Bab Dua Puluh Satu

27 1 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya. 

Terima kasih

####

Audrey

I'd rather have a beast who treats me like princess, than a prince who doesn't.

***

Audrey dengan senang hati membuatkan sup ayam untuk Ema. Audrey melirik pintu rumah Ema. Rumah itu tertutup. Audrey membunyikan bel. Dan beberapa saat kemudian dia menemukan seorang pria yang membukakan pintu rumah. Audrey mengerinyit heran. Pria itu memperkenalkan diri sebagai Faiz. Audrey kira Faiz seumuran dengan Gavin atau Jevan, ternyata dia lebih tua tiga tahun dari kakak beradik itu. Yang artinya pria itu sepantaran dengan Arkan. Ema muncul dibalik punggung Faiz, dia tersenyum ramah dan menanggapi sapaan Audrey dengan bersemangat.

"Aku tak tahu kau akan datang sore ini."

"Aku sengaja datang karena kau bilang ingin sup ayam kemarin." Audrey menyodorkan mangkuknya pada Ema. "Jika aku tahu kau berdua dengan Faiz aku akan memembuat lebih banyak."

"Tidak, aku juga tidak tahu dia akan datang semalam." Ema menerimanya dengan senyum yang mengembang sempurna. Audrey rasa dia sangat merindukan anak-anaknya. Ema cukup kesepian setelah ditinggal Margareth. "Kau mau masuk? Aku membuat kue."

"Tidak, tapi jika tidak keberatan apa aku boleh membawa jalan-jalan Mumu sore ini?"

"Tentu saja, Mumu akan senang jika kau mau membawanya jalan-jalan ditaman." Ema melirik Faiz yang menatap Audrey. "Sebentar aku ambilkan Mumu."

Ema berjalan tergopoh-gopoh ke dalam rumah. Selang beberapa saat, Ema membawa Mumu lengkap dangan bola anjingnya. Anjing Maltese itu berlari menghapiri Audrey dengan bersemangat. Mengibaskan ekornya dan menerjang kaki Audrey.

"Hai cantik, kau mau jalan-jalan romantis bersamaku? Kita bisa melihat matahari terbenam. Dan menikmati sunset bersama." Mumu mengibaskan ekornya menanggapi, menatap Audrey dengan sikap memuja. "Aku akan membawanya jalan-jalan sebentar."

Ema mengangguk, lalu melirik Faiz. "Biar Faiz temani. Dia sedari tadi ingin dekat dengan Mumu, tapi Mumu selalu was-was bersama Faiz." Ema mendekat, sedikit berbisik kearahnya. "Mereka bertengkar hebat semalam." Sambil menahan tawa, Audrey mengangguk mengerti.

"Ku kira mereka butuh waktu bersama, kau bisa menjadi penengah. Aku sudah kehabisan tenanga menengahi pertengkaran mereka." Tutur Ema, dan menyerahkan tali Mumu padanya.

Audrey menimbang sebentar sebelum melirik Mumu yang menyorotnya dengan tampang penuh harap. Audrey ragu, apakah ini salah satu cara Ema mendekatkan Faiz padanya. Karena dia sadar Ema masih belum menghilangkan niatnya menjodohkan mereka berdua. Meski risih, namun Audrey tak tega menolaknya. "Baiklah." Audrey melirik Faiz, "Ayo."

Audrey melangkah keluar perkarangan rumah Ema. Faiz mengekorinya di belakang.

"Kau biasa membawanya jalan-jalan?"

"Hampir setiap hari, bergantian dengan Ema." Audrey membelai ekor Mumu yang mengibas penuh semangat. "Dia cukup aktif, jadi Ema kewalahan menandingin energinya. Apa yang membuat Mumu tak ramah padamu?"

"Dia menerjangku begitu datang, hingga aku terpeleset. Aku marah-marah padanya. Kata Ema, Mumu sedikit sensitif setelah cacingan." Faiz melirik Mumu, "dan sepertinya dia marah." Faiz mencoba membelai ekor Mumu seperti yang Audrey lakukan, Mumu berjengit dan menggeram pada Faiz. "See, dia sensitif didekatku."

"Ku kira Mumu anjing yang ramah. Mungkin lain kali kau harus mendekatinya dengan lebih hati-hati."

"Aku tak yakin dengan keramahannya. Dia bahkan tak melirikku saat di panggil," ujar Faiz pelan, "ada saran?"

The Future Diaries Of AudreyWhere stories live. Discover now