✔29. Persiapan di Markas

3.7K 274 13
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💖

Happy Reading!!

***

Suasana di Markas kini sedang santai. Karena Mars dan Adit sedang pergi keluar, untuk berbelanja bahan makanan. Di Markas, tersisa Harsel dan semua teman-temannya itu.

Harsel, Arsen dan juga Chandra sedang asik mengobrol di ruangan. Sambil memakan kacang dan meminum es. Siang-siang begini emang enaknya itu minum yang segar-segar.

Teruntuk Nara dan Chandi. Kedua perempuan itu sedang di sibukan memasak. Seperti sekarang ini, kedua wanita itu sedang memotong bahan makanan. Sebenarnya Chandi tidak bisa memasak. Jangan masak, menyentuh barang-barang dapur saja tidak pernah. Karena di rumahnya ada banyak asisten rumah tangga, jadi dia hanya tinggal makan saja.

Berbeda dengan Nara yang sudah biasa melakukan pekerjaan ini. Dari kecil Nara memang suka memasak. Karena saat kecil, Nara selalu membantu Uminya memasak di dapur. Saat usianya beranjak dewasa. Nara sudah bisa memasak saat dirinya masuk pesantren. Karena di pesantren, perempuan harus bisa masak.

Karena penasaran, Chandi ikut saja dengan Nara. Keduanya sedang duduk di karpet, sambil memotong bawang.

"Kamu mau bantu aku juga, Chandi?" gadis yang sedari tadi menyimak itu mengangguk.

Dengan senang hati, Nara mengajarkan kepada Chandi.

"Potong bawangnya, iris-iris tipis kayak gini. Kamu bisa?"

"Bisa dong. Gini doang mah gampang!" ujarnya membuat Nara terkekeh pelan.

Tiba-tiba saja Nara merasa ingin buang air, karena tidak bisa menahannya Nara langsung pamit kepada Chandi akan pergi ke toilet sebentar.

"Chandi, kamu bisa iris-iris semua bahannya gak? Aku kebelet pengen pipis. Aku ke toilet dulu ya," pamit Nara.

"Yaudah sana. Serahin aja tugas ini ke gue, Ra."

Chandi mengacungkan jempol. Setelah Nara pergi. Chandi sudah selesai memotong bawang.

"Bawangnya udah gue iris semua. Kata Nara bahannya harus di iris. Berarti kangkung juga gue iris? Eh tapi masa iya sih kangkung di iris. Ah bodo amat, kata si Nara kan iris semua," monolognya. Dengan santaynya Chandi mengiris semua kangkung yang masih di ikat.

Kembali kepada tiga remaja tampan yang sedang mengobrol. Ketiganya membahas perihal semalam. Arsen dan Chandra hanya menyimak ketika Harsel terus saja mengoceh.

"Sialan emang si Adit, bisanya nyusahin gue doang, dasar anak buah gak berguna!" umpat Harsel. Wajahnya merah padam, rahang tegasnya mengeras.

"Lo di apain emang sama orang tuanya, Sel?" tanya Arsen. Ia juga penasaran, karena tidak tahu jelas masalah ini.

Harsel menyandarkan kepalanya di sofa. "Lo bayangin aja. Gue lagi nyenyak-nyenyaknya tidur. Eh nyokapnya malah gedor-gedor pintu kamar gue, mana ganggu tengah malam lagi. Gak cuma itu doang. Nyokapnya malah jewer telinga gue. Mereka nanyain ke gue soal si Adit. Padahal gue sama sekali gak tau kemana perginya itu curut!" gerutu Harsel, meluapkan segala amarah yang sedang di rasanya.

Arsen tertawa pelan, ada-ada saja kelakuan temannya yang satu itu. Apalagi jika mengingat Ibunya yang super rempong itu. Membuat siapa saja langsung pusing berhadapan dengan ibu-ibu yang satu itu.

ARSENARA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang