Bab Delapan Belas

59 1 0
                                    

Jangan Lupa Vote and commentnya ya

Terima kasih

###

Audrey

Kenapa kau tak pernah pacaran? Well, my life is so much more interesting inside my head. That's why i become novelist.

***

Arkan melirik Emily yang diam sejak ia keluar dari rumah. Gadis itu sibuk dengan ponselnya. "Kenapa kau diam saja?"

"Aku tidak diam saja, aku bernafas, bermetabolisme, dan mengetik pesan untuk pacarku."

Mata Arkan terbelalak kaget, "kau punya pacar? Sejak kapan?" Ini pertama kalinya ia mendengar Emily punya pacar. Gadis itu baru 13 tahun. Gadis kecil disampingnya. Yang umurnya baru 13 tahun, pacaran. Emily yang mengatakan dengan gamblang tentang apa yang dilakukan wanita di rumah pria, berpacaran.

Arkan tak bisa menerima kenyataan bahwa Emily yang lugu pacaran. Apa yang akan terjadi padanya jika ia pacaran dengan sikap menerima secara mentah semua informasi seperti sekarang?

"Sejak dua minggu yang lalu. Namanya Dirga. Dia manis." Emily tersenyum dengan rona di wajahnya. Yang sangat jarang Arkan lihat kecuali ia sedang membicarakan biasnya atau anggota BTS lainnya.

"Apa Sonya tahu?" Arkan berhenti di lampu merah, mulai mengintrogasi adiknya.

"Tidak, tapi Gavin dan Audrey tahu."

"Audrey tahu?"

"Dia tahu, dia bilang tak masalah asalkan aku tahu batas mana yang baik dan mana yang buruk. Audrey bilang aku tak boleh menelantarkan sekolahku, asalkan pacaran tak mengganggu study ku, tak masalah." Emily mengangkat bahu, mengikut cara Audrey menguliahinya seminggu yang lalu.

"Itu khas Audrey."

"Benar. Gavin bilang aku harus pacaran, pacaran itu bagus. Aku harus melakukannya biar tahu mana pria yang baik dan mana yang tidak. Pengalaman itu penting. Semakin banyak pengalaman, semakin baik. Dia bilang begitulah cara menikmati hidup."

Arkan melotot menatap Emily. "Dasar Gavin keparat..." Arkan melirik Emily, tak sengaja mengumpat didepan adiknya. "Jangan mengikuti nasehat Gavin. Kau tak perlu pacaran untuk mencari mana pria yang baik atau mana yang tidak. Gavin bukan contoh yang baik untuk dijadikan role model."

Emily menyipitkan matanya. Lalu tersenyum dengan tanggapan Arkan. "Kak, kau tidak seharusnya mengumpat. Itu salah besar sebagai kakak yang baik." Emily menggelengkan kepalanya simpati. "Kau begitu berusaha keras menjadi kakak yang baik selama seminggu lebih, tapi kau berakhir mengeluarkan umpat di akhir hari aku bersamamu. Sayangnya aku juga tahu trek recordmu yang hampir sama dengan Gavin. Kau juga sering gonta ganti pacar se sering gonta-ganti baju. Kenapa kau dan Gavin boleh sedangkan aku tidak?"

Ugh! Arkan memijit pangkal hidungnya, stres menghadapi Emily yang teracuni otak kotor Gavin. Dia merasa gagal melindungi Emily. Celakanya, Emily berfikir ia harus melakukan apa yang orang lain lakukan. Dan mengabaikan perakataannya. Kalau dia menurut mungkin dia pikir dunia berhenti berputar, makanya dia menyalin semua hal.

"Emily, aku tak menyalahkanmu pacaran." Arkan kembali menjalankan mobilnya, mencoba menasehati adiknya dengan lebih sabar, "hanya saja, aku tak setuju dengan alasanmu. Menurutku jika itu membuatmu lebih bersemangat belajar, semangat hidup sehat, dan tidak melakukan diet bodoh seperti sebelumnya, tak masalah. Sama dengan kata Audrey, yang penting tidak mengganggu study mu. Dan kau tahu mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan." Arkan berdeham. "Seperti seks bebas."

"Itu juga yang dibilang Audrey." Emily menyimpan ponselnya di saku jaketnya. Lalu melirik Arkan, "Tapi kau melakukan seks bebas. Bergonta ganti cewek setiap saat."

The Future Diaries Of AudreyWhere stories live. Discover now