25

1.3K 190 34
                                    

Pada pagi harinya, Jaehyun terbangun dengan keadaan pusing dan tubuh yang letih. Seketika barulah ia menyadari kalau ia terlelap di sebelah pintu ruang kerjanya. Dengan posisi duduk di lantai dan punggung yang bersandar pada dinding, memeluk Beomgyu dalam kondisi masih terlelap dan di atas tubuh mereka terdapat selimut tebal warna coklat. Jaehyun menoleh ke bawah, menemukan Sungchan yang juga ikut tertidur di kakinya.

Menghela napas panjang, Jaehyun kecup kening Beomgyu lamat-lamat, juga kelopak matanya yang sedikit membengkak, berharap sehabis ini bungsunya tidak akan sakit. Kemarin adalah malam yang sangat panjang, dan juga menyakitkan baginya. Jaehyun tidak bisa berhenti membayangkan bagaimana hancurnya mental dan perasaan Beomgyu saat tidak bersamanya dulu. Itu membuatnya kembali mencium surai sang anak.

Jaehyun kemudian menoleh lagi dan mengelus surai gelap milik Sungchan. "Kak, ayo bangun, sayang." Dengan lembut, ia membangunkan anaknya. Diusap surai dan pipinya secara berulang kali, diperhatikan Jaehyun wajah Sungchan matanya terlihat bengkak, dan juga basah seperti habis menangis—tidak jauh beda dengan kondisi Beomgyu sekarang. Oh, jangan bilang Sungchan mendengar semuanya tadi malam?

"Papa." Pelan-pelan Sungchan terbangun. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum ia mengubah posisinya menjadi duduk agar bisa menyandarkan kepala pada bahu Jaehyun dengan lesu. Satu lengannya melingkar di perut pria Jung yang lebih tua. Pandangannya pula tertuju pada Beomgyu yang bersandar pada dada sang Papa, saudara kembarnya yang cantik, saudara kembarnya yang kuat, saudara kembarnya yang terluka cukup dalam. Menyakitkan. "I hope that was a nightmare."

Begitulah kalimat yang meluncur dan terasa lebih memilukan lagi karena pada kenyataannya tidak begitu. Jaehyun berdeham kecil sembari mengelus pipi Sungchan. "I hope so," balasnya kemudian. "Tapi, yang paling penting Adek udah sama kita, sayang. Lukanya Adek kita obati pelan-pelan, bantu Papa ya, Kak?" Ia berpinta dengan lembut, dan tentu saja dibalas dengan anggukan kepala dari sang anak.

Menyunggingkan senyuman kecil untuk menghibur, Jaehyun mencium kening Sungchan dengan sayang sebagai balasan. "Ayo bangun sekarang, ya? Sana mandi, siap-siap ke sekolah. Papa masak dulu."

"Okay." Sungchan bangkit dan berjalan ke kamar mandi, meninggalkan Jaehyun yang akhirnya membawa Beomgyu untuk dibaringkan di atas sofa pada ruang tamu sebelum berkutat di dengan alat masak di dapur.

Tak lama kemudian, Sungchan kembali ke dapur dengan mengenakan seragam sembari membawa tas sekolahnya. Diperhatikannya Beomgyu yang masih tertidur membuatnya melangkah mendekat ke sofa, kemudian bersimpuh untuk menyetarakan pandangannya pada saudara kembarnya yang begitu cantik itu. Beomgyu yang pucat, tapi terlihat bersinar, cantik dan kuat. Bintang kecil kesayangan Sungchan juga.

Sungchan pun tak dapat menahan diri untuk mengelusi pipi Beomgyu. Kulit yang terasa begitu halus dan lembut itu tak dapat ia sangka ternyata pernah memiliki luka, pernah disakiti manusia hina yang tak punya hati. Maka dikecupnya Beomgyu sebelum bangkit dan menghampiri Jaehyun.

"Papa ngga ke kantor?" tanya Sungchan, melihat Papa-nya itu masih belum bersiap dengan pakaian formalnya seperti biasanya.

Jaehyun menggeleng sembari meletakkan kotak bekal makan siang untuk Sungchan. "Papa mau temenin Adek dulu seharian ini," jawabnya.

"Oh." Sungchan pun meneguk susu hangat yang baru dibuatkan Jaehyun, lalu teringat pada kegiatannya hari ini usai pulang sekolah. "Berarti Papa bisa dong dateng ke tandingan basket nanti siang?" katanya antusias.

"Bisa. Jam berapa?"

"Jam tiga!"

"Okay, Papa sama Adek nanti kesana."

We Are Family ❥ Jung FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang