14

1.9K 185 26
                                    

"Ini Jaehyun," kata orang itu lagi bersamaan dengan payung yang diarahkan ke bawah, mempertemukan pandangan keduanya.

Jung Jaehyun, kehadiran pria itu lantas membuat Taeyong merasa lega bukan main. 

Langsung saja, ada setetes air mata yang turun di pipi Taeyong manakala Jaehyun memandangnya dengan tatapan heran. "Ada apa?" tanyanya.

"Ada yang ngikutin aku dari tadi," ujar Taeyong gugup. "Aku takut. Dia bawa pisau."

Mendengarnya, Jaehyun dengan sigap memerhatikan keadaan sekitar hingga ke sudut, untuk mencari tahu orang yang dimaksudkan Taeyong. Dalam kondisi yang tak terlalu sepi, Jaehyun menemukan seseorang dengan jaket dan masker yang berjalan menjauh, sesekali melirik pada mereka. Orang itu menghilang dari pandangan Jaehyun saat berbelok ke arah jalan lain.

Memang benar, dugaan Taeyong tidak perlu diragukan. Alhasil, Jaehyun kembali menutup payung yang ia ambil alih kemudian mengambil tas Taeyong yang sempat terjatuh dan meletakkan payungnya di sana. "Ayo. Ayo, saya antar pulang," ajaknya kemudian.

Karena terlalu takut, Taeyong tidak bisa menolak ajakan tersebut. Ia mengangguk cepat dan berjalan di sisi Jaehyun, memegangi lengan pria yang tubuhnya lebih tinggi darinya secara spontan. Tubuh Taeyong masih gemetaran, belum sepenuhnya rileks lantaran ia sangat terkejut, bagaimana jika Jaehyun tidak datang? Segala bayang-bayangan buruk yang bergelung dalam kepala Taeyong.

Namun, Jaehyun terlihat tidak mempermasalahkan lengannya yang digandeng tanpa permisi. Pria itu bisa memaklumi dan terus melanjutkan perjalanannya.

"Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Taeyong penasaran.

"Saya mampir ke Laundry buat ngambil pakaian, terus tadi ngga sengaja lihat kamu jalan ke sana sambil ketakutan." Jaehyun menjawab sambil mengedikkan dagu, merujuk pada jalanan yang baru mereka lewati barusan.

Taeyong menghela napas sekali lagi. Merasa bersyukur saat Jaehyun berujar demikian. Bayangkan jika Jaehyun memilih abai dan melanjutkan langkahnya untuk segera pulang, Taeyong benar-benar dalam bahaya.

"Lembur?" tanya Jaehyun.

Taeyong menganggukkan kepala dengan gugup. "Ya, karna akhir pekan ini bakal ada pameran busana di Jeju, jadi aku harus nyiapin semua modelnya sebelum berangkat besok. Terus bulan depan juga bakal ada peluncuran design baru."

Ah, seorang designer, pikir Jaehyun sambil mengangguk-anggukkan kepala. "Jangan sendirian lagi. Kalo lembur juga harus tetap bareng sama yang lain," ujarnya menasehati.

"Iya. Makasih, Jaehyun."

Si lawan bicara hanya berdeham sebagai jawaban singkat. Mereka pun melanjutkan perjalanan tanpa ada percakapan lagi, saat Jaehyun melirik lengannya, genggaman Taeyong tidak seerat sebelumnya. Pria manis itu terlihat lebih tenang sekarang dan hanya menatap ke sekitar tanpa perlu merasa was-was.

"Taeyong, kamu punya anak?" tanya Jaehyun, kembali membuka percakapan di antara keduanya.

Taeyong menoleh pada Jaehyun kemudian menganggukkan kepalanya. "Ya. Mark dan Jeno. Sungchan udah pernah ketemu Jeno, kan?" balasnya.

Oh, Jaehyun salah sangka di sini. Ia sempat mengira Jeno adalah anak Ten dan Johnny, mengingat mereka adalah pasangan yang sudah menikah. "Ah, saya pikir Jeno anak Kak Johnny dan Ten," ucapnya sedikit terkejut.

Saat Taeyong menggelengkan kepala dan tersenyum kecil, Jaehyun menyadari bahwa pria di sebelahnya itu tak lagi merasa tegang. "Bukan, aku sama Kak Johnny pernah nikah, tapi sekarang udah cerai. Jadi, Mark sama Jeno tinggal sama aku."

Benar-benar salah paham, untung  Taeyong telah menjelaskannya. 

"Kenapa kamu nanya?" Taeyong balas bertanya.

We Are Family ❥ Jung FamsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora