✔03. Bersama Arsen

8.8K 521 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💗

HAPPY READING!!

******

Arsen berjalan mendekat tapi tak terlalu dekat, memberi jarak antara keduanya. Karena ia tahu, jika Arsen mendekat, Nara akan berjalan menjauhinya. Melihat Nara yang menangis tersendu-sendu, membuat Arsen merasa iba kepada gadis itu. Meski ia tak merasakan, tapi ia bisa membayangkan betapa sulitnya menjalani hidup seorang Nayyara itu.

Arsen memijat pangkal hidungnya. Jika bukan Mamahnya yang menyuruhnya untuk mencari Nara, Arsen pasti akan memilih untuk mengerjakan tugas-tugas dan PR-nya. Di banding mencari Nara, yang tak penting, pikirnya.

"Lo gak liat, mendung, Ra. Lo pulang ya? Kalo lo kenapa-kenapa. Nanti gue yang repot di omel Mamah..." ucap Arsen.

Kedua mata Nara menengadah ke atas. Benar saja, langit sekarang sangat gelap dan awan berwarna abu-abu.

"T-tapi..."

"Apaan?"

"Kalo libur, Kak Arsen temenin aku ke sini ya," pinta Nara.

Arsen berdecak kesal. "Ck, nyusahin lo. Mending gue rehat ke Markas, lo bisa sendiri kan Nayyara?"

Bibir Nara mengerucut  ke depan, Arsen itu selalu saja jutek kepadanya. Tapi Arsen juga pasti mempunyai alasan, mengapa pria itu selalu cuek. Sejak kematian orang tua Nara, kedua orang tua Arsen memutuskan untuk menjodohkan Nara dengan Arsen. Awalnya Arsen menolak perjodohan ini, tapi demi kedua orang tuanya, akhirnya Arsen mau—walau terpaksa.

"Kalo aku boleh sendiri. Kak Arsen ngapain nyusul aku?" tanyanya dengan wajah cemberut.

"Itu karena lo pergi tanpa bilang-bilang, Nara. Kalo lo di culik, siapa yang repot? Pasti gue kan."

Nara tersenyum getir. "Jadi, aku cuma nyusahin Kak Arsen doang?"

"Ya, lo nyusahin hidup gue, Ra," jawab Arsen, dingin.

Bagaikan di tusuk seribu duri. Perkataan Arsen selalu menyayat, yang membuat hatinya sakit. Meskipun keduanya tak memiliki perasaan, tapi Nara sangat sakit mendengar itu dari Arsen.

"Maafin aku, Kak..." Nara merasa bersalah. Semenjak tinggal bersama keluarga Arsen, ia jadi sering merepotkan pria itu.

"Gak usah nangis. Gue paling gak suka liat cewek nangis," sarkas Arsen.

"Kenapa gak suka?" tanya Nara.

"Jadi cewek itu harus kaya Chandi, badas. Gak boleh cengeng, tapi lo jangan ngikut-ngikut si Chandi deh, gak cocok. Yang ada lo bakal kebawa sesat," celetuk Arsen. Ia melongo, kedua matanya membulat saat mendengar suara kekehan kecil yang keluar dari mulut Nara.

Bibir Arsen terangkat, membentuk sebuah senyum simpul. Di lihat dari matanya saja, Nara sudah terlihat cantik, apalagi jika di buka—dia semakin penasaran dengan wajah gadis itu.

"Kenapa lo ketawa?" tanya Arsen. Halisnya terangkat satu.

Nara menghentikan tawanya dan menghela nafas pelan, menetralkan nafasnya. "Gak papa, Kak. Lucu aja, Chandi itu nggak sesat kok. Chandi itu baik, salut banget aku, dia itu apa adanya," alibi Nara. Ya Arsen tahu itu, bagaimana tidak tahu. Toh mereka berlima sudah berteman sejak kecil.

ARSENARA (TAMAT✅)Where stories live. Discover now