Bab Delapan

76 3 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

Terima kasih.

###

Audrey

Mungkin Pinocchio berbohong untuk membahagiakan ayahnya. Meskipun itu salah, tapi ada niat baik dibaliknya.

***

Pagi. Selama sebulan ini Audrey mencoba mempertahankan kebiasaannya. Butuh banyak usahan untuk aklimatisasi dalam kehidupan barunya. Dia bukan manusia pagi, dan bekerja di rumah Arkan mengharuskannya untuk bangun pagi, menyiapkan sarapan dan bersih-bersih. Jadi, dengan susah payah Audrey melangkah ke arah dapur. Membuka kulkas dan memasukan kepalanya kedalam sana. Berharap dinginnya kulkas membuatnya terbangun. Dia berusaha bangun 30 menit sebelum Arkan berangkat kerja. Ini adalah pertimbangan yang adil yang dilakukannya pada dirinya dan Arkan sebagai bos nya.

Audrey sudah mulai menulis novelnya. Setiap malam selesai makan malam ia akan duduk di depan laptopnya di paviliun untuk menulis. Atau pindah ke dapur dan menulis di meja bar. Audrey bukan manusia yang senang beraktivitas pagi, kreatifitasnya muncul saat semua orang tidur. Itulah alasan dia tak pernah bisa bangun pagi. Ia sering tidur jam 4 subuh dan terbangun jam 10 saat matahari beranjak ke atas kepalanya.

Tak banyak perubahan yang terjadi selama sebulan ia tinggal dengan Arkan. Di weekdays Arkan akan pergi bekerja, lalu pulang malam hanya untuk makan dan tidur. Weekend ia dapat mengobrol dengan Arkan lebih banyak. Mereka akan mengelilingi komplek untuk lari pagi, atau bersepeda. Arkan juga mengajakannya bermain tenis bersama Deo minggu lalu. Namun minggu ini Arkan cukup sibuk, tadi malam laki-laki itu baru pulang dari Surabaya dengan wajah kelelahan.

Semenjak tinggal di rumah Arkan. Dia mengenal Ema, tetangga Arkan. Ema berumur 70 tahu, dia sering jalan santai di pagi hari dan berkebun di sore hari. Ema punya Maltese, namanya Mumu. Audrey sering mengobrol dengan Ema lalu bermain bersama Mumu. Ia menyukai binatang berbulu, tapi tak pernah memeliharanya. Karena Memem dan Joe punya alergi aneh. Mereka alergi dengan bulu dan serbuk sari.

"Apa yang kau lakukan?" Arkan memergoki Audrey memasukan hampir seluruh tubuhnya ke dalam kulkas di dapur. Laki-laki itu turun dari tangga sehabis menggunakan ruang olah raga di lantai dua. Dengan kaos putih yang penuh keringat.

"Aku sedang berusaha untuk bangun."

"Dengan memasukan tubuhmu ke kulkas? Itu sungguh cara yang unik."

"Ini salah satu cara memanggil nyawaku."

Arkan mengangkat alis, laki-laki itu melangkah ke dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan air hangat. Dia mendudukan diri di kitchen bar sambil memperhatikan Audrey.

"Sepertinya kau harus mengubah kebiasaan tidurmu Audrey."

"Aku tahu, ini tidak sehat sama sekali. Sudah ku coba, tapi tak pernah berhasil." Audrey menutup pintu kulkas, sambil mengeluarkan telur dan susu UHT. Dia membawanya ke dapur, mengambil tepung, susu kental manis, garam, pisang dan strowberry. Dia menatap Arkan, sejenak terganggu dengan kaos putih dan tulang selangka yang indah. Rambut Arkan yang berserakan, jejak keringat di wajah, Arkan terlihat baru selesai dari kegiatan malam penuh gairahnya. Lengkap sudah, seharusnya ia tak menulis novel romance, banyak ide tak senonoh muncul di otaknya yang biasanya ada di novel dewasa.

Audrey berkedip, mengalihkan perhatian dari Arkan. "Aku sudah menaruh jam weker di dekatku, menyetel alarm ponsel dengan volume luar biasa kerasnya, atau mencuci wajahku dengan air dingin." Audrey menahan kuap, dia mengucek matanya. "Tapi tetap tak berhasil, aku hanya bangun sekitar 30-40 menit, lalu kembali tertidur." Lalu mencuci wajahnya sekali lagi. Berharap kantuknya dapat hilang atau setidaknya berkurang.

The Future Diaries Of AudreyWhere stories live. Discover now