1

4.1K 242 25
                                    

"Kalo perlu apa-apa panggil Kakak aja, ya?"

Jung Beomgyu menganggukan kepala dengan patuh, lalu mendapat usapan halus di surainya dari lelaki yang mengenakan jersey nomor 13, sebelum duduk di salah satu bangku yang berada di sisi lapangan basket. Ia menyamankan diri, kedua kaki diangkat, kedua tangan memegang sebuah pena dan buku gambar kesayangan.

Lelaki yang merupakan kakak kembar dari Beomgyu yakni Sungchan pun tersenyum kecil. Setelah memastikan Beomgyu duduk dengan nyaman dan aman, ia pun bergabung bersama timnya yang telah berkumpul di lapangan.

Permainan pun dimulai, Sungchan yang bersama timnya bermain basket dengan sangat handal, sampai beberapa menit berlalu, mereka berhasil mencetak gol, mengalahkan tim lawan.

Beomgyu yang sedari tadi menonton pun bertepuk tangan, senang melihat kakak kembarnyalah yang menjadi bintang utama dalam tim karena telah berhasil membawa kemenangan di babak pertama.

Usia mereka sudah 15 tahun sekarang. Walau masih SMP, Sungchan sangat gigih dan bekerja keras untuk masuk ke tim sehingga tinggi tubuhnya mencapai syarat dan bisa bermain dengan baik, meski usianya terbilang lebih muda daripada anggota lainnya, Sungchan dapat berbaur dan menyesuaikan dirinya.

Babak pertama selesai dengan nilai sempurna. Istirahat pun berlangsung, Sungchan pun berlari ke sisi lapangan, menghampiri adiknya yang merupakan penonton setia sambil membawa bola di tangannya. "Gimana? Kakak keren, kan?"

Beomgyu balas dengan anggukan lalu memberikan buku gambarnya pada Sungchan, memperlihatkan gambar yang baru saja ia buat.

"Bagusnya ...." Sungchan memuji tulus, lagi-lagi mengusap rambut Beomgyu atas apresiasi dari gambarnya yang sangat indah. Bagaimana tidak? Menurutnya, Beomgyu adalah seniman yang berbakat, dalam puluhan menit ia bisa menggambar ilustrasi dirinya yang tengah melempar bola ke keranjang basket dengan sangat baik dan terlihat seperti gambaran dari komikus profesional.

"Kakak haus?" tanya Beomgyu. Nada suaranya teramat pelan, tapi masih bisa didengar Sungchan. Ia pun memberikan sebotol air minum, juga sebuah handuk. Selagi kakaknya sedang minum dan beristirahat, ia menyeka keringat di wajah Sungchan menggunakan handuk kecil.

"Hai, Sungchan."

Lelaki tampan bermarga Jung itu lantas menoleh ke sumber suara, menemukan dua gadis berseragam cheersleaders yang malu-malu menyapa dan hendak mendekat padanya. Ia tak bersuara, ekspresinya berubah datar dan hanya membalas dengan mengedikkan dagu seolah bertanya, ada apa nyapa-nyapa, kenal aja nggak.

Gadis itupun mendekati bangku yang diduduki Sungchan dan saudaranya. "Ini aku bawain minuman favorit kamu," ucapnya dengan nada ramah lalu mengulurkan tangannya yang memegang sekaleng soda.

"Jangan diterima itu!" bentak seseorang, yang menarik atensi Sungchan dan Beomgyu.  Seorang laki-laki yang mengenakan kemeja kotak-kotak warna hitam dan celana jeans mendekati mereka dari posisi yang berlawanan kemudian menatap sinis dua gadis tersebut. "Lo nggak tau kan, nih dua cewek ngejekin adek lo daritadi."

"Heh, nuduh-nuduh! Mana buktinya?!" bentak si gadis tak terima.

Laki-laki itu lantas melirik Beomgyu yang duduk dengan ekspresi kebingungan. "Bilang, Dek! Jangankan lo, gue aja yang duduk di sana jelas banget dengernya, mereka ngatain lo  cuman beban kakak lo doang, bodoh, gak guna, nempelin kesana-kemari kek parasit. Ngadu itu ke kakak lo."

Sungchan yang mendengar itu pun menatap pada Beomgyu, lalu menundukkan kepalanya, menyetarakan pandangan mereka. "Iya, tadi dengernya begitu?" tanyanya dengan nada suara lembut.

Bola mata Beomgyu bergulir sebelum terkunci pada tatapan Sungchan lalu menganggukkan kepala. Jujur saja, dua gadis itu selalu mengejeknya secara diam-diam dan mengatainya bodoh tiap kali ia menemani Sungchan main basket. Tapi, mau bagaimana lagi? Mereka memang benar. Beomgyu sangat penutup dan anti sosial, tidak mau berbicara dengan orang selain Sungchan dan Papa mereka, bahkan pendidikannya berdasarkan homeschooling selama hidupnya. Jadi, jika dibandingkan dengan orang-orang seusianya, memang benar, ia anak yang bodoh dan menyusahkan.

We Are Family ❥ Jung FamsWhere stories live. Discover now