Bab Tujuh

74 3 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

selamat membaca,

Chocomellow

###

Arkan

Ariel adalah wanita terbodoh yang pernah aku tahu. Seharusnya ia tak menukar hidupnya dengan cinta, hanya demi melihat sang pangeran bersama wanita lain.

***

Audrey tak mengerti. Dia kira Arkan menyukai Renata. Renata wanita yang cantik, menurut Audrey wanita kecil, cantik, dan menawan seperti Renata akan mampu menaklukan Arkan yang berlarian dengan liar. Sepertinya perkiraan itu salah.

"Jadi, ceritakan padaku kenapa kau berfikir Renata akan menikah denganku? Sepertinya konsep 'menyukai' Renata bagiku dengan Renata versi mu berbeda." tanya Arkan dengan menenggak habis tehnya. Laki-laki itu melangkah ke mesin cuci piring dan kembali duduk di depan Audrey.

"Aku tak mengatakan bahwa kau akan menikahinya. Aku mengira kau mungkin 'berniat' menikahinya. Itu kesimpulan karena aku kira kau menyukainya. Kau akan berfikir untuk lebih serius menjalin hubungan dengannya. Bukankah kalau kau menyukainya kau akan berfikir seperti itu? Itulah yang biasa dilakukan orang-orang." Audrey juga menghabiskan tehnya.

Arkan bersidekap dan memandang Audrey. "Well, tapi aku bukan seperti kebanyakan orang." Katanya mengabaikan tatapan kesal Audrey padanya. "Karena aku tak seperti kebanyakan orang, jadi aku tak pernah befikir menyukai Renata akan membuatku berniat menikah dan menyerah dengan kehidupan bebasku sebagai laki-laki lajang."

"Atau karena ada kemungkinan kedua, Renata tak se-spesial yang kau kira hingga membuatmu menyerahkan kehidupan bebasmu sebagai laki-laki lajang."

"Aku jadi bertanya-tanya, apa defenisi menyukai seseorang bagimu. Jadi jelaskan padaku, agar aku mengerti pandangan bengkokmu. Supaya aku bisa meluruskannya dan mengarahkamu ke jalan yang benar."

Audrey menyipitkan mata, nada cemoohan Arkan jelas menganggu emosinya. "Nah, seperti yang kau tahu. Aku tak memiliki pengalaman pribadi dengan yang namanya jatuh cinta, menyukai seseorang atau apapun yang terkait dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sumberku jelas berasal dari novel, film, lirik lagu, atau pengalaman pribadi orang lain. Tapi semua itu cukup untukku mengetahui ada wajah buruk cinta dan ada wajah damai cinta."

"Novel dan film tidak menjelaskan secara tepat perasaan jatuh cinta dan sakitnya putus cinta, Audrey."

Audrey mengerti kenapa Arkan mengira ia hanya membual. Semua orang bereaksi seperti Arkan setiap kali ia mengatakan kisah-kisah romantisnya. Siapa dia berani mengatakan betapa indahnya hidup dengan orang yang dicintai, mengabaikan fakta bahwa sebagian orang berusaha bertahan dalam hubungan toxic yang tak terelakkan. Dulu, ia juga termasuk salah satu dari sekian banyak yang meragukan apakah bahagia sesederhana itu. Semakin banyak ia mengkonsumsi ketakutan karena kekejian ayahnya, semakin kuat ibunya membuktikan bahwa bahagia itu sederhana. Meskipun sulit untuk mengatur perasaan dan perilaku seseorang, tapi satu hal yang selalu ibunya ingatkan padanya: Kamu berharga, jangan biarkan orang lain menyakitimu.

Karena inilah, Audrey berusaha keras mengatur dirinya.

"Memang benar, aku tak menyalahkanmu jika befikir seperti itu." Audrey melanjutkan, tak terpengaruh dengan sanggahan Arkan sesaat yang lalu. "Ah, mungkin pengalaman menyaksikannya dengan mata sendiri juga termasuk pengalaman pribadi. Jadi aku akan menambahkan referensi itu sebelum memulai penuturanku malam ini." Audrey bergerak mengambil air minum dari teko yang berada di sebelah Arkan.

Laki-laki menarik nafas ketika rambut Audrey menyentuh pipinya. Aroma sampo Audrey tercium lebih pekat, Arkan mengepalkan tangannnya ketika keinginannya untuk mengelus rambut hitam itu menyeruak masuk ke dalam pikirannya.

The Future Diaries Of AudreyWhere stories live. Discover now