16

2.3K 204 41
                                    

Buku yang ketiga baru selesai dibaca, barulah sang anak bungsu tertidur dalam dekapan. Yuta tersenyum geli memandangi wajah imut Shotaroㅡanak bungsunyaㅡyang akhirnya tertidur juga meski membutuhkan banyak usaha dan waktu. Diletakkannya buku dongeng di atas meja kemudian memperbaiki posisi tidur Shotaro yang menyandarkan kepala di dadanya serta memeluk perutnya manja.

Yuta memberi usapan halus di surai sebelum dikecupnya perlahan, membaringkan Shotaro sebelum dirinya bangkit setelah lama terduduk di atas kasur milik sang anak. Tak lupa memberi kecupan juga memperbaiki letak selimut, memastikan Shotaro tak akan lagi terusik tidurnya, barulah Yuta keluar dan menutup pintu kamarㅡdengan selembut mungkin agar tidak menciptakan suara.

Yuta berjalan ke dapur, menghampiri sosok jelita kesayangannya yang tengah membersihkan bagian wastafel. Ia turut membantu, mengambil alih kain lap yang berada di tangan sosok jelita tersebut yang tak lain adalah istrinya sendiri, Winwin.

"Kenapa belum tidur?" tanya Yuta lembut. Winwin hanya menggeleng sebagai jawaban kemudian menyandarkan kepala di bahunya dengan manja selagi dirinya yang mengelap sisi wastafel hingga menjadi kering dan bersih.

Mereka berdua menikmati posisi seperti demikian dalam kebisuan, mengabaikan ritme jantung yang cukup berisik dalam dada, namun saling memberi desiran hangat ke seluruh tubuh. Winwin yang suka bersandar, serta Yuta yang selalu menjadi sandaran kesukaannya, adalah suatu hal yang tak lagi rahasia di keluarga kecil Nakamoto tersebut.

Winwin adalah pria dengan paras yang paling manis yang pernah Yuta jumpai di hidupnya. Matanya sipit, berhidung mancung, bibir tipis berwarna merah merona serta pipi kecil yang dipadukan dengan kulit seputih susu. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada pesonanya? Selain indah di fisik, Winwin juga sangat indah dari hati. Tutur katanya begitu lembut pada semua orang, serta karakternya yang tenang bagai air, membuat sosok Winwin terlihat sangat anggun bagai bunga mawar. Sosok keibuan yang menjadi panutan untuk anak-anaknya.

Salah satu yang menjadi alasan mengapa Yuta selalu tergila-gila padanya.

"Jadi berangkat, Kak?" Winwin pun bertanya. Dalam nada suaranya tersirat ketidakrelaan.

Yuta berdeham. Ia menoleh ke sisi istrinya untuk mencuri kecupan manis di bibirㅡsebagai bentuk rayuan agar cantiknya tak lagi kesal. "Ntar malam minggu pulang kok, sayang. Anak kita kan ulang tahun, masa aku ngga ada?"

Sayang, anak kita, beserta sentuhan manis di bibir menyebabkan warna merah muda terbit di pipi Winwin. Oh, Yuta memang selalu berhasil membuatnya berdebar tak karuan.

Winwin menyematkan senyum. Ia menegakkan kepala kala Yuta telah membereskan seluruh pekerjaan rumah yang tersisa, dan sekarang pria tampannya tengah bersiap keluarㅡmelakukan tugasnya sebagai seorang polisi.

Yuta mendapat tugas yang membuatnya harus bekerja lembur selama beberapa hari ini. Winwin sebenarnya juga tidak tahu ada masalah apaㅡsebab Yuta jarang membicarakan kasus yang ditanganinya.

Meski begitu, Winwin juga tak banyak bertanya. Ia membantu suaminya memakaikan jaket hitam tebal mengingat beberapa malam terasa mendingin dari biasanya.

"Oh ya, Kak Renjun tadi ada bungkusin ini buat Kakak." Winwin bergegas kembali ke dapur saat keluar bersama Yuta dari kamar. Ia kembali membawa satu kotak dan meletakkannya di atas meja. "Dia buat cookies biar Papi-nya ngga kelaperan nanti," katanya sambil bercanda.

Yuta cemberut, walau dalam hati terasa begitu menghangat. Waktu itu Shotaro, sekarang Renjun. Anak-anaknya memang suka sekali membawakan makanan untuknya saat akan pergi bertugas. "Aduh, anak-anak kita udah besar, udah bisa masak semua," ucapnya sambil menggeleng dramatis.

Dengan gemas, Winwin menangkup pipi suaminya menggunakan kedua tangan dan menekannya lembut. "Kak, anak-anak kita belum ada yang lulus sekolah, jadi masih kecil," sanggahnya. "Itutuh si bungsu juga baru aja minta dibacain dongeng sama kamu."

We Are Family ❥ Jung FamsWhere stories live. Discover now