu sulit bagimu percaya." Tenggorokan Carina kini serasa tercekik sampai ia menelan ludah susah payah. "Tapi aku penyebab kematian Michael. Juga... Homar." Ya, pistol itu juga ia gunakan untuk menembak Homar ketika di Chicago. "Aku membunuh mereka Papa."

Aku membunuh mereka

Kata-kata itu seperti menggema di ruangan, dan membuat Carina seolah terpelosok di jurang terdalam. Ia bahkan tak mampu mendengar suara sendirinya-bagai ditelan kesunyian memilukan.

"Aku tahu pasti kau kecewa padaku Papa." Air mata Carina mengalir deras. "Semua ini adalah drama yang aku buat, dan aku siap bertanggungjawab."

Gerardo memalingkan wajah. Tentu saja fakta ini membuat ia terpukul keras. Mukanya memerah. Ia amat marah tapi di satu sisi Carina adalah putrinya satu-satu.

Entah ini salah atau benar-tapi di lubuk hati seorang ayah, Gerardo selalu ingin melindunginya. Bagi Gerardo, Carina bagai emas yang harus ia jaga. Anak itu tumbuh terlalu cepat. Meski begitu, sampai kapan pun Gerardo akan tetap menganggap Carina sebagai putri kecilnya.

"Dari awal pistol itu sudah memuat sidik jariku. Aku berusaha melenyapkan Christoper tapi rencana pertamaku gagal, dan... dia balik menjebakku," jelas Carina mengakui segalanya. "Alasan aku ingin mengambil pistol itu karena... aku tidak ingin kau tahu kebenarannya. Aku ingin menghilangkan bukti itu, Papa."

"Lalu bagaimana dengan pernyataan Lucca-"

"Dia hanya membantuku, Papa," sela Carina seakan paham apa yang akan ditanyakan Gerardo. "Dia dan aku tahu apa yang dilakukan Christoper di masa lalu. Dan kami... ingin membalas dendam atas kematian Paulina. Hugo tidak pernah melukaiku. Itu hanya pengalihan untuk melindungi diriku."

Burned By YouKde žijí příběhy. Začni objevovat