23

1.1K 129 11
                                    

Konten Sensitif ❗

5 tahun lalu...

Klub malam atau biasanya dikenal sebagai tempat pelacuran yang terletak cukup jauh dari perkotaan masih sangat ramai dan berisik saat Yuta menginjakkan kakinya ke dalam sana. Ia membawa dirinya berkeliling, dengan mata memicing, menyapu setiap sudut, berulang kaliㅡterlihat begitu teliti. Di bawah sorot lampu warna-warni yang berkelap-kelip, Yuta melewati satu persatu manusia yang sedang sibuk menari serta bersenang-senang, mengobrol atau minum, atau ada yang sedang bercumbu mesra. Ia mengamati tiap orang sekilas lalu tetap berjalan lurus ke depan demi mencari keberadaan seseorang.

Hingga beberapa menit kemudian, Yuta merasa jenuh, helaan napas berat keluar begitu saja dari celah bibir.

"Fokus, Yut, intinya temukan aja si Janghyun. Mata lu jangan kemana-mana." Suara seorang wanita dewasa terdengar jelas dari alat yang terpasang di telinga Yuta.

"Pardon me?" Pria itu mengernyitkan dahi, merasa tersinggung. "Mending ngeliatin Winwin tidur berjam-jam daripada keliling di sini. Bising, bikin muak," ucapnya, lalu memutar bola mata dengan malas.

"Semangat, Yut. Jujur aja, gue juga muak makanya ngga mau ikut." Suara Johnny terdengar menuturkan kalimat yang membuat Yuta memutar bola mata. Sialan, dua temannya itu memang menyebalkan.

"Sendirian aja nih, Kak?" Seorang pemuda bertubuh ramping, yang memiliki wajah cantik serta berkulit putih dengan mata sipit datang menghampiri Yuta, meletakkan kedua lengannya di bahu pria yang lebih tinggi guna memberikan elusan tersirat godaan.

Yuta berdeham, berakting seakan ia tertarik. "Saya lagi cari orang."

"Hm, siapa?" Pemuda cantik itu menyentuh dada Yuta dan berkedip manja.

Tubuh Yuta terdorong ke belakang, membuatnya terduduk di salah satu sofa single. Pemuda itu pun meletakkan bokongnya di atas pangkuan, bersamaan kedua tangannya yang hendak menggapai kancing kemeja.

Yuta mencekal pergelangan tangan pemuda tersebut, hendak meneruskan perkataannya yang sempat tertunda, namun perhatiannya tiba-tiba teralihkan. "Dengerㅡ"

BRAK!

"IH! GANGGU BANGET LO ANAK LONTE!"

Seorang anak bertubuh kurus kering tersungkur begitu saja di lantai, kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang menginjak tubuhnya tanpa sengaja dan terkaget. Anak itu merintih kesakitan, mencoba untuk berdiri sembari menangis sesegukan, memeluk sepotong roti yang berukuran sangat kecil.

Mata Yuta menyipit. Namun, pandangannya teralihkan karena pemuda di atasnya menarik dagunya dan berbisik halus, "Abaikan aja. Jadi, sampe dimana kita tadi?"

Yuta tak bisa mengalihkan pandangan dari anak itu. Jadi, matanya bergulir untuk memperhatikan anak kecil tersebut yang berlari menjauhi kerumunan karena merasa ketakutan. "Kenapa ada anak kecil di tempat begini? Tengah malam pula?" tanyanya.

"Anak kecil?" Johnny bergumam bingung.

"Yut, fokus!" Kim Jiyeon membentak agar Yuta tidak mengacaukan rencana yang sudah mereka susun sebelumnya.

Yuta memilih abai terhadap suara yang memasuki indera pendengarannya melalui alat komunikasinya itu. Menatap dalam pemuda di pangkuannya untuk menuntut jawaban. Namun, pemuda tersebut malah menyipitkan mata, menatapnya curiga. "Apa anda lebih tertarik sama anak kecil yang kotor itu?"

"Iya. Kenapa dia bisa disini?" Yuta yang malas bertele-tele hanya langsung mengiyakan.

Pemuda itu berdecak. "Orangtuanya yang menjualnya dengan harga tinggi sama Boss kami. Boss nyuruh aku buat ngajarin anak kecil itu cara menarik dapetin perhatian. Dia harus pinter menggoda orang biar bisa narik pelanggan, atauㅡ"  Secara sengaja, ia menggantungkan kalimatnya, menatap Yuta yang menunggu dengan sabar.

We Are Family ❥ Jung FamsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora