15

2.1K 207 37
                                    

"Kak Mark." Taeyong membuka pintu kamar anaknya sedikit untuk memasukkan kepala saja, mengintip ke dalam dan mendapati anak sulungnya yang tengah belajar. Mark berbalik untuk melihatnya. "Ganggu, ngga? Bubu mau ngomong."

Mark menyunggingkan senyum seraya menggeleng dengan senang hati. Ia memundurkan kursi belajarnya yang beroda manakala Taeyong masuk sambil membawa boneka kelinci warna merah muda dalam dekapan. Mark tertawa kecil melihat Bubu-nya mengenakan piyama dengan warna kuning pastel beserta topi kerucut. Satu set piyama yang baru dibeli Jeno beberapa waktu lalu sempat mendapat protes karena warnanya terlalu soft dan terlihat seperti bayi, tapi ujung-ujungnya Taeyong tetap mengenakannya dengan wajah senang. Apalagi dengan boneka kelinci baru yang berbahan dasar lembut sehingga nyaman dipeluk saat tidur. Pada dasarnya, Jeno memang sangat royal pada orang yang disayanginya.

"Kenapa?"

Taeyong duduk di atas ranjang berwarna hitam bergaris dan berhadapan dengan Mark yang menunggu. "Tadi ... sebelum ketemu Jaehyun, sebenarnya Bubu diikuti orang aneh gitu," katanya pelan.

Sontak, mata Mark melebar panik. "Hah? Kenapa ga bilang?"

"Ini kan Bubu bilang..." cicit Taeyong, menyebabkan mata Mark menyipit, pertanda kesal.  "Jangan marah dulu. Bubu belom selesai cerita," cercanya kemudian.

Mark pun menghela napas dan mengangguk, memberi kesempatan untuk Taeyong menjelaskan, "Dia ngikutin Bubu pas keluar dari kantor, terus ngikut naik bus juga. Waktu Bubu mau ancang-ancang teriak, dia rupanya bawa pisau. Jadi, Bubu langsung turun dari bus, jalan asal gitu buat sembunyi, rupanya ngga sengaja diliat Jaehyun, makanya langsung disamperin. Tapi orangnya udah pergi. Jadi, Jaehyun bilang mau nganterin Bubu. Makanya tadi bareng."

Jadi ini alasan kenapa Bubu kelihatan pucat, Mark berpikir. "Bubu beneran ngga luka, kan?"

"Ngga. Bubu ngga kenapa-napa." Taeyong menggeleng sambil tersenyum untuk meyakinkan anak sulungnya. "Sebenarnya Bubu berani bilang ke kamu doang, kalo ke Jeno, takutnya dibawa kepikiran."

"Ya, kalo kekgini pun aku juga kepikiran, Bu," kata Mark dengan frustasi.  "Untung Bubu ketemu sama Om Jaehyun, kalo ngga, gimana? Kan aku dah bilang, kalo ada apa-apa telpon. Panggilan pertama nomor aku, kan?"

"Iya. Tadi Bubu udah mau nelpon kamu, Kak. Tapi, Bubu udah ketakutan banget sampe ngga kepikiran," kata Taeyong.

"Ini besok mau pergi lagi ke Jeju."

"Kalo ke Jeju kan ngga sendiri, Kak. Bubu barengan kok sama Jisoo besok sore." Taeyong  terkekeh kecil.  "Tapi, untuk sementara ini, Bubu minta jemput boleh, ngga Kak?" pintanya.

"Ngga boleh." Mark mendengus, berpura-pura kesal sebenarnya. Mana mungkin ia tak mau melakukan apa yang dipinta Taeyong.

"Jangan kasih tau Jeno, ya?" kata Taeyong lagi.

"Tergantung."

Taeyong cemberut. Ia membaringkan tubuhnya dengan posisi menyamping, menghadap Mark yang kembali berfokus pada buku-buku pelajaran. "Kamu kok rajin banget sih? Sekolah, paruh waktu di bengkel, malemnya ngerjain tugas. Bubu dulu ngga se-ambis itu."

"Pembohong banget."

"Hehehe..." Pria cantik itu terkekeh mendengar dengusan sang anak.  "Sekali-kali kek Jeno juga gapapa lho, Kak. Kadang rajin, kadang buat guru emosi sampe kena skors, kadang belajar, kadang tidur di kelas. Jadi seimbang. Kasian masa muda kamu kalo ngga dimanfaatkan dengan sebaik mungkin."

"Aku juga sering panjat pagar kok di sekolah," kata Mark. "Kalo telat."

"Kenapa harus panjat pagar? Kalo ngga dikasih masuk, yaudah pulang."

We Are Family ❥ Jung FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang