7

2.1K 215 21
                                    

Ini bukan pertama kalinya Beomgyu bermimpi buruk. Biasanya saat ia kelelahan atau merasa ketakutan di sepanjang hari, maka ia akan bermimpi buruk saat tidur.

Namun, kali ini Beomgyu memutar ingatan tentang kenangan buruk yang dialaminya.

Kenangan terburuk yang terjadi 5 tahun silam.

"Adek sayang, senyum dong. Mau difoto ini."

"Beomgyu sayang, adek cantik banget lho, masa ngga mau senyum bentar? Ini mau difoto."

"Beomgyu, ayo lihat kesini, sayang?"

Jepretan kamera. Suaranya saat mengambil gambar. Blitz-nya yang menyilaukan. Itu semua mengganggu Beomgyu.

Semuanya terulang kembali dalam kepalanya. Beomgyu menangis, meraung, merengek agar itu semua berhenti, agar orang itu berhenti mengambil gambarnya secara sembarang; saat tubuhnya tidak ada penghalang yang melapisi.

Namun, tidak. Beomgyu serasa dikelilingi oleh ribuan kamera yang mengambil gambarnya tanpa izin. Jepretan dan suara itu terus mengisi telinga, juga menyilaukan matanya seolah ingin membuatnya gila.

"Nggak! Adek nggak mau! Adek nggak mau! Pergi! Papa! Papa!"

Jeritan Beomgyu dari kamar sebelah menyadarkan Jaehyun yang semula terlelap di kamar. Dengan panik, ia berlari ke asal suara tersebut, mendapati anaknya yang bergerak gelisah di atas ranjang sambil meremat selimut dan meracau. Ia mencoba membangunkan Beomgyu dengan lembut, berusaha menyadarkan anak manisnya dari mimpi buruk tersebut.

Pada akhirnya, Beomgyu terbangun dan memerhatikan sekitar dengan gerak mata yang gelisah. Peluh membasahi tubuhnya, bersamaan dengan air mata yang meleleh di sekitar pipi. Anak itu memandangi Jaehyun dengan sesegukan.

"Papa."

"Iya, sayang. Papa di sini."

Beomgyu merangkak ke arah Jaehyun dan memeluk leher Papa-nya dengan erat untuk menenangkan hatinya yang dipenuhi ketakutan. Ia tidak bersama orang jahat itu lagi. Ia bersama Papa-nya sekarang.

Lengan Jaehyun merengkuh Beomgyu dengan hangat. Ia usap surai si manis secara perlahan seraya berbisik guna menenangkan, "Jangan takut. Adek sama Papa sekarang."

Tidak ingin mengganggu tidur pulas Sungchan, Jaehyun pun memutuskan untuk membawa Beomgyu yang masih menangis keluar dari kamar. Ia mengambil selimut warna putih-biru itu guna membungkus tubuh Beomgyu agar tetap hangat, meski dalam rengkuhannya sekalipun.

Ia memutuskan untuk pergi bersama Beomgyu ke bagian belakang rumah yang biasanya dekat kebun kecil. Mereka duduk di teras dengan Jaehyun yang menyandarkan punggungnya ke dinding, meluruskan kaki dan Beomgyu di atas pangkuannya. Ia menatapi langit kebiruan yang berbinar berkat taburan bintang-bintang.

"Adek, lihat tuh. Bintangnya cantik."

Beomgyu yang semula masih sesegukan pun mendongakkan kepala, lebih dulu menatap wajah Jaehyun yang sendu lalu memutar kepalanya, menatap langit yang ditunjuk sang Papa. Selimut yang semula bertengger di atas kepala otomatis menurun sampai ke pundak agar ia bisa melihat dengan leluasa.

"Cantik, kan?" Jaehyun sengaja, mencoba mengalihkan perhatian Beomgyu dengan sesuatu hal yang menarik. "Sama kek Adek cantiknya," ucapnya lagi sambil mengusap surai Beomgyu.

"Kakak sama Adek itu bintang kesayangan Papa. Yang paling indah, yang paling bersinar."

Beomgyu bersemu. Sekali lagi, ia melihat bintang-bintang yang memang bersinar dengan indah. Ia menatapnya lamat-lamat, menikmati betapa indahnya pemandangan di malam hari. Angin pun bertiup, menerpa keduanya dengan lembut, mengapus ketakutannya sedikit demi sedikit. Pikirannya berhasil teralihkan, mengetahui hal itu Jaehyun dapat menghela napas lega.

We Are Family ❥ Jung FamsWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu