12. Cemburu seorang istri

2.2K 226 18
                                    

***

Bersyukurlah karena Tuhan menciptakan nyamuk agar kita belajar menggampar diri kita sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bersyukurlah karena Tuhan menciptakan nyamuk agar kita belajar menggampar diri kita sendiri.

-selamat sore!-

***

Jendra yang masih merasa sedih benar-benar tidak mau lepas memeluk ayahnya. Hingga jadwal poli Narendra setelah zuhur pun bocah cilik itu tetap tidak mau lepas dari pelukan ayahnya.

Bak boneka yang di pajang di kursi. Seperti itulah posisi Jendra di ruang poli ayahnya. Bocah kecil itu sedari tadi memperhatikan ayahnya yang memeriksa satu persatu pasien nya. Sampai pada pasien terakhir, ada satu ibu-ibu yang merasa gemas dengan tubuh gembul Jendra yang sedang asik memainkan action figure olaf dan kristoff di kursi yang bersebelahan dengan ayahnya.

"Dok ini keponakannya ganteng banget." Ucap ibu-ibu parubaya yang menemani anaknya yang sedang diperiksa oleh Narendra.

Narendra tersenyum sambil menoleh pada putranya yang sedang melongo. "Alhamdulillah makasih ya bu.. tapi ini anak sulung saya, bukan keponakan saya."

"Wahh saya kira dokter belum nikah abis muka nya muda banget eh taunya udah punya anak. Anaknya umur berapa, dok?" Tanya Ibu-ibu itu lagi yang semakin kepo.

"Mau enam tahun, tahun ini insya Allah."

"Wah dokter nikah muda ya? Apa kebobolan, dok? Anak jaman sekarang mah pergaulan nya terlalu bebas sih, miris saya"

Narendra berusaha tersenyum meski hatinya sudah dongkol setengah mati saat ranah pribadinya di korek oleh orang yang tidak kenal sama sekali. Hanya sebatas ia menjadi dokter dan ibu itu menjadi wali dari pasien nya. "Mohon maaf bu. Saya emang nikah muda, saya nikah umur 22 tahun, istri saya juga waktu itu umur 21. Masih sama-sama kuliah waktu itu. Anak saya lahir waktu usia saya 24 tahun. Jadi alhamdulillah bukan karna kebobolan."

Si ibu pun diam merasa malu sekaligus takut saat Narendra mengucapkan kata-katanya dengan tatapan yang sangat mengintimidasi diri ibu itu.
"Ini surat pengantarnya untuk di cek darah dan rongen hari ini dan nanti bakal ada perawat yang bantu ngarahin. Oh iya jangan lupa besok puasa dulu ya sebelum operasi." Ucap Narendra sembari memberikan amplop pada pasien nya.

"Baik dok. Terimakasih. Kalau gitu kita permisi dok, mohon maaf juga kalau ucapan ibu saya tadi kurang berkenan" ucap si anak yang masih menggunakan seragam SMA dengan raut tidak enak pada dokter dihadapan nya karna kelakuan ibunya yang berbicara sembarangan. Sedangkan kan si ibu masih diam menunduk tidak berani menatap wajah Narendra lagi.

Setelah pasien terakhir itu pergi Narendra menghela napasnya kasar kemudian menatap Jendra yang sedang berhitung dengan jari tangan nya hal itu membuat Narendra tersenyum lebar seperti baterai nya terisi hanya melihat wajah anaknya, lalu pria itu menghampiri putranya. "Anak ayah lagi apa?"

Pengabdi Istri (The Series)Where stories live. Discover now