4

2.1K 204 17
                                    

Saat itu, Jaehyun terduduk di bangku panjang lorong rumah sakit dengan kebisuan dan hati yang berdenyut nyeri. Detik demi detik berlalu cukup lama, seolah tengah menikmati penderitaannya.

Seorang diri. Seorang diri menunggu kabar sembari berharap kondisi anaknya akan baik-baik saja.

"Keluarga Jung Beomgyu."

"Ya, saya Papa-nya Beomgyu, Dokter." Penantian Jaehyun pun berakhir begitu pintu terbuka. Ia bangkit dan mendekati sang Dokter berjas putih yang keluar dari ruangan kamar inap. Wajahnya tampak prihatin, sorot matanya pula menunjukkan rasa iba. Hembusan napas lemah keluar begitu saja. Rasa takut Jaehyun kian bertambah.

"Mohon maaf harus menyampaikan berita buruk ini, Pak. Tapi, anak anda mengalami kekerasan selama bertahun-tahun yang cukup parah sehingga meninggalkan trauma. Tubuhnya juga melemah karena terlalu lama berada di luar saat cuaca dingin, tulang lengan kanannya juga retak seperti dipukul dengan sesuatu yang keras."

Mendengar itu, lutut Jaehyun langsung melemah. Sorot matanya kian menggelapㅡbagai orang yang tak memiliki semangat hidup. Hatinya hancur, sakit sekali. Anaknya, Jung Beomgyu, yang polos dan ceria, mengalami kekerasan setelah berpisah dengannya. Sekarang, bagaimana mengobati seluruh luka-luka yang dialami Beomgyu?

"Dan, punggungnyaㅡ"

Bahkan Dokter itu tak sanggup menyelesaikan perkataannya karena ia juga orang tua. Namun, mengingat pekerjaannya, ia harus tetap profesional. "Punggungnya terdapat bekas luka dari air panas."

Kacau.

Pikiran Jaehyun kacau sekali.

Beomgyu tidak bisa tenang. Ia dihantui mimpi buruk dari kejadian-kejadian yang dialaminya selama lima tahun terakhir. Nyaris tiap malam, anak kecil itu berteriak histeris karena ketakutan kalau seseorang akan datang dan membangunkannya kemudian memukulinya lagi. Dokter dan para perawat dibuat kewalahan, begitu pula dengan Jaehyun. Pria itu harus berjaga demi Beomgyu.

Di sisi lain, Jaehyun juga harus bekerja agar mampu membayar biaya rumah sakit setelah perawatan Beomgyu. Namun, ia sendiri tak dapat meninggalkan anaknya sendirian. Alhasil, ia berhutang dan meminta cuti pada atasannya.

Selama seminggu terakhir, Jaehyun belum pulang dari rumah sakit. Sungchan dititipkan di rumah temannya, Jeon Jungkook. Untungnya istri Jungkook sudah terbiasa dengan kehadiran Sungchan di rumah dan menganggapnya seperti anak sendiri, jadi Jaehyun tidak terlalu khawatir.

Selama seminggu pula, Jaehyun tidak bisa berhenti menangis tiap malam karena Beomgyu masih tak mau berbicara pada siapapun. Anak itu belum percaya kalau Jaehyun adalah Papa-nya. Semua orang yang ia temui membuat Beomgyu ketakutan hingga menangis dan menjerit-jerit seolah mereka adalah orang jahat yang mau menyakitinya. Bahkan, di pagi harinya, Jaehyun akan mendapati Beomgyu bersembunyi di bawah ranjang rumah sakit dengan tubuh yang gemetar. Tidak ada yang bisa membuat Beomgyu keluar sampai Sungchan datang di jam sekolah telah usai. Barulah, Beomgyu mau mendengarkan dan memakan makanannya.

Di hari libur, Sungchan menginap di rumah sakit. Ia tertidur di sebelah saudara kembarnya yang tak mau melepaskan genggaman tangannya. Jaehyun menghela napas lega, setelah semuanya, barulah ia bisa melihat Beomgyu tertidur pulas tanpa pengaruh obat. Ia menyelimuti tubuh kedua putranya, tak lupa memberikan usapan penuh kasih sayang dengan tatapan teduhnya yang tampak lemah, tak berdaya.

Usai menatapi kedua anaknya, Jaehyun hendak membereskan buku-buku yang berserakan di bawah kaki mereka. Ia mengutip satu demi satu buku yang dibawa Sungchan agar bisa membacakan adiknya sebuah dongeng yang bagus kemudian memasukannya ke dalam tas.

We Are Family ❥ Jung FamsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin