21

1.4K 195 45
                                    

"Jadi ... kamu pisah tapi tetap berhubungan baik sama mantan suami kamu?"

Taeyong tersenyum. "Ya, demi anak-anak juga."

Sekarang pukul 6 pagi, Jaehyun dan Taeyong sudah berada di bandara, menunggu teman-teman mereka yang akan pulang bersama sekaligus membawakan tas. Jadi, selagi menunggu, keduanya memilih sarapan lebih dulu di cafetaria.

Jujur, Jaehyun masih belum paham. "Kalau dulu masih bisa berhubungan baik, kenapa harus pisah?" katanya.

"Ngga ada kecocokan lagi." Taeyong menjawab, "Hmm, bukan. Dari awal kami memang ngga pernah cocok."

Taeyong mengusap sudut bibirnya yang bernoda kan selai coklat setelah menggigit rotinya. "Kepribadianku terlalu manja, terlalu bergantung sama suami, apalagi waktu hamil dulu. Aku selalu pengen perhatian dari suamiku penuh, dijaga, disayang dan Kak Johnny ngga bisa tahan sama sifatku itu. Dia selalu pengen punya pasangan yang mandiri, makanya dia lebih cocok sama Ten," ucapnya panjang lebar.

Jaehyun pun mengangguk-anggukan kepalanya. Walau dalam batinnya, ia merasa tidak ada yang salah dengan sikap manja Taeyong terhadap pasangan sendiri. Itu hal yang wajar, menurutnya.

"Kamu tau, Jaehyun? Orangtuaku terlalu keras, terlalu menuntut. Sewaktu aku dijodohkan, mereka bilang mau cuman melihatku berpasangan sebelum meninggal. Padahal mereka tuh sehat-sehat aja bahkan sampe sekarang," kata Taeyong lagi, menatap Jaehyun yang menyesap kopi sambil memandangnya, tampak fokus mendengarkan. "Aku juga anak kedua dari tiga bersaudara. Baru aku sendiri yang menikah waktu itu. Kakakku yang udah muak ternyata kabur ke luar negeri, jadi aku ngga mau hubungan keluarga kami makin runyam, makanya aku cuman bisa nurut," lanjutnya.

Taeyong hanya bisa tersenyum sedih saat kalimat berikutnya keluar, "Tapi pas aku pisah sama Kak Johnny, hubungan kami malah makin runyam lagi. Ayah, Ibu makin dingin sikapnya ke aku."

Jaehyun tidak akan pernah tahu ternyata hubungan orang tua dan anak bisa serumit ini.

Beberapa menit kemudian saat mereka masih belum puas mengobrol, teman-teman pun mulai datang satu persatu. Setelah semuanya berkumpul, dan sudah waktunya untuk penerbangan, mereka pun berpisah.

"Jadi, apa yang terjadi semalam di antara kalian berdua, Jung Jaehyun?" Mingyu melemparkan pertanyaan tepat saat keduanya sudah duduk di kursi penerbangan setelah meletakkan tas di tempatnya. Jaehyun sempat menoleh sebelum mengernyit heran.

"Apa? Kami cuman berteduh di penginapan."

"Ngga ada yang lain?" Mingyu berusaha menggali-gali kebenaran yang ia inginkan. "Terus kenapa jaket lo bisa di Kak Taeyong?"

Oh, sial. Jaehyun sendiri lupa sudah memberikan jaketnya pada Taeyong karena mereka keluar terlalu pagi, cuaca masih terlalu lembab dan mendingin.

"Ya, karna dia nampaknya lebih membutuhkan," jawab Jaehyun seadanya.

Mingyu berdecak sambil merotasi kan bola mata dengan malas. "Ck, gue kira udah deket banget, sampe gue segan mau samperin kalian tadi," ujarnya sedikit kesal.

"Ngga usah mikir yang aneh-aneh, kami cuman teman ngobrol doang," balas Jaehyun.

"Halah. Bentar lagi juga bucin kalian."

Jaehyun kemudian membalasnya dengan tawa, tak habis pikir dengan jalan pikir temannya itu.

Suara familiar yang menyapa menjadikan dirinya terjaga dari bunga tidur. Beomgyu membuka mata, mulai meyakini suara yang sedang mengalun itu adalah suara Jaehyun, ia langsung terduduk.

"Papa." Beomgyu langsung terbangun dan menemukan Jaehyun yang duduk di hadapannya. Senyum lebar tertoreh di bibir sang Papa manakala si kecil merangkak naik ke pangkuan, meminta pelukan. "Papa kapan sampe?"

We Are Family ❥ Jung FamsWhere stories live. Discover now