Bab Sembilan Belas

52 1 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya. Terima kasih atas dukungan pembaca semua.

Salam,

Chocomellow...

###

Audrey

Every love story is beautiful.

***

Arkan menawarinya solusi. Menjadi teman kencannya, dalam bentuk versi uji coba. Dia ingin melakukannya. Tidak, dia pernah berharap Arkan akan menawarinya. Namun, setelah mendengar penuturan Arkan. Audrey berfikir keras. Audrey merasakan ketaksaan. Apakah ia bisa tidak melibatkan perasaan? Apa dia bisa melindungi diri jika akhirnya keputusan ini malah menyakitinya? Audrey yakin dia akan lebih serakah lagi. Mungkin lain kali ia akan berharap Arkan menawarkan lebih banyak uji coba lainnya. Uji coba tunangan, uji coba menikah, uji coba berumah tangga, alih- alih uji coba kencan. Dia berharap dapat merubah cara pandang Arkan. Dia bisa melakukannya dengan cara masuk dalam hidup pria itu. Mencoba masuk dan membenahinya dengan cara sesentif mungkin.

Arkan mengawasi Audrey. Tersirat kebingungan dimata wanita itu. Jika saja Arkan tak mengingatkan diri bahwa dia belum lulus tes dari Audrey. Arkan pasti sudah mencium bibir ranumnya. Arkan merasakan keringat membasahi tangannya yang mengepal, menahan diri dan hasrat. Kalau Arkan bisa berbuat sesuka hatinya, Audrey tak akan menjadi gadis baik-baik. Dia bisa mengubah Audrey menjadi gadis nakal lebih cepat dari pada wanita itu membuat sup ayam kesukaannya.

"Versi uji coba? Teman kencan?" kata Audrey, "Kau sadar kau menawarkan sesuatu diluar kebiasaanmu? Dan aku tak yakin kita bisa melakukannya tanpa melibatkan perasaan." Aku Audrey.

Audrey bangkit, membawa piring-piring mereka ke mesin cuci piring. Tatapan Arkan yang terpaku padanya tak membuatnya berfikir jernih. Sementara udara di sekitar mereka mendadak menjadi berat oleh sesuatu yang mendebarkan. Audrey merasa gelisah dan juga bersemangat. Namun, saat ini ia tak ingin ditarik ke dasar hasrat sensual. Dia butuh akal sehatnya. Duduk bersama Arkan tak akan membawa akal sehatnya kembali bekerja.

"Kita bisa melakukannya. Sebulan lebih kita melakukannya Audrey. Kita makan bersama, menonton, tertawa dan mengobrol bersama, aku menciummu dan kau juga membalasnya. Aku tahu kau tertarik padaku, begitupun aku." Arkan tidak melebih lebihkan. Ketertarikan dan ketegangan diatara mereka membahayakan. "Aku menawarimu berkencan, membuat ketertarikan kita lebih mudah dihadapi." Nada suara Arkan biasa.

Audrey berbalik, bersandar di konter, menatap Arkan. Dia menyibak rambut dari wajahnya. Dibalik meja bar, Arkan mengawasinya, detak jantung Audrey terasa lebih cepat dari biasanya. Arkan menawarinya banyak hal yang ingin dia lakukan. Batinnya berteriak 'ayo kita lakukan'. Tapi disudut hatinya, dia ketakutan. Audrey takut dia berharap lebih pada Arkan, lalu berakhir kecewa.

"Kau tak nyaman jika berkencan dengan pria lain. Kau kesulitan dekat dengan laki-laki. Kemungkinan kau bertemu laki laki baik sangat kecil. Ditambah kemampuan setiap laki-laki memahami berbeda-beda. Aku lebih aman untukmu. Aku bukan pembunuh berantai, bukan prevet di transjakarta, dan aku menghormatimu." Arkan memberi alasan. "Dan yang terpenting aku lebih mengerti wanita dibandingkan siapapun. Cap womanizerku bisa kau gunakan."

Alis Audrey berkerut. "Kau manipulatif."

"Memang. Jadi," kata Arkan, "kau mau melakukannya?"

Audrey berfikir cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "Baiklah, bagus sekali. Aku bisa memanfaatkanmu sesuka hatiku. Kapan lagi aku mendapatkan tutorial gratis dari womanizer di Hamura tentang berkencan."

Arkan tersenyum senang. Berani sumpah, mata laki-laki itu terlihat berbinar. "Bagus, jadi kita deal?"

"Deal." Jawab Audrey.

The Future Diaries Of AudreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang