✔56. KABAR DUKA

5.3K 264 15
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💖

Happy reading

***

Detik itu juga air mata Arsen luruh ketika melihat kondisi Nara yang sudah tidak berdaya, dengan darah segar mengalir di kakinya. Sesampainya di rumah sakit, Nara di tangani oleh para suster dan Dokter menyarankan agar Nara melakukan oprasi caesar. Karena kondisinya kini sedang pendarahan dan juga kelahiran yang belum waktunya. Jadi Arsen menyetujuinya. Yang penting anak dan istrinya baik-baik saja.

Kini Arsen sedang menunggu di depan ruang operasi, ia menangis sejadi-jadinya sambil berjongkok. Persetan dengan kata malu. Ia tidak perduli dengan orang sekitar yang melihatnya iba. Mau bagaimana pun juga Arsen hanyalah manusia biasa. Jika itu teramat menyakitkan ia akan menangis. Biasanya Arsen paling bisa menahan tangis, tapi sekarang tidak bisa. Sisi kelemahannya terlihat jelas di hadapan orang-orang.

Arsen mengacak rambut prustasi sembari mengusap wajahnya dengan kasar. Ia gagal. Merasa gagal karena sudah lengah menjaga Nara. Jika saja ia bisa menjaga Nara dengan baik. Istrinya tidak akan merasakan hal ini.

"Gue bodoh! Bodoh lo Arsen!" umpat Arsen sambil memukul keningnya.

Seluruh teman-temannya yang ada di sana pun langsung menahan Arsen. Soal ini mereka tahu. Karena kedua orang tua Arsen yang memberitahunya. Begitu mendengar kabar ini, mereka yang tadinya sedang di Markas langsung bergegas ke rumah sakit. Mereka juga sangat kaget tentang kejadian yang menimpa Nara. Apalagi jika pelakunya adalah orang yang mereka kenal. Lucas, dia adalah pelaku di balik kejadian ini.

"Jangan nyiksa diri sendiri! Lo tenang! Nara pasti bakalan baik-baik aja," Arsen mendongak menatap Harsel yang mencengkram kuat tangannya.

Siapa yang tidak kesal melihat Arsen yang menyiksa diri sendiri seperti ini? Sebagai seorang teman, Harsel hanya bisa menenangkan dan memberikan semangat.

"Minggir lo! Biarin gue gini!" sentak Arsen. Ia menepis kasar tangan kekar Harsel, membuat  pria itu terhuyung ke belakang. Untung saja Chandra menahan. Jika tidak, Harsel pasti akan menabrak brankar yang lewat.

Harsel mendengus kesal. Menyiksa diri sendiri bukanlah solusi dalam masalah ini. Tapi apalah daya. Arsen sedang prustasi sekarang. Paling susah menenangkannya.

Chandra yang biasanya berwajah datar pun sekarang terlihat sendu. Tidak bisa bohong jika saat ini semuanya sedang merasakan kesedihan. Ia prihatin dengan apa yang menimpa Nara. "Sen sebaiknya lo tenang. Dengan cara lo yang kayak gini gak bakalan bikin Nara baik-baik aja. Percuma. Mending lo sholat terus doain Nara. Sekalian nenangin diri. Soal Nara, biar kita yang jaga," kata Chandra. Arsen diam, tertegun dengan perkataan Chandra. Setelah sekian lama berteman, baru kali ini Arsen bisa mendengar Chandra berbicara panjang lebar seperti itu. Karena biasanya, bisa terhitung berapa kata yang keluar dari mulut pria yang awet bicara itu.

Mendengar penuturan dari Chandra, Arsen akhirnya luluh juga. Ia menatap ke arah temannya yang sedang menatapnya juga. Benar kata Chandra. Sebaiknya ia menenangkan diri dan berdoa. Supaya Nara dan anaknya baik-baik saja.

Ia langsung berdiri, dengan wajah memerah karena sudah menangis. "Gue yakin. Nara dan anak lo baik-baik aja," ujar Adit.

Mars menepuk pundak Arsen, berusaha menguatkan temannya itu. "Mana Arsen yang kita kenal? Lo harus kuat Sen. Nangis boleh, asal jangan nyalahin diri sendiri kayak gitu. Namanya juga musibah. Gak bakalan ada yang tau."

ARSENARA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang