✔40. Menghindar (2)

3.7K 257 19
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💖

Happy reading!

***

"Untuk minggu sekarang cukup sampai sini, jangan lupa tugas kumpulkan saat jam pelajaran Bapak. Mengerti?" ujar Pak Andi.

"Mengerti Pak," sekelas menjawab dengan kompak.

Setelah pelajaran selesai, kini waktunya pergantian pelajaran. Dari tadi Nara tidak fokus belajar, akibat memikirkan Arsen. Ia langsung menyandarkan kepalanya di tembok, karena Chandi tidak berada di kelas, teman sebangkunya itu tidak jauh dari kata bolos.

Bahkan tadi saja Pak Andi—selaku guru bahasa Indonesia menanyakan Chandi kepada Nara, karena nilai pelajaran bahasa Indonesia Chandi itu hampir kosong. Harus dengan cara apa lagi Nara menasehati Chandi? Sudah berapa kali Nara bicara, tetap saja Chandi masih bolos dan sering menyalin jawaban tugas dari Nara. Nara tidak keberatan, karena meskipun sama. Pasti akan berbeda nilai.

Saking tidak fokusnya, Nara tidak sadar jika ada Fifi di sebelahnya sambil melambaikan tangannya di depan wajah Nara. Melihat kehadiran Fifi, Nara langsung kaget.

Fifi diam, memperhatikan Nara. Jarak bangku dia dengan bangkunya itu dekat. Jadi Fifi bisa tahu jika Nara sedang melamun.

"Kamu kenapa Ra? Kok bengong mulu. Kamu sakit?" tanya Fifi. Tangannya beralih memegang kening Nara, suhu badannya normal-normal saja.

Nara tersenyum kikuk, dia pikir dirinya tidak akan ketahuan melamun. "Nggak papa kok, Fi. Kamu sejak kapan duduk di sini?"

Fifi menepuk keningnya. "Loh? Kamu gak nyadar aku duduk di sini? Mikirin apa sih?" Nara menggelengkan kepala pelan, jika ia memberi tahu kepada Fifi alasan sebenarnya, bisa-bisa repot nantinya. Alhasil Nara terpaksa berbohong.

"Gak mikirin apa-apa. Maaf ya jadi di anggurin," Fifi mengangguk mengerti. Lagi pula kehadirannya di sini hanya ingin memastikan bahwa Nara baik-baik saja.

"Kalo kamu sakit, bilang ya, Ra. Nanti kita ke UKS aja," Nara mengulas senyum dan mengangguk.

Bel tanda pergantian pelajaran sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, tapi belum ada Guru yang masuk ke kelas. Keduanya lanjut mengobrol. Hingga kedatangan seorang gadis menghentikan keduanya. Siapa lagi jika bukan Chandi.

"Heh Mei-Mei! Ngapain lo diem di kursi gue?!" tanya Chandi ketus.

Fifi yang sedang asik ngobrol bersama Nara, langsung memutar bola matanya malas. Tidak dimana-mana, Chandi selalu saja menganggu dirinya.

"Kepo banget jadi orang. Gue ke sini cuma mau ngobrol sama Nara, sewot amat," timpal Fifi.

Chandi mengibaskan tangannya ke wajah, karena hari sudah siang, jadi sudah terasa panas dan gerah. Apalagi Chandi baru saja turun di Rooftop. Memang aneh. Panas-panas begini berada di Rooftop.

"Oh gitu. Udah sana ke bangku lo! Gue mau duduk di sini!"

"Dasar Chandi Roro Jonggrang!" makinya.

Chandi membulatkan mata sempurna. "Yeuh dasar Mei-Mei! Main sana sama Susanti!"

Dengan perasaan kesal Fifi duduk, ia langsung pergi dari bangku Nara. Sedangkan Nara yang melihat perdebatan keduanya hanya bisa menyimak dan menggelengkan kepalanya pelan. Melihat keduanya berdebat, itu sudah tidak asing lagi di lihatnya.

ARSENARA (TAMAT✅)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora