✔16. Fi Amanillah

7.9K 435 2
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💓

HAPPY READING!!

"Mamah sama Papah berangkat dulu, Sen. Kalian baik-baik di sini," ucap Papah sambil menepuk pundak putra semata wayangnya.

Hari ini adalah hari keberangkatan mereka ke Singapura. Keempat orang kini sedang berada di Bandara Soekarno-Hatta. Karena jarak rumah dengan Bandara cukup dekat, jadi Arsen dan juga Nara ikut mengantarkan kedua orangtuanya. Padahal Adhy dan Yuna sudah melarang mereka untuk ikut, takut mereka cape dan butuh istirahat.

"Jagain Nara ya, awas aja kalo Nara kenapa-kenapa. Mamah bakal kasih hukuman ke kamu," ancam Mamah.

Nara terkekeh pelan, ternyata dia seberuntung itu mempunyai mertua seperti Adhy dan Yuna. Karena keduanya sangat menyayangi dan perhatian kepada dirinya.

Arsen mengangguk. "Arsen bakalan jagain Nara, kalian tenang aja. Lagian ini udah tugas Arsen buat selalu jagain Nara."

Adhy dan Yuna saling menatap, mereka bangga mempunyai seorang putra seperti Arsen. Tak hanya pintar tapi juga bertanggung jawab, jadi keduanya tidak meragukan putra semata wayangnya.

"Nara sayang. Mamah sama Papah pergi dulu ya, kalo misalkan Arsen nyakitin kamu. Jangan segan-segan laporin ke kita ya," jelas Mamah dan Nara mengangguk mengiyakan.

"Kalian ngeraguin Arsen? Emangnya Arsen bakal apain Nara, sampe-sampe kalian kaya gitu," sewot Arsen dengan nada tak sukanya.

Adhy dan Yuna terkekeh pelan. "Santai aja, baperan amat kamu," ucap Papah.

"Baik-baik disana ya Mah, Pah..." ucap Arsen. Ia memeluk tubuh Mamah dan Papahnya.

"Siap, kamu sama Nara juga baik-baik di sini ya," Papah memeluk erat tubuh putranya. "Harus bisa jaga iman, Sen. Gak boleh kebobolan sekarang, kamu ngerti kan?" bisiknya.

Arsen mengernyit. "Maksud Papah?"

Papah berdecak sembari menepuk keningnya pelan. "Maksdunya kalian berdua jangan dulu melakukan hubungan suami-istri ya, sekolah kalian masih lama. Tahan sampai lulus."

Nara dan Arsen terkejut, keduanya membulatkan matanya sempurna mendengar penuturan dari Papahnya. Sedangkan Yuna hanya terkekeh pelan, ia yakin pasti Arsen tidak bisa menahannya apalagi kalau Nara itu cantik.

"Gak perlu di pikirkan sayang, fokus belajar aja ya," ujar Mamah seraya memeluk erat tubuh Nara. Nara pun membalas pelukan Mamahnya, ia pasti akan merindukan sosok Yuna jika Mamahnya itu pergi ke luar Negara.

"Kita berangkat, uang jajan nanti Papah transfer ke kamu, Sen."

"Gak usah Pah, tabungan Arsen masih banyak," tolak Arsen dengan halus. Meskipun dirinya seorang pelajar, ia sering bekerja di kantor Papahnya. Sesekali membantu Papahnya bekerja di kantor, ia juga memiliki usaha distro yang sangat berkembang dengan pesat.

"Kamu nih kaya ke siapa aja, mau bagaimana pun juga kamu itu masih tanggung jawab Papah. Terima ya, gak baik nolak rezeki."

Arsen tersenyum kikuk. "Ya udah iya, makasih banyak Pah."

"Kita pamit, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Nara mengulas senyum di balik cadarnya, sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tak menetes. "Hati-hati ya Mamah sama Papah, fi amanillah."

Adhy dan Yuna mengangguk pelan. Karena jadwal penerbangan beberapa menit lagi. Adhy dan Yuna memutuskan untuk segera ke dalam dan bersiap-siap menunggu pesawat. Setelah bersalaman dengan Nara dan Arsen, keduanya pamit untuk berangkat. Keduanya sibuk membawa koper masing-masing, karena akan menginap di sana dalam waktu lama.

ARSENARA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang