9

2K 197 30
                                    

Sungchan sudah bilang berkali-kali kalau ia tidak apa-apa dan hanya ingin pulang. Tidak ada pilihan, Johnny pun menuruti permintaannya dengan syarat kalau ia sendiri yang akan mengantarkan mereka.

Setelah sampai dan mengantarkan Jaemin ke rumah, mobil Johnny kini mendarat di pekarangan rumah Jung. Sungchan yang tengah melepas sabuk pengaman lantas terkejut mendapati lampu depan sudah menyala, itu artinya Papa mereka sudah pulang.

"Papa pulang cepat," gumamnya tanpa sadar.

Pria tampan itu ikut melirik. "Oh, mungkin Papa kalian kurang sehat makanya ngga jadi kerja."

Sahutan Johnny di balik kemudi membuat Sungchan dan Beomgyu panik. Mereka berdua langsung bergegas turun, Sungchan mengucapkan terima kasih pada Johnny dan Jeno dengan buru-buru sebelum menyusul adik kembarnya memasuki rumah.

Jeno yang berada di sebelah Johnny pun tertawa kecil. Tak sengaja matanya menangkap sebuah buku gambar yang tergeletak di atas jok belakang. "Lho? Barang mereka ada yang ketinggal," katanya meraih buku tersebut. Ia membukanya, melihat-lihat tiap lembaran yang ia yakini bahwa buku itu adalah buku gambar milik Beomgyu. Ada nama anak itu di halaman pertama, lalu halaman selanjutnya diisi dengan goresan pensil yang membentuk arsiran pemandangan dan wajah-wajah yang Jeno sendiri tak kenal selain Sungchan.

Hingga mata Jeno menajam pada satu halaman dan dahinya mengernyit.

"Dad, bukannya ini Om Yuta, ya?" kata Jeno heran sambil menunjukkan halaman terakhir pada buku tersebut. Sebuah gambar wajah seseorang yang terlihat tak terlalu jelas tercetak di sana, melukiskan wajah seorang pria berambut panjang, nyaris menyentuh bahu dan terlihat berantakan. Mata dan hidung yang tajam, bibir tipis yang membentuk senyum kecil, serta ada goresan bekas luka yang sama di pipi sebelah kiri. Bekas goresan pisau yang membuat Jeno sangat yakin kalau pria di buku ini adalah Nakamoto YutaㅡAyahnya Jaemin.

"Bekas lukanya juga keliatan banget," lanjutnya takjub.

Johnny yang melihat gambar itu hanya terdiam beberapa saat, tampak berpikir, hingga akhirnya ia melepas sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya. "Ayo kita kembalikan," ajaknya.

Di dalam rumah, Beomgyu langsung menemukan Jaehyun yang sedang duduk di kursi malasnya sambil membaca koran menggunakan kacamata tebalnya. Sungchan yang menyusul dari belakang pun menarik atensi duda dua anak itu.

"Udah pulㅡ Kakak?!"

"Papa sakit, ya?!"

Jaehyun yang panik dan Sungchan yang sama paniknya saling melontarkan pertanyaan dengan mata terbelalak panik.

"Hah? Nggak. Papa nggak sakit," kata Jaehyun sembari berjalan mendekati anaknya dan menangkup pipi Sungchan, menatapnya gusar pada setiap luka yang tertoreh di wajah. Hal itu membuat Jaehyun merasa sesak bukan main. "Astaga, Kak. Siapa yang buat Kakak begini? Hah!? Kenapa sampe ada yang berani main tangan begini, Kak?"

Sungchan mengelus tangan Papa-nya dengan sayang sembari tersenyum tipis. "Kakak udah gapapa, Pa. Beneran. Namanya anak laki-laki jadi biasa berantem, hehe."

"Nggak gitu, ya Kak. Mau laki atau perempuan kalau udah main kekerasan itu pastinya salah. Jangan dinormalisasikan."

Bibir Sungchan mempout, namun ia hanya terkekeh mendengar ceramah Papa-nya. "Papa beneran nggak sakit?" tanyanya lagi.

Jaehyun menggeleng guna terlihat meyakinkan. "Papa tadi lemes aja makanya pulang cepat."

"Papa udah makan?" tanya Beomgyu yang berjalan mendekat ke Jaehyun, meraih tangan satunya guna mengecek suhu badan.

We Are Family ❥ Jung FamsWhere stories live. Discover now